Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Temuan Terbaru, Bulan Planet Saturnus Berpeluang untuk Dihuni

image-gnews
Ilustrasi bulan Saturnus, Enceladus. cbsnews.com
Ilustrasi bulan Saturnus, Enceladus. cbsnews.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Permukaan Enceladus, salah satu bulan Saturnus, kelabu membeku. Suhunya mencapai -201 derajat Celsius. Sepertinya tidak ada apa-apa. Namun ternyata di bawah lautan Enceladus muncul reaksi kimiawi mirip di lubang-lubang hidrotermal di laut di bumi—yang menyokong bentuk kehidupan mikroba.

Temuan tersebut didapatkan para peneliti dari Southwest Research Institute (SwRI) di San Antonio, Amerika Serikat, setelah menganalisis data dari wahana nirawak Cassini yang melakukan manuver ke dalam semburan geiser Enceladus pada Oktober 2015. Saat itu Cassini terjun hingga berjarak 49 kilometer dari permukaan Enceladus.

Cassini merupakan wahana dalam salah satu proyek ekspedisi paling ambisius yang dilakukan tiga badan antariksa dari Amerika Serikat, Eropa, dan Italia. Wahana yang diluncurkan pada 1997 dan khusus untuk meneliti Saturnus ini mencapai orbit planet itu tujuh tahun berikutnya. Karena krisis bahan bakar, Cassini akan diterjunkan masuk ke atmosfer Saturnus yang mengandung hidrogen-helium tersebut pada akhir April nanti.

Adapun Enceladus merupakan satu dari 62 bulan atau satelit yang mengelilingi Saturnus. Bulan yang berdiameter 504 kilometer—yang menjadi bulan terbesar keenam—itu tampak putih berkilat karena lapisan esnya memantulkan lebih banyak cahaya matahari.

Bulan ini sejak 2005 telah memikat para peneliti. Musababnya, kala itu, untuk pertama kalinya Cassini mendeteksi keberadaan geiser yang menyemburkan air es.

Nah, penemuan kali ini kian memperkuat dugaan adanya sumber energi potensial yang bisa dipakai oleh organisme sederhana. Dengan menggunakan data yang didapatkan dari instrumen Ion dan Neutral Mass Spectrometer (INMS) milik Cassini, tim SwRI yang dipimpin Hunter Waite mendapatkan hasil bahwa proporsi hidrogen mencapai 1,4 persen dari volume semburan geiser. Sedangkan kadar karbon dioksida mencapai 0,8 persen.

Menurut Waite, seperti yang ditulis dalam laporan di jurnal Science pada Kamis pekan lalu, molekul hidrogen dihasilkan terus-menerus akibat reaksi air dan batuan panas di inti Enceladus. Partikel-partikel ini menyebar di atmosfer lewat semburan geiser melalui sejumlah rekahan di kutub selatan Enceladus.

Laporan mereka juga menyebutkan bahwa lapisan es dan laut Enceladus tak bisa menampung hidrogen dalam waktu lama. Pelepasan hidrogen dari air es juga tak sebanding dengan volume dalam semburan geiser.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Reaksi kimia dari semburan geiser Enceladus mirip yang terjadi di sekitar lubang-lubang hidrotermal di laut di bumi. Alih-alih menggunakan cahaya matahari, populasi jasad renik di ekosistem lubang hidrotermal tersebut menggunakan energi kimia untuk hidup.

Jeffrey Seewald, peneliti dari Woods Hole Oceanographic Institution di Massachusetts, menyebutkan kondisi kimiawi di lautan Enceladus bisa menyediakan energi untuk menyokong kehidupan.

Sejumlah mikroba menggunakan cara metabolisme primitif di lingkungan ekstrem dengan mengolah karbon dioksida dan hidrogen. “Mereka membuat metana dalam proses yang dikenal sebagai metanogensis,” kata Seewald seperti ditulis Space.

Hasil studi hidrotermal ini memperkuat studi lain pada 2016 yang menyebutkan bahwa butiran silika halus yang terdeteksi Cassini hanya bisa dihasilkan oleh air panas di kedalaman satelit tersebut. “Hasil studi ini tampaknya cocok satu sama lain,” kata Chris Glein, peneliti dari SwRI.

Keberadaan hidrogen dan karbon dioksida, menurut Glein, menunjukkan adanya potensi besar energi kimia di lautan Enceladus. Namun Glein menyatakan hasil studi ini bukan untuk memastikan adanya kehidupan di Enceladus.

“Kondisi ini meningkatkan peluang bulan itu bisa dihuni, tapi bukan berarti Enceladus memiliki bentuk kehidupan sendiri,” kata Glein. “Perlu banyak data lagi untuk menjawab pertanyaan tersebut.”

SPACE | LIVESCIENCE | NASA | GABRIEL WAHYU TITIYOGA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Cara NASA Mengontak Kembali Voyager 1, Penjelajah Bintang yang Hilang Kontak Selama 5 Bulan

20 jam lalu

Penjelajahan Empat Dekade Voyager
Cara NASA Mengontak Kembali Voyager 1, Penjelajah Bintang yang Hilang Kontak Selama 5 Bulan

NASA memakai kode baru untuk mencolek kembali pesawat antarbintang, Voyager 1, yang sempat hilang kontak.


Kepala OIKN Klaim Pembangunan IKN Bawa Manfaat untuk Semua Pihak, Bagaimana Faktanya?

15 hari lalu

Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN), Bambang Susantono saat mengikuti rapat dengar pendapat dengan Komisi II DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 18 Maret 2024. Rapat tersebut beragendakan perkenalan Kepala Otorita IKN beserta jajarannya dan pemaparan progres pembangunan IKN. TEMPO/M Taufan Rengganis
Kepala OIKN Klaim Pembangunan IKN Bawa Manfaat untuk Semua Pihak, Bagaimana Faktanya?

Kepala Badan Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Bambang Susantono klaim bahwa pembangunan IKN akan membawa manfaat bagi semua pihak.


Jutaan Orang Terpukau Gerhana Matahari Total di Amerika Utara

16 hari lalu

Gerhana matahari total terlihat di Dallas, Texas, AS, 8 April 2024. NASA/Keegan Barber
Jutaan Orang Terpukau Gerhana Matahari Total di Amerika Utara

Cerita orang-orang yang menikmati dan berburu fenomena gerhana matahari total di Amerika Utara. Tetap terpukau meski sebagian terganggu awan.


Perburuan Korona Saat Gerhana Matahari Total Hari Ini Kerahkan Pesawat Jet NASA

17 hari lalu

Pesawat jet riset WB-57 milik NASA. Foto: NASA
Perburuan Korona Saat Gerhana Matahari Total Hari Ini Kerahkan Pesawat Jet NASA

Para peneliti matahari telah menunggu bertahun-tahun untuk momen 4 menit gerhana matahari total di Amerika pada Senin pagi-siang ini waktu setempat.


6 Atraksi Wisata yang Disiapkan untuk Melihat Gerhana Matahari Total

17 hari lalu

Fenomena gerhana matahari total saat terlihat dikawasan Las Grutas, provinsi Rio Negro, Argentina, 14 Desember 2020. Gerhana matahari total dapat terlihat di Amerika Selatan, khususnya di wilayah Cile dan Argentina. REUTERS/Chiwi Giambirtone
6 Atraksi Wisata yang Disiapkan untuk Melihat Gerhana Matahari Total

Gerhana matahari total akan terjadi pada 8 Maret 2024


Fakta-fakta Ihwal Gerhana Matahari Total 8 April 2024

17 hari lalu

Penampakan Gerhana Matahari Total yang diamati dari Pantai Airleu, Com, Distrik Lautem, Timor Leste, Kamis 20 April 2023. FOTO : Observatorium Astronomi ITERA Lampung  atau OAIL
Fakta-fakta Ihwal Gerhana Matahari Total 8 April 2024

Gerhana matahari total akan dimulai di Sinaloa Meksiko, dan kemudian bergerak menuju arah timur laut, melewati Texas, menyeberangi 15 negara bagian AS


Mitos dan Fakta dalam Gerhana Matahari

17 hari lalu

Penampakan Gerhana Matahari Total yang diamati dari Pantai Airleu, Com, Distrik Lautem, Timor Leste, Kamis 20 April 2023. FOTO : Observatorium Astronomi ITERA Lampung  atau OAIL
Mitos dan Fakta dalam Gerhana Matahari

Gerhana matahari ini dimulai di Sinaloa, Meksiko dan bergerak arah timur laut, ke Texas, dan melintasi 15 negara bagian AS sebelum berakhir di Kanada


Inilah Wilayah yang Akan Terjadi Gerhana Matahari Total 8 April 2024

18 hari lalu

Penampakan Gerhana Matahari Total yang diamati dari Pantai Airleu, Com, Distrik Lautem, Timor Leste, Kamis 20 April 2023. FOTO : Observatorium Astronomi ITERA Lampung  atau OAIL
Inilah Wilayah yang Akan Terjadi Gerhana Matahari Total 8 April 2024

NASA telah mengumumkan akan terjadi gerhana matahari total pada 8 April 2024. Berikut lokasinya.


4 Fakta Gerhana Matahari 8 April, Jadi Pembatas Akhir Ramadan dan Awal Syawal 1445 H

22 hari lalu

Gerhana Matahari Total di Biak, Papua, pada Kamis 20 April 2023. Astrofotografer dari Planetarium Jakarta harus berkejaran dengan awan sebelum berhasil mengabadikannya. FOTO/Planetarium dan Observatorium Jakarta
4 Fakta Gerhana Matahari 8 April, Jadi Pembatas Akhir Ramadan dan Awal Syawal 1445 H

Ramadan tahun 2024 akan diakhiri dengan fenomena gerhana. Bulan Syawal akan dimulai setelah gerhana tersebut.


Top 3 Tekno: Aktivitas Perusahaan Sukanto Tanoto di IKN, Deforestasi Kalimantan, Bencana Akibat Penggundulan Hutan

35 hari lalu

Presiden Joko Widodo meninjau langsung progres pembangunan Kantor Presiden di Kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN), Provinsi Kalimantan Timur, Jumat, 1 Maret 2024. Presiden Jokowi mengecek pembangunan infrastruktur yang kini telah mencapai 74 persen tersebut. Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden
Top 3 Tekno: Aktivitas Perusahaan Sukanto Tanoto di IKN, Deforestasi Kalimantan, Bencana Akibat Penggundulan Hutan

Tiga artikel terkait IKN menjadi Top 3 Tekno Tempo pada hari ini. Berita terpopuler mengenai aktivitas perusahaan milik Sukanto Tanoto di IKN.