TEMPO.CO, Jakarta - Fenomena langit yang akan terjadi 7 Agustus 2017 mungkin akan menarik minat penggemar astronomi: gerhana bulan parsial. Meski parsial, kita tetap bisa menikmati sensasi saat bulan "dimakan" matahari.
Gerhana bulan parsial terjadi ketika bumi bergerak di antara bulan dan matahari, tapi tidak persis dalam satu garis. Saat gerhana terjadi, sebagian kecil permukaan bulan akan tertutup bagian tergelap bayangan inti bumi.
Wilayah ini disebut dengan umbra. Sedangkan permukaan bulan yang tertutup bagian luar bayangan bumi disebut penumbra.
Baca: Infografis: Drama Menegangkan Seputar Proklamasi 17 Agustus 1945
Gerhana bulan parsial akan terjadi bila dua peristiwa astronomi terjadi secara bersamaan. Pertama, bulan dalam keadaan purnama. Kedua, saat bumi bergerak antara bulan dan matahari.
Namun tidak setiap bulan purnama akan terjadi gerhana bulan parsial. Sebab, bulan selalu bergerak mengelilingi bumi dengan kemiringan orbit sekitar lima derajat terhadap orbit bumi serta matahari atau yang biasa disebut ekliptika. Hal tersebut menyebabkan bulan tidak selalu sejajar dengan bumi dan matahari.
Baca: Mulai 21 Agustus Garuda Indonesia Layani Rute Banyuwangi
Gerhana bulan parsial ditandai dengan bagian penumbra bumi menutupi permukaan bulan. Selanjutnya, umbra bumi bergerak menutupi bulan.
Kemudian akan terjadi puncak gerhana yang ditandai dengan umbra bumi menutupi bagian luar bulan sehingga penampakan bulan seperti telah digigit sesuatu. Akhir gerhana akan ditandai dengan umbra bumi tidak lagi menutupi bagian luar bulan tersebut.
Baca: Maju di Jawa Barat, Ridwan Kamil Tunggu Agustus
Simak berita perkembangan gerhana bulan dan kabar menarik di bulan Agustus lainnya hanya di kanal Tekno Tempo.co.
AMRI MAHBUB