Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kenapa Gempa Bumi di Aceh Bisa Sangat Dahsyat? Ini Jawabannya

image-gnews
Salah satu kawasan pemukiman di Aceh yang rata dengan tanah akibat diterjang tsunami, 3 Januari 2005. Tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 telah memporak porandakan sebagian wilayah Aceh. Dok.TEMPO/Hariyanto
Salah satu kawasan pemukiman di Aceh yang rata dengan tanah akibat diterjang tsunami, 3 Januari 2005. Tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 telah memporak porandakan sebagian wilayah Aceh. Dok.TEMPO/Hariyanto
Iklan

TEMPO.CO, Colorado - Pernahkah tersirat di benak Anda kenapa dampak gempa bumi di Aceh, yang akhirnya menimbulkan tsunami, pada 2004 bisa begitu dahsyat? Ilmuwan mencoba mengungkapnya dalam jurnal Science edisi terbaru.

Pada 26 Desember 2004, gempa bumi berskala besar disusul tsunami meluluhlantakkan Aceh. Diguncang pergeseran bumi dan diterjang air bah dahsyat, lebih dari 170 ribu orang tewas, 1,3 juta rumah hancur, fasilitas umum, dan sumber-sumber kehidupan rusak. Angka kerusakan dan kerugiannya ditaksir mencapai Rp 42 triliun. Gempa berkekuatan 9,2 skala Richter itu juga menghancurkan kehidupan masyarakat pesisir Samudra Hindia.

Baca: Gempa 6,6 SR di Poso, Ini Wilayah dengan Dampak Terparah

Sebenarnya apa yang terjadi di bawah dasar laut sehingga gempa itu berdampak begitu parah? Tim peneliti internasional, seperti dilansir laman berita Science Daily, telah menemukan bukti bahwa dehidrasi mineral di bawah dasar laut ikut mempengaruhi tingkat keparahan gempa itu.

Peneliti ingin mengetahui penyebab gempa dan tsunami besar tersebut dan kemungkinan hal serupa terjadi di daerah lain dengan sifat geologi yang serupa. "Tsunami Samudra Hindia pada 2004 dipicu oleh gempa yang luar biasa kuat dengan daerah pecah yang luas," kata koordinator ekspedisi riset ini dari University of Southampton, Lisa McNeill.

Riset gempa tersebut dilakukan saat sebuah ekspedisi ilmiah pengeboran laut mendatangi wilayah tersebut pada 2016, sebagai bagian dari International Ocean Discovery Program (IODP). Ekspedisi ini dipimpin peneliti dari University of Southampton dan Colorado School of Mines.

Baca: Tim LIPI Temukan Jejak Tsunami Purba di Aceh Selatan

Selama ekspedisi di atas kapal penelitian JOIDES Resolution, peneliti mengambil sampel, untuk pertama kalinya, sedimen dan batuan dari lempeng tektonik laut yang menyokong zona subduksi Sumatera. Zona subduksi adalah area dua lempeng tektonik bumi bertemu, satu meluncur di bawah yang lain, menghasilkan gempa terbesar di bumi, disertai dengan tsunami yang merusak.

Hasil riset tentang sampel sedimen yang ditemukan jauh di bawah dasar laut kini terinci dalam makalah baru yang dipimpin oleh Andre Hüpers dari MARUM-Center for Marine Environmental Sciences di University of Bremen, yang terbit di jurnal Science.

Batas subduksi utara Sumatera mempunyai karakter struktur dan morfologi yang tak biasa yang mungkin dipengaruhi oleh sifat-sifat sedimen dan batuan yang membentuk batasnya. Berkat dukungan koleksi data geofisika, sejak 2004 pemahaman ihwal struktur batas dan perkembangannya telah bertambah. Tapi pengetahuan soal properti material zona subduksi ini masih minim.

Baca: Ilmuwan Coba Tangkal Tsunami dengan Gelombang Suara

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mereka memusatkan penelitian pada proses dehidrasi mineral sedimen di bawah tanah, yang biasanya terjadi di dalam zona subduksi. Proses dehidrasi ini, yang dipengaruhi oleh suhu dan komposisi sedimen, biasanya mengendalikan lokasi dan tingkat slip antarlempengan, dan karena itu memperparah gempa.

Di Sumatera, tim menggunakan alat bor terbaru untuk mengambil sampel dari bawah dasar laut sedalam 1,5 kilometer. Mereka kemudian mengukur komposisi sedimen dan sifat kimia, termal, dan fisik. Mereka melakukan simulasi untuk menghitung bagaimana sedimen dan batuan akan berperilaku begitu ketika mereka menempuh jarak 250 kilometer ke timur menuju zona subduksi, dan telah terkubur lebih dalam, mencapai suhu yang lebih tinggi.

Peneliti menemukan bahwa sedimen di dasar lautan terkikis dari pegunungan Himalaya dan dataran tinggi Tibet. Lalu sedimen diangkut ribuan kilometer oleh air sungai-sungai di darat dan laut. Sedimen ini cukup tebal hingga mencapai suhu tinggi dan menyebabkan proses dehidrasi sempurna sebelum sedimen mencapai zona subduksi.

Baca: Muncul Pulau Akibat Tsunami, Pemerintah Pantau Garis Pantai

Hal ini menciptakan bahan yang sangat kuat, sehingga gempa tergelincir di permukaan patahan subduksi ke kedalaman yang dangkal dan di atas area sesar yang lebih besar. Ini yang menyebabkan gempa yang sangat kuat terjadi pada 2004.

Menurut Andre Hüpers dari Universitas Bremen, temuan ini menjelaskan luas area pecah atau perpecahan besar, yang merupakan ciri gempa 2004. "Ini juga menunjukkan bahwa zona subduksi lainnya, dengan endapan dan batuan yang tebal dan panas, juga dapat mengalami fenomena seperti ini," ujar dia.

Zona subduksi serupa terdapat di Karibia (Lesser Antilles), di luar Iran dan Pakistan (Makran), dan di barat Amerika Serikat dan Kanada (Cascadia). Tim akan melanjutkan penelitian tentang sampel dan data yang diperoleh dari ekspedisi pengeboran Sumatera selama beberapa tahun ke depan, termasuk percobaan laboratorium dan simulasi numerik lebih lanjut. Mereka akan menggunakan hasilnya untuk menghitung bahaya potensial di masa depan, baik di Sumatera maupun pada subduksi yang sebanding zonanya.

Baca: Berikut Kontruksi Bangunan Tahan Guncangan Gempa

Riset ini akan sangat penting untuk zona subduksi dengan gempa bumi subduksi terbatas atau tidak ada sejarah gempa, saat potensi bahaya tsunami tidak diketahui. Sebab, gempa zona subduksi biasanya kembali terjadi dalam beberapa ratus sampai seribu tahun.

SCIENCE DAILY | PHYS | AHMAD NURHASIM

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Gempa di Laut M4,7 Guncang Gunungkidul Yogyakarta, Tidak Berpotensi Tsunami

1 menit lalu

Seismograf gempa bumi. ANTARA/Shutterstock/pri
Gempa di Laut M4,7 Guncang Gunungkidul Yogyakarta, Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi lempeng.


BNPB Sebut 17.564 Orang Terdampak Gempa Bawean Gresik

3 hari lalu

Warga berada di samping rumah yang mengalami kerusakan akibat gempa di Dusun Prapat Tunggal, Sangkapura, Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur, Minggu, 24 Maret 2024. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gresik mencatat sebanyak 4.085 rumah, 138 rumah ibadah, 68 sekolah, dan 12 perkantoran di Kecamatan Sangkapura dan Tambak mengalami kerusakan akibat gempa bumi yang berpusat di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. ANTARA FOTO/Rizal Hanafi
BNPB Sebut 17.564 Orang Terdampak Gempa Bawean Gresik

BNPB mencatat, sebagian besar warga mengungsi bukan karena rumah mereka rusak akibat gempa, tetapi karena faktor trauma.


Info Terkini Gempa M5,8 di Laut Sawu NTT, Dirasakan Terkuat di Ende pada Skala IV MMI

4 hari lalu

Ilustrasi gempa bumi
Info Terkini Gempa M5,8 di Laut Sawu NTT, Dirasakan Terkuat di Ende pada Skala IV MMI

Gempa yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif dasar laut.


Gempa M6,5 di Laut Jawa Jarang Terjadi, BMKG Dorong Pakar Kebumian Lakukan Kajian

4 hari lalu

Warga mengungsi di halaman rumahnya pascagempa di Sangkapura, Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur, Sabtu, 23 Maret 2024. Sebagian warga korban gempa bumi memilih mengungsi di halaman rumah mereka untuk mengantisipasi terjadinya gempa susulan. ANTARA FOTO/Rizal Hanafi
Gempa M6,5 di Laut Jawa Jarang Terjadi, BMKG Dorong Pakar Kebumian Lakukan Kajian

Kajian ditujukan untuk menyiapkan langkah mitigasi apabila terjadi kemungkinan terburuk seperti gempa bumi yang bisa saja disusul gelombang tsunami.


Gempa Magnitudo 6,8 Guncang Papua Nugini, Terasa di Jayapura dengan Skala III MMI

4 hari lalu

Gempa tektonik magnitudo 6,8 mengguncang wilayah Papua Nugini pada hari Minggu 24 Maret 2024 pukul 03.22.07 WIB. (BMKG)
Gempa Magnitudo 6,8 Guncang Papua Nugini, Terasa di Jayapura dengan Skala III MMI

Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas deformasi kerak bumi.


BMKG Catat 193 Gempa Susulan di Laut Tuban, Warga Diminta Hindari Bangunan Retak

4 hari lalu

Anggota Babinsa bersiaga di sekitar bangunan terdampak gempa di Dagangan, Parengan, Tuban, Jawa Timur, Jumat 22 Maret 2024. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tuban mencatat, gempa dengan magnitudo 6,5 yang terjadi sebanyak 22 kali itu mengakibatkan kerusakan satu rumah warga di Desa Glagahsari, Kecamatan Soko dan bangunan balai desa lama di Desa Dagangan, Kecamatan Parengan. ANTARA FOTO/Muhammad Mada
BMKG Catat 193 Gempa Susulan di Laut Tuban, Warga Diminta Hindari Bangunan Retak

Gempa terakhir yang tercatat dengan magnitudo 3,5 berlokasi 141 kilometer timur laut Tuban, Jawa Timur, dengan kedalaman 10 kilometer.


Begini Kondisi Ratusan Pasien di RS Unair yang Terdampak Gempa Bawean

4 hari lalu

Sejumlah pasien mendapat perawatan di dalam RS Universitas Airlangga (RSUA), Surabaya, Jawa Timur, Sabtu 23 Maret 2024. Pihak rumah sakit telah membawa seluruh pasien masuk ke dalam ruang perawatan di dalam gedung RSUA yang sebelumnya sempat dievakuasi keluar gedung akibat gempa yang berpusat 130 kilometer timur laut Kabupaten Tuban, Jawa Timur pada Jumat (22/3) dan berdampak di Surabaya. ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Begini Kondisi Ratusan Pasien di RS Unair yang Terdampak Gempa Bawean

Sebanyak 160 pasien Rumah Sakit Universitas Airlangga (RS Unair) sempat dievakuasi akibat terkena dampak gempa Bawean.


BNPB Catat 143 Kepala Keluarga Terdampak Gempa Tuban, 4 Rumah Sakit Rusak

5 hari lalu

Warga membersihkan puing-puing bangunan terdampak gempa di Dagangan, Parengan, Tuban, Jawa Timur, Jumat 22 Maret 2024. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tuban mencatat, gempa dengan magnitudo 6,5 yang terjadi sebanyak 22 kali itu mengakibatkan kerusakan satu rumah warga di Desa Glagahsari, Kecamatan Soko dan bangunan balai desa lama di Desa Dagangan, Kecamatan Parengan. ANTARA FOTO/Muhammad Mada
BNPB Catat 143 Kepala Keluarga Terdampak Gempa Tuban, 4 Rumah Sakit Rusak

BNPB mengatakan, gempa Tuban juga mengakibatkan sejumlah infrastruktur alami kerusakan yang bervariasi.


Gempa Tuban, RS Unair Evakuasi 160 Pasien

5 hari lalu

Sejumlah pasien yang dievakuasi keluar ruangan tetap mendapatkan perawatan medis di halaman RS Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Jumat 22 Maret 2024. Pihak rumah sakit mengevakuasi sejumlah pasien ke luar gedung setelah terjadinya gempa bumi susulan yang berpusat 130 kilometer timur laut Kabupaten Tuban, Jawa Timur dan berdampak di Surabaya. ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Gempa Tuban, RS Unair Evakuasi 160 Pasien

Rumah Sakit Universitas Airlangga (RS Unair) terkena dampak gempa magnitudo 6,5 yang melada pesisir utara Jawa Timur.


Beredar Video Dampak Gempa di Pulau Bawean, BMKG: Hoax

5 hari lalu

Beredar video dampak gempa Jumat sore di Pulau Bawean yang dibantah BMKG. (infobmkgjuanda)
Beredar Video Dampak Gempa di Pulau Bawean, BMKG: Hoax

BMKG menyatakan bahwa video tersebut bukan dampak dari gempa magnitudo 6,5 di Laut Jawa pada Jumat sore.