Baca: Mengenal Ransomware WannaCry yang Menyerang 99 Negara
"Pakai yang gratis, asal asli, sudah banyak. Atau pakai sistem operasi Linux yang kini gampang didapat dan mudah dipakai," ujarnya di kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta Pusat, kemarin.
Gildas mengatakan penggunaan software orisinal memperkecil risiko infeksi ransomware dan malware yang mulai tersebar pada April 2017. Menurut dia, penggunaan aplikasi orisinal adalah cara paling aman. "Masalahnya, kalau bajakan tidak auto update, harus manual. Paling aman, jangan pakai aplikasi bajakan sehingga bisa auto update," katanya.
Baca: Hadapi Ransomware WannaCry, Jangan Hanya Andalkan Antivirus
Fenomena infeksi ransomware WannaCry menyita perhatian seluruh otoritas informatika dan teknologi di 99 negara. Penyebaran virus ini diperkirakan hanya dalam hitungan menit.
Baca Juga:
Adapun di Indonesia, Rumah Sakit Harapan Kita dan Rumah Sakit Dharmais dilaporkan menjadi target serangan peretasan massal tersebut. Pemerintah, kata Gildas, kini berfokus mengantisipasi tersebarnya ransomware yang memanfaatkan senjata cyber yang diduga milik National Security Agency itu. Alat ini dicuri dan dibocorkan kelompok hacker bernama Shadow Brokers.
Baca: Kominfo: RS Harapan Kita dan Dharmais Target Peretasan Massal
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyarankan masyarakat tidak menghidupkan jaringan internet ketika mengaktifkan komputer, PC, dan server untuk menghindari penyebaran ransomware. "Cabut dulu kabel data. Kalau pakai Wi-Fi, matikan sebentar, betul-betul stand alone," ucapnya.
Rudiantara mengimbau seluruh pihak, terutama instansi, lembaga, dan perkantoran, melakukan backup data atau menyimpannya secara terpisah dari server yang telah terinfeksi di dalam jaringan tersebut. Menurut dia, backup dapat dilakukan ke server lain yang tidak menggunakan Windows atau media lain, seperti hard disk eksternal, untuk menghindari infeksi ransomware WannaCry.
Baca: Heboh Peretasan Massal di 99 Negara, Pakai Program Punya NSA?
ARKHELAUS W. | GHOIDA RAHMAH