TEMPO.CO, Jakarta - Malaria merupakan salah satu penyakit umum yang menular dan mematikan. WHO melaporkan, pada 2015 lalu, 214 juta orang terinfeksi dan 438 ribu di antaranya meninggal.
Selama ini, vaksin malaria hanya ampuh hingga 50 persen dan tidak mampu memberikan kekebalan tubuh yang cukup terhadap penyakit malaria. Namun sekelompok peneliti dari Universitas Tubingen (Jerman) menemukan vaksin malaria baru, Sanaria PfSPZ-CVac, yang efektif hingga 100 persen
Penelitian Tubingen ini dilakukan kepada 67 peserta sehat yang tidak pernah mengidap malaria sebelumnya. Ternyata, vaksin mereka berhasil kepada kelompok yang divaksin tiga kali berjarak 4 minggu dengan dosis paling tinggi. Setelah pemberian vaksin terakhir, kelompok tersebut 100 persen kebal terhadap penyakit malaria.
"Limfosit T-sel darah putih untuk kekebalan tubuh dan respons imun tubuh berperan besar dalam keberhasilan vaksin ini," kata Profesor Peter Kremsner, penulis penelitian ini.
Peneliti menganalisis reaksi imun tubuh dan pola protein untuk meningkatkan keberhasilan vaksin malaria. Mereka menyuntikkan parasit malaria yang hidup ke tubuh peserta sekaligus menghentikan perkembangbiakan parasit tersebut dengan menambahkan klorokuin—obat anti malaria yang selama ini digunakan. Mereka menggunakan klorokuin untuk menganalisis reaksi parasit terhadap obat tersebut.
Setelah peserta terinfeksi malaria, parasit Plasmodium falciparum—parasit malaria yang menyebabkan infeksi—pindah ke hati untuk berkembang biak. Pada masa inkubasi, sistem imun manusia tidak dapat merespons karena virus belum membuat tubuh inangnya yang sakit.
Peneliti juga menemukan bahwa obat klorokuin tidak bekerja sampai ke hati penderita. Artinya, perkembangbiakan parasit malaria tidak mampu dihentikan. Setelah meninggalkan hati, virus malaria masuk ke dalam sel-sel darah merah untuk kembali berkembangbiak dan menyebar ke seluruh tubuh.
Namun klorokuin hanya mampu membunuh virus malaria yang masuk ke sel darah merah. "Dengan menyuntikkan parasit malaria yang hidup dan aktif, maka sistem imun tubuh dapat merespons dengan kuat," kata pemimpin penelitian, Benjamin Mordmueller.
Mordmueller dan timnya menemukan perlindungan 100 persen terhadap malaria yang diberikan vaksin mereka mampu bertahan hingga 10 minggu, bahkan lebih lama. Itu dibuktikan pada sekelompok peserta yang sukses terhadap vaksin ini. Mordmueller menyebutkan mereka akan melakukan penelitian lebih jauh untuk membuktikan keefektifan vaksin ini dalam jangka tahunan.
Namun, untuk sementara ini, mereka berhasil menciptakan vaksin malaria satu-satunya yang efektif hingga 100 persen.
SCIENCE DAILY | ZARA AMELIA | NS