TEMPO.CO, Samarinda - Seekor pesut mahakam (Orcaella Brevirostis) akhirnya selamat menuju populasinya di Sungai Mahakam, Rabu, 22 Februari 2017. Mamalia langka ini sempat terjebak di sebuah rawa berukuran sekitar 50x50 meter persegi di Desa Sangkuliman, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
"Pesut itu masuk ke rawa mencari makan karena di dalam rawa banyak ikan. Itu saat air pasang, karena keasikan mencari makan air surut jadinya terjebak," kata Peneliti Yayasan RASI, Danielle Kreb, Rabu, 22 Februari 2017.
Penyelamatan seekor ikan jenis lumba lumba air tawar ini melibatkan banyak pihak termasuk warga sekitar. Tim gabungan dari Yayasan Rare Aquatic Species For Indonesia (RASI), Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur bahu membahu menyelamatkan seekor pesut dewasa ini.
Mengangkutnya dengan menggunakan perahu sangat tak mungkin karena Pesut sangat sensitif. Jika stres, Pesut rentan mati. Langkah penyelamatan yang mungkin dilakukan adalah dengan membersihkan kayu dan sejumlah tanaman berduri rawa-rawa yang menghalangi jalur menuju anak Sungai Mahakam, Sungai Telahan.
Penyelamatan Pesut Mahakam tersebut tentu menjadi kabar baik. Sebagai ikon Provinsi Kalimantan Timur, jumlah mamalia tersebut tergolong sangat langka ini setidaknya mampu menekan jumlah populasi.
Pesut mahakam yang terjaring nelayan pada 2011 (Firman Hidayat)
Hasil penelitian terbaru, jumlah maksimal Pesut Mahakam di Sungai Mahakam tak lebih 90 ekor. "Penelitian kami sepanjang Sungai Mahakam pada tahun 2016, angka maksimal, yang paling mendekati valid sisa 75 ekor," kata Kreb.
Data RASI mengungkap, sepanjang 2016 ada 4 ekor Pesut ditemukan mati. Kreb berharap agat hewan dilindungi tersebut menjadi perhatian dan dirawat bersama oleh masyarakat. Tidak membuang sampah ke sungai dan laut merupakan salah satu cara agar kita tidak ikut serta membahayakan mamalia tersebut dengan tetap menjaga ekosistemnya.
"Kami pernah temukan ada yang mati dan dalam perutnya ada popok bayi. Karena dia makan benda itu, jadi tidak bisa makan yang lain sehingga menyebabkan kematian," terang Kreb.
Kreb telah melakukan penelitian terhadap Pesut Mahakam selama 20 tahun berharap agar masyarakat turut berpartisipasi aktif dalam memantau kondisi Pesut Mahakam. "Kalau ada ancaman yang diterima Pesut, langsung lapor ke pihak yang berwenang," katanya.
FIRMAN HIDAYAT