Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Greenpeace Luncurkan Aplikasi Pemantau Kualitas Udara

image-gnews
Kabut asap kendaraan bermotor terlihat menyelimuti gedung tingkat tinggi dan pemukiman padat penduduk, di kawasan Jakarta Pusat, 31 Mei 2016. DKI Jakarta merupakan kota dengan tingkat polusi udara terburuk ketiga di dunia setelah Meksiko dan Thailand. TEMPO/Imam Sukamto
Kabut asap kendaraan bermotor terlihat menyelimuti gedung tingkat tinggi dan pemukiman padat penduduk, di kawasan Jakarta Pusat, 31 Mei 2016. DKI Jakarta merupakan kota dengan tingkat polusi udara terburuk ketiga di dunia setelah Meksiko dan Thailand. TEMPO/Imam Sukamto
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi lingkungan Greepeace meluncurkan aplikasi UdaraKita yang berisi informasi tentang kualitas udara. Pemantauan kualitas udara dalam aplikasi ini menggunakan perhitungan jumlah konsentrasi PM 2,5, salah satu polutan udara paling berbahaya.

Menurut Bondan Andriyanu, juru kampanye Iklim dan Energi dari Greenpeace Indonesia, data kualitas udara di aplikasi UdaraKita diambil dari rerata hasil yang diambil alat pemantau. "Alat pemantau kami pasang di 50 titik di sekitar Jakarta," kata Bondan dalam acara peluncuran aplikasi dan  diskusi di Jakarta, Selasa (14/2).

Bondan mengatakan polutan PM 2,5 banyak dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara. Polutan dengan ukuran 30 kali lebih kecil dari diameter rambut manusia ini bisa masuk ke dalam aliran darah dan memicu sejumlah penyakit pernapasan serius hingga kanker paru.

Aplikasi ini juga memuat data kualitas udara di beberapa kota seperti Bandung dan Pekanbaru. Kualitas udara dalam aplikasi ini ditampilkan dengan warna. Warna hijau menunjukkan kualitas udara aman untuk kesehatan. "Merah itu sudah konsentrasi PM 2,5 tinggi dan kualitas udara tidak sehat," kata Bondan.

Pengguna smartphone bisa mengunduh aplikasi secara gratis di Google Play Store dan AppStore. "Adapun alat pemantau kualitas udara sudah beragam dan bisa dibeli online," kata Bondan. "Penggunanya bisa berbagi data mereka di UdaraKita."

Dengan UdaraKita, Greepeace mengajak masyarakat untuk peduli dengan kondisi dan efek pencemaran udara. Greenpeace juga mendesak pemerintah Indonesia untuk menangani masalah polusi udara dengan serius. "Sumber polusi udara di kota-kota besar di Indonesia kebanyakan berasal dari kendaraan bermotor dan pembangkit listrik yang mengandalkan bahan bakar fosil," kata Bondan.  

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Budi Haryanto, Kepala Pusat Riset Perubahan Iklim Universitas Indonesia, mengatakan masyarakat perlu mengetahui informasi kualitas udara seperti yang ditampilkan UdaraKita sebagai peringatan dini pencemaran udara. "Jangan sampai nanti sudah lihat banyak orang sakit baru sadar ada pencemaran udara, itu artinya kita sudah sangat terlambat," katanya.

Menurut Budi, sejumlah kota besar di dunia memiliki sistem pemantau udara yang kompleks. Kota Tokyo di Jepang, menurut Budi, punya ratusan pemantau udara sebagai alat peringatan dini. "Di Jakarta, alat pemantau udara jumlahnya sangat sedikit dan sebagian besar malah tak bisa mengukur konsentrasi PM 2,5," katanya.

GABRIEL WAHYU TITIYOGA


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

2 hari lalu

Lalat buah. Kredit: Wikipedia
Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

Temuan lainnya adalah keturunan hibrida dari serangga yang salah pilih pasangan karena polusi udara itu kerap kali steril.


Kepala OIKN Klaim Pembangunan IKN Bawa Manfaat untuk Semua Pihak, Bagaimana Faktanya?

13 hari lalu

Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN), Bambang Susantono saat mengikuti rapat dengar pendapat dengan Komisi II DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 18 Maret 2024. Rapat tersebut beragendakan perkenalan Kepala Otorita IKN beserta jajarannya dan pemaparan progres pembangunan IKN. TEMPO/M Taufan Rengganis
Kepala OIKN Klaim Pembangunan IKN Bawa Manfaat untuk Semua Pihak, Bagaimana Faktanya?

Kepala Badan Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Bambang Susantono klaim bahwa pembangunan IKN akan membawa manfaat bagi semua pihak.


Penggemar K-Pop Minta Hyundai Mundur dari Investasi penggunaan PLTU di Kalimantan

17 hari lalu

Ilustrasi ribuan penggemar berkumpul. REUTERS/Heo Ran
Penggemar K-Pop Minta Hyundai Mundur dari Investasi penggunaan PLTU di Kalimantan

Penggemar K-Pop global dan Indonesia meminta Hyundai mundur dari investasi penggunaan PLTU di Kalimantan Utara.


Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

24 hari lalu

Ilustrasi stroke. healthline.com
Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

Studi ini mengeksplorasi hubungan antara paparan polusi cahaya pada malam hari dengan potensi risiko kesehatan otak dan stroke.


Terpopuler: Grab Evaluasi SOP Pelayanan Buntut Kasus Pemerasan, Pesawat Jet Pribadi Harvey Moeis untuk Sandra Dewi

25 hari lalu

Suami dari aktris Sandra Dewi, Harvey Moeis (kiri) mengenakan rompi tahanan berwarna pink setelah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan tindak pidana korupsi dalam tata niaga komoditas timah wilayah izin usaha pertambangan (IUP) PT Timah Tbk tahun 2015 sampai 2022, di Gedung Kejagung, Rabu, 27 Maret 2024.  Humas Kejagung
Terpopuler: Grab Evaluasi SOP Pelayanan Buntut Kasus Pemerasan, Pesawat Jet Pribadi Harvey Moeis untuk Sandra Dewi

Terpopuler: Grab Indonesia evaluasi SOP pelayanan buntut kasus pemerasan, deretan barang mewah dari Harvey Moeis untuk artis Sandra Dewi.


Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

28 hari lalu

Uni Eropa menegaskan keinginan menolak komoditas yang dihasilkan dengan membabat hutan dan merusak lingkungan
Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

Sinarmas dan RGE disebut di antara korporasi penerima dana kredit dari Uni Eropa itu dalam laporan EU Bankrolling Ecosystem Destruction.


Rp 19.842 triliun Kredit Global ke Grup Perusahaan Berisiko Iklim, Ada RGE dan Sinarmas

28 hari lalu

Pemandangan udara terlihat dari kawasan hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 6 Juli 2010. REUTERS/Crack Palinggi/File Foto
Rp 19.842 triliun Kredit Global ke Grup Perusahaan Berisiko Iklim, Ada RGE dan Sinarmas

Walhi dan Greenpeace Indonesia mengimbau lembaga keuangan tidak lagi mendanai peruhasaan yang terlibat perusakan lingkungan dan iklim.


Pulau Balang Tidak Masuk IKN, Otorita Klaim Lebih mudah Jaga Dugong dan Pesut

28 hari lalu

Presiden Joko Widodo meninjau langsung progres pembangunan Kantor Presiden di Kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN), Provinsi Kalimantan Timur, Jumat, 1 Maret 2024. Presiden Jokowi mengecek pembangunan infrastruktur yang kini telah mencapai 74 persen tersebut. Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden
Pulau Balang Tidak Masuk IKN, Otorita Klaim Lebih mudah Jaga Dugong dan Pesut

Tetap saja pembangunan IKN dinilai akan membuat tekanan terhadap habitat satwa liar. Dan bukan hanya dugong dan pesut, tapi 23 spesies.


Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

35 hari lalu

National Aeronautics and Space Administrationcode (NASA) atau Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat menyoroti perubahan kawasan hutan di Kalimantan setelah adanya pembangunan Ibu Kota Nusantara atau IKN. Foto : NASA
Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

Wilayah yang paling terdampak risiko kekeringan ekstrem, adalah Ibu Kota Negara atau Nusantara.


Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

39 hari lalu

Alat pemantau polusi udara Birulangit yang dipasang di Telkom University Bandung. Dok. Tel-U
Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

Startup BiruLangit dari unit inkubasi Bandung Technopark Telkom University mengembangkan alat pemantau udara Low-Cost Sensors (LCS)