TEMPO.CO, Roma - Paus Fransiskus mengundang para ahli kosmologi dan astrosifikawan terkemuka di dunia ke Vatikan. Tujuannya, untuk membicarakan pembentukan alam semesta, seperti Big Bang (ledakan besar), gelombang gravitasi, singularitas waktu, dan lubang hitam.
Konferensi yang akan berlangsung selama sepekan 9-12 Mei 2017 ini akan akan menghadirkan banyak kosmologi dan astrofisikawan terkemuka di dunia sebagai pembicara, seperti Roger Penrose dari Universitas Oxford, Inggris, dan Andrei Linde dari Universitas Stanford, Amerika Serikat.
Baca: Paus Fransiskus Ajak Ilmuwan Bahas Teori Big Bang
Selain itu, konferensi ini juga sebagai bentuk penghormatan kepada pemikiran Georges Lemaître. Siapa dia?
Seperti dikutip dari Quarterly Journal of the Royal Astronomical Society, Georges Henri Joseph Édouard Lemaître lahir di Charleroi, Belgia, pada 17 Juli 1894. Ia meninggal di Leuven, Belgia, 20 Juni 1966. Ia adalah imam, astronom, dan profesor fisika dari Universitas Katolik Leuven, Belgia.
"Dia mengusulkan teori perluasan alam semesta, yang secara luas disalahartikan sebagai teori Edwin Hubble," demikian tulis Eugenie Samuel Reich, editor di New Scientist, dalam jurnal Nature edisi 27 Juni 2011.
Lemaître adalah orang pertama yang menemukan Hukum Hubble dan Konstanta Hubble yang diterbitkannya pada 1927, dua tahun sebelum artikel Hubble terbit. Ini merupakan hukum dalam astronomi yang menyatakan bahwa pergeseran merah dari cahaya yang datang dari galaksi yang jauh adalah sebanding dengan jaraknya.
Dia juga mengusulkan apa yang kemudian dikenal sebagai teori Big Bang tentang asal mula alam semesta, yang ia sebut dengan "hipotesis tentang atom purba" atau "Telur Kosmik".
Baca: Seperempat Abad, Hubble Intai Sejuta Kali Benda Angkasa
Setelah menjalani pendidikan klasik di sekolah menengah Jesuit, Collège du Sacré-Coeur, di Charleroi, Lemaître mulai mempelajari teknik sipil di Universitas Katolik Leuven pada usia 17 tahun. Pada 1914, dia menunda studinya untuk ikut wajib militer dalam satuan altileri selama Perang Dunia I. Dia menerima penghargaan Palang Perang Belgia.
"Setelah perang usai, Lemaître kembali melanjutkan studinya di bidang fisika dan matematika sekaligus memasuki persiapan imamat keuskupan," tulis John Farrell dalam artikelnya "The Original Big Bang Man" yang dimuat dalam The Tablet edisi 22 Maret 2008. Farrel adalah penulis buku The Day Without Yesterday: Lemaître, Einstein and the Birth of Modern Cosmology (2005).
Lemaître memperoleh gelar doktornya pada 1920 dengan disertasi berjudul "l'Approximation des fonctions de plusieurs variables réelles" (Perkiraan Fungsi dari Beberapa Variabel Nyata"). Disertasi ini ia tulis di bawah arahan Charles de la Vallée-Poussin. Dia ditahbiskan sebagai imam pada 1923.
Pada tahun yang sama Lemaître menjadi mahasiswa pascadoktoral di bidang astronomi di Universitas Cambridge, Inggris. Dia menghabiskan satu tahun penelitian di St. Edmund's College di bawah arahan Arthur Eddington, yang mengenalkannya pada kosmologi modern, astronomi bintang, dan analisis numerik. Tahun berikutnya Lemaître habisnya di Harvard College Observatory, Amerika Serikat, bersama Harlow Shapley yang baru saja muncul ke jajaran ilmuwan terkemuka astronomi lantaran karyanya soal nebula.
Baca: Cincin Nebula Terlihat Lewat Inframerah
Lemaître adalah pelopor penerapan teori relativitas umum Albert Einstein ke dalam kosmologi. Dalam artikel yang diterbitkan pada 1927, Lemaître mengungkapkan fenomena generik dalam kosmologi relativistik yang belakangan dikenal sebagai Hukum Hubble. Dia juga memperkirakan nilai numerik dari konstanta Hubble. Namun, data yang digunakannya tidak memungkinkan pembuktian bahwa ada hubungan linier aktual. Dua tahun kemudian, Hubble-lah yang berhasil membuktikan teori Lemaître.
"Pada 1931, saat Lemaître sedang mencapai annus mirabilis (pencapaian tertingginya), dia menerbitkan sebuah artikel di Nature yang mengemukakan teori 'atom purba'," tulis Jean-Pierre Luminet dalam artikel "Editorial note to: Georges Lemaître, The beginning of the world from the point of view of quantum theory" di jurnal Springer edisi Oktober 2011.
Karena Lemaître menghabiskan seluruh karirnya di Eropa, karya ilmiahnya tak begitu dikenal di Amerika Serikat tak seperti halnya Hubble atau Einstein. Meskipun demikian, teori Lemaître mengubah jalannya kosmologi. Dia terus mendalami fisika dan matematika hingga akhirnya menemukan solusi inhomogen penting dari persamaan medan Einstein yang menggambarkan awan debu bola, metrik Lemaître-Tolman.
Baca: Menengok Kamar Albert Einstein
Lemaître mengusulkan kosmologi relativistik yang menampilkan alam semesta yang meluas. Selanjutnya dia menyimpulkan bahwa peristiwa penciptaan semesta terus terjadi. Sekadar informasi, pada 1980-an, Alan Guth dan Andrei Linde memodifikasi teori ini dengan menambahkannya pada periode inflasi.
Pada 1948, Lemaître menerbitkan sebuah esai matematika yang diberi judul "Quaternions et espace elliptique" dalam jurnal Pontificial Academy of Sciences. Artikel ini mengklarifikasi ruang yang tidak jelas yang dikemukan William Kingdon Clifford pada 1873.
Selain kosmologi, Lemaître merupakan pengadopsi awal komputer untuk perhitungan kosmologis. Dia memperkenalkan komputer pertama ke universitasnya, Burroughs E101, pada 1958.
Lemaître menerika Francqui Prize, hadiah sais tertinggi di Belgia, pada 17 Maret 1934 dari Raja Raja Léopold III. Namanya disodorkan oleh Albert Einstein, Charles de la Vallée-Poussin, dan Alexandre de Hemptinne. Sedangkan juri penghargaan ini terdiri dari, Eddington, Langevin, Théophile de Donder, dan Marcel Dehalu, tiga pakar astronomi terkemuka di masanya.
Selanjutnya, pada 1936, Lemaître menerima Prix Jules Janssen. Ini adalah penghargaan tertinggi dari Société astronomique de France, masyarakat astronomi Prancis. Pada 1953, ia diberi Medali Eddington perdana yang dianugerahkan oleh Royal Astronomical Society.
Melihat kiprahnya di dunia sains dan sederet penghargaan, tak heran kalau Observatoriun Vatikan dan Paus Fransiskus merayakan karya-karya Lemaître dalam sebuah konferensi tahun ini.
AMRI MAHBUB