TEMPO.CO, Swansea - Sebanyak 144 responden diminta memperkirakan jumlah jam per pekan yang mereka habiskan untuk mengakses Internet dalam dua bulan terakhir. Detak jantung dan tekanan darah mereka diukur sebelum dan sesudah sesi mengakses Internet selama dua jam per individu.
Kegelisahan para responden ini dan kecanduan Internet yang mereka rasakan juga dinilai, termasuk yang mereka sampaikan sendiri kepada peneliti. Lalu apa hasil riset itu? Ketua tim peneliti dari Universitas Swansea, Phil Reed, menemukan beberapa orang yang mengalami perubahan fisiologis secara signifikan. Di antaranya, yaitu meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah saat mereka selesai menggunakan Internet.
"Ini terjadi pada mereka yang punya masalah serius dengan penggunaan Internet," kata Reed seperti dikutip Science Daily.
Baca: Ericsson Gandeng ITB Kembangkan Internet of Things
Kenaikan denyut jantung dan tekanan darah ini tecermin dari meningkatnya perasaan cemas. Namun, kata Reed, tidak ada perubahan seperti itu pada peserta yang tidak melaporkan adanya masalah penggunaan Internet.
Riset ini melibatkan 81 perempuan dan 63 laki-laki yang berusia 18-33 tahun di Inggris Raya. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal peer-review internasional, PLOS ONE, ini adalah demonstrasi eksperimental terkontrol pertama dari perubahan fisiologis akibat paparan Internet.
Problem penggunaan Internet adalah isu global, terutama pada remaja. Kecanduan Internet ditemukan dalam kaitan problem psikologis, seperti depresi, kegelisahan, isolasi sosial, dan impulsif.
Studi ini menunjukkan bahwa perubahan fisiologis disertai peningkatan kecemasan mengindikasikan satu keadaan seperti pecandu yang kehilangan obat-obat penenang, misalnya alkohol, ganja, dan heroin. Keadaan ini mungkin bertanggung jawab atas beberapa kebutuhan orang untuk bersentuhan kembali dengan perangkat digital mereka untuk mengurangi perasaan tidak menyenangkan ini.
Baca: YLKI: Tarif Internet Sudah Menjurus Kepada Penjebakan Konsumen
Menurut Reed, ada peningkatan rata-rata denyut jantung dan tekanan darah sebesar 3-4 persen antara sebelum dan sesudah bersentuhan dengan Internet. Dalam beberapa kasus, seperti mereka yang memiliki masalah perilaku digital, peningkatannya mencapai dua kali lipat dari angka tersebut segera setelah Internet dijauhkan.
Meski kenaikan ini tidak mengancam jiwa, perubahan tersebut dapat dikaitkan dengan perasaan cemas dan perubahan pada sistem hormonal yang dapat mengurangi respons kekebalan tubuh.
Lisa Osborne, peneliti klinis dan salah seorang anggota riset ini, mengatakan perubahan fisiologis, seperti peningkatan denyut jantung, dapat menyebabkan lebih banyak kecemasan. "Lebih banyak butuh untuk mengurangi ketergantungan terhadap Internet," kata dia.
Studi ini juga menemukan bahwa para peserta menghabiskan rata-rata lima jam sehari untuk berselancar di Internet. Sekitar 23 persen responden menggunakan waktunya lebih dari enam jam sehari untuk mengakses Internet.
Baca: Tarif Internet Indonesia Lebih Murah dari Negara Lain
Selanjutnya: Selain itu, lebih dari 40 persen sampel...