TEMPO.CO, Beijing - Setelah mengeluarkan produk ponsel, laptop, dan aksesoris, perusahaan teknologi Cina, Xiaomi, kini terjun ke bisnis prosesor. Mereka bersaing dengan perusahaan seperti Apple dan Samsung yang menggunakan prosesor rancangan sendiri di ponselnya.
Pada hari Selasa, 28 Februari 2017, Xiaomi mengumumkan SoC (system-on-chip) pertamanya, Surge S1, yang dikembangkan bersama Beijing Pinecone Electronics, perusahaan yang dimilikinya.
Baca:
Xiaomi Redmi 4A Vs Asus Zenfone 3 Max, Mana Lebih Unggul
Xiaomi Redmi Note 4X Ludes Terjual dalam Beberapa Detik
Redmi 4A, Ponsel Xiaomi Buatan Indonesia, Resmi Dirilis
Surge S1 adalah chip kelas menengah, yang diposisikan Xiaomi sebagai pesaing Qualcomm Snapdragon 625, serta MediaTek P20 dan P10. Dalam slideshow presentasinya, Xiaomi mengklaim bahwa prosesornya memiliki kinerja lebih baik.
Surge S1 merupakan prosesor mobile octa core 64-bit, yang digunakan bersama dengan quad-core Mali-T860 GPU, kata perusahaan itu. Xiaomi juga memasarkan Surge S1 sebagai prosesor mobile yang menawarkan "baseband upgradable" dengan dukungan untuk panggilan VoLTE (voice over LTE) HD.
Di sela-sela peluncuran Surge S1, perusahaan meluncurkan varian baru dari Xiaomi Mi 5C, yang didukung oleh prosesor tersebut. Masih tidak jelas apakah perusahaan berencana untuk melisensikan prosesor itu ke vendor smartphone lain atau tidak.
Pada acara tersebut, Lei Jun, CEO dan co-founder Xiaomi, mengatakan perusahaan menyadari sejak lama bahwa untuk mencapai tujuan jangka panjangnya, ia harus menggabungkan pengembangan teknologi perangkat keras dan perangkat lunak, khususnya di tingkat chipset.
"Kemampuan untuk membuat chipset sendiri adalah prestasi puncak bagi setiap perusahaan smartphone. Untuk Xiaomi, langkah tersebut merupakan langkah penting selanjutnya dalam pengembangan kami. Dalam rangka memenuhi janji kami untuk membuat inovasi tersedia untuk semua orang, kami perlu menguasai teknologi inti dari industri kami dan secara erat mengintegrasikan pengembangan hardware kami dengan perangkat lunak kami," kata Lei Jun.
Tapi, membuat prosesor sendiri membantu dalam banyak hal. "Xiaomi bisa meningkatkan margin keuntungan jika menggunakan prosesor sendiri di smartphone," ujar Shobhit Srivastava, seorang analis pemasaran perusahaan riset Counterpoint.
Dia menambahkan bahwa prosesor itu sendiri memakan biaya sebanyak 35 persen dari material. "Pada smartphone kelas menengah, ia bisa memakan sebanyak 50 persen dari total biaya komponen," katanya kepada Mashable India.
Dengan pengumuman hari ini, Xiaomi bergabung dengan Apple, Samsung, dan Huawei, yang membuat sendiri prosesor untuk ponsel mereka. Dengan merancang atau membuat sendiri komponen mereka, perusahaan akan memiliki kontrol lebih baik terhadap kerja sama hardware dan aplikasi ponsel.
MASHABLE | ERWIN Z