TEMPO.CO, New York - Sekali lagi astrofisikawan asal Universitas Cambridge, Stephen Hawking, membuat pernyataan yang cukup kontoversial. Dia menyebut kiamat umat manusia tinggal 100 tahun lagi kalau tak segera menemukan planet baru yang bisa dihuni. Hawking adalah seorang fisikawan teoretis yang dikenal dengan teorinya soal termodinamika lubang hitam.
Pernyataan Hawking tersebut dipertanyakan Michel Guillen, pakar fisika dari Universitas Harvard in, editor program sains ABC News, serta produser film. "Kalau begitu, kenapa dia belum juga pergi dari bumi?" kata Guillen, 57 tahun, seperti dikutip dari laman Fox News.
Guillen menyatakan, pertemuan pertama kali dengan Hawking terjadi pada 1987 di Universitas Harvard. "Setahun setelah meluncurkan A Brief History of Time, dia bersedia untuk saya wawancarai untuk ABC News," ujar Guillen, yang juga penulis novel The Null Prophecy (2017).
Namun, kata Guillen, perilaku Hawking berubah sejak saat itu. "Dan, bukan menjadi lebih baik. Dia menjadi selebriti," kata dia. "Dia tampaknya menikmati kehidupan selebritisnya dan melepaskan rantai kekakuan akademis untuk membuat pernyataan sensasional."
Baca: Stephen Hawking: Manusia Hanya Punya Waktu 100 Tahun
Hawking akan mengeluarkan semua hasil analisis terbarunya dalam film dokumenter terbaru yang akan tayang di chanel BBC, Stephen Hawking: Expedition New Earth. Menurut BBC, seri ini akan mengeksplorasi teori Hawking tentang umat manusia dan potensi kehancurannya. Sebelumnya, Hawking juga sempat mengeluarkan pernyataan kontroversial tentang Tuhan.
Pernyataan Hawking tentang kehancuran umat manusia dalam 100 tahun ini berubah drastis dengan pernyataannya November tahun lalu dalam pidatornya di Universitas Oxford. Saat itu, ia menyebutkan setidaknya ada waktu 1.000 tahun sebelum berkemas.
"Masih ada harapan untuk terus hidup jika manusia bisa menemukan planet lain," ujar Hawking kala itu. "Kita harus melangkah untuk masa depan manusia." Meski kemungkinan bencana masih jauh, menurut Hawking, tak ada salahnya mencari jalan keluar untuk memecahkan masalah umat manusia.
Baca: Kehancuran Peradaban Menurut Stephen Hawking
"Apa yang terjadi? Apa Hawking benar-benar telah melepas semua prinsip yang dia pegang selama ini?" tanya Guillen.
Tentu saja tidak, kata Guillen, Hawking telah meramalkannya dengan mengutip perubahan iklim, benda-benda di sekitar bumi, penyakit. Dan, tentunya, kecerdasan buatan. "Namun apakah dia benar-benar serius? Saya meragukan itu," kata Guillen.
Guillen menganggap Hawking adalah Donald Trump dalam sains. "Semua pernyataan yang dilontarkan hanya untuk menarik perhatian," ujarnya. Selain tidak ilmiah, Guillen menambahkan, nubuatnya juga salah arah.
"Sekarang kita melihat Hawking mengajak kita untuk menyelematkan diri ke luar angkasa dan secara tidak langsung berbicara untuk bergabung dengan para miliarder Elon Musk, Jeff Bezos, dan Richard Branson," kata Guillen.
Baca: Stephen Hawking Kecam Kebijakan Sains Donald Trump
Isu kolonisasi ruang angkasa bukanlah hal baru. Pada dekade 1970-an, fisikawan asal Universitas Princeton, Gerard O'Neil, menjadi sensasi media. Sama seperti Hawking sekarang. Visi O'Neil mengilhami terciptakan L5 Society, dinamai dengan huruf awal dari Titik Lagrangian. Ini merupakan sebuah tempat di antara bumi dan bulan yang tidak memiliki gravitasi. Semacam "spot parkir" untuk pesawat ruang angkasa.
Dalam visi O'Neil, secara khusus, koloni bisa tinggal di sana selamanya dengan sedikit atau bahkan tanpa bahan bakar. Pada 1987 L5 Society, bersama dengan organisasi lain, menjadi National Space Society (NSS), yang berbasis di Washington DC. Motto NSS adalah "penggunaan sumber daya ruang angkasa yang luas untuk kemajuan manusia yang lebih dramatis".
Guillen melihat visi Hawking sama dengan NSS. "Bisa memperbanyak kekayaan taipan," tuturnya. "Namun, bagaimana dengan perusakan dan polusi yang tak bisa dihindarkan dari proses produksi pesawat ruang angkasa dan penerbangannya bagi semesta? Lalu, bagaimana sampah ruang angkasa?"
Sekadar informasi, paku seukuran lima sentimeter cukup untuk membunuh sekelompok astronaut karena gravitasi. Dan, jumlah sampah ruang angkasa, seperti bangkai satelit dan pecahan pesawat, jumlahnya mencapai ribuan di sekitar bumi.
"Tidak! Terima kasih, Stephen Hawking. Saya tidak akan menyerah untuk bumi," kata Guillen.
FOX NEWS | THE WEATHER CHANNEL | AMRI MAHBUB