Penguin Juga Menari di Iklim Tropis

Reporter

Editor

Senin, 2 Juli 2007 15:18 WIB

TEMPO Interaktif, WASHINGTON:Penguin kaisar (Emperor) ternyata bukanlah penguin terbesar. Sebab, 36 juta tahun silam, hidup penguin raksasa setinggi 1,5 meter. Icadyptes salasi, demikian nama ilmiah penguin purba itu, yang membuat semua penguin yang hidup sekarang ini tampak kerdil berdampingan dengannya. Yang lebih istimewa, sepupu jauh penguin penghuni es itu gemar berjemur karena tinggal di sepanjang pesisir pantai Peru yang beriklim hangat. Begitulah kesimpulan para ilmuwan, yang menemukan fosil burung besar ini di pesisir selatan Peru pada 2005. Tampang penguin purba itu agak berbeda dengan penguin modern penghuni planet bumi saat ini. Dalam laporan, yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences akhir Juni, digambarkan penguin itu memiliki tengkorak menonjol panjang dan paruh terulur memanjang mirip lembing. Satu dari dua fosil penguin purba yang ditemukan itu memiliki paruh sepanjang 17,8 sentimeter, berat hampir 60 kilogram, dan tinggi 1,52 meter. Bandingkan dengan 17 spesies penguin sekarang ini dengan berat dan tinggi bervariasi, mulai penguin biru kecil yang cuma 0,9 kilogram dan tinggi 40 sentimeter sampai penguin kaisar dengan bobot 38 kilogram dan tinggi 1,3 meter. Tinggi penguin purba itu satu kepala lebih tinggi daripada penguin kaisar, penguin tertinggi yang menjadi tokoh utama dalam film animasi "Happy Feet" tentang seekor penguin suka menari yang tinggal di samudra selatan yang dingin. Apalagi jika dibandingkan dengan penguin Peru sekarang ini, penguin Humboldt, yang tinggi maksimalnya 70 sentimeter dan berat 4 kilogram. Tubuh besar pada penguin dianggap sebagai bentuk adaptasi untuk mempertahankan panas tubuh, sehingga Mario Urbina dari National University of San Marco di Lima, Peru, kaget menemukan fosil itu. Apalagi penguin terbesar ketiga yang pernah ditemukan itu hidup di iklim tropis pada saat bumi lebih panas. Fosil tulang rangka dan dua tengkorak yang utuh itu memberikan petunjuk bahwa penguin tropis itu adalah penyelam andal di laut dalam. Dia juga jago menangkap ikan dengan paruh panjangnya dan bisa "terbang" keluar dari air dengan keanggunan setara penguin modern. Penemuan ini menggoyahkan gagasan bahwa penguin berkembang di belahan bumi mendekati kutub dan tidak berkelana mendekati ekuator sampai 10 juta tahun lalu setelah bumi semakin sejuk. Gagasan itu muncul karena bumi pada masa lalu jauh lebih panas dibanding sekarang. "Kita cenderung berpikir penguin adalah spesies yang beradaptasi dengan hawa dingin," kata ketua tim peneliti, Julia Clarke, paleontologis dari North Carolina State University dan North Carolina Museum of Natural Sciences. "Tapi fosil baru ini berasal dari satu periode terhangat dalam 65 juta tahun sejarah bumi. Bukti ini mengindikasikan penguin mencapai kawasan garis lintang rendah lebih cepat 30 juta tahun daripada perkiraan semula." Memang tak semua penguin modern beradaptasi untuk hidup di daerah bertemperatur dingin. Penguin Galapagos atau Afrika, misalnya, memilih perairan hangat--bukan dingin--di samudra selatan dan Antartika, seperti sebagian besar penguin lainnya. Namun, mereka tergolong pendatang baru jika dibandingkan dengan penguin raksasa yang baru ditemukan. Pendinginan global yang membuat Antartika diselimuti lapisan es baru pada 34 juta tahun lampau, hampir 2 juta tahun setelah Icadyptes salasi musnah. "Kami tak tahu bagaimana penguin besar ini mengatur panas tubuhnya di darat," kata Clarke. "Ada kemungkinan mereka menghabiskan sebagian besar waktunya di air." Selain fosil penguin raksasa, Clarke dan timnya meneliti fosil penguin lainnya yang juga ditemukan di pasir pantai Peru. Spesies kedua ini, Perudyptes devriesi, tingginya kira-kira 76,2-91,4 sentimeter. Penguin ini diperkirakan sebagai salah satu spesies penguin tertua, hidup sekitar 42 juta tahun lalu. Berbeda dengan penguin modern, burung purba itu memiliki paruh yang runcing dan panjang. Perudyptes memiliki paruh yang luar biasa panjang dan mirip lembing, membantunya menelan mangsa besar dan mencapai tinggi yang melebihi rata-rata penguin modern. Paruh ini membuat kepala belakangnya lebih besar untuk menyokong rahang sepanjang itu. Ukuran dua penguin yang telah punah itu memberikan petunjuk bahwa ikan yang menjadi makanannya amat berlimpah, kata Steven Emslie, pakar burung (ornitologis) dari University of North Carolina, Wilmington. "Tubuh besar berkembang dengan sumber pangan yang konsisten," ujarnya. Fosil Perudyptes memiliki karakteristik yang mengindikasikan adanya transisi dari sayap menjadi sirip pengayuh. Otot sayap penguin raksasa itu lebih lemah ketimbang burung yang dapat terbang. "Bagian dari perubahan untuk memperoleh struktur mirip dayung adalah mengurangi otot sayap," kata Clarke.Berdasarkan studi distribusi geografis dan kekerabatan evolusioner penguin yang sudah punah lainnya, Clarke memperkirakan kedua spesies asal Peru itu adalah hasil penyebaran terpisah. Nenek moyang Perudyptes menghuni Antartika sebelum berangkat ke kawasan khatulistiwa dan Icadyptes berasal dari daerah dekat Selandia Baru. Namun, penemuan penguin yang suka iklim tropis itu bukan berarti penguin penghuni Antartika tak bakal terpengaruh oleh efek pemanasan global. Studi terbaru menunjukkan bahwa burung modern, termasuk penguin, sensitif terhadap perubahan temperatur sekecil apa pun. Bahkan penguin tropis Galapagos cenderung berenang di arus air yang lebih dingin di sekeliling pulaunya. "Spesies asal Peru ini adalah cabang awal dari pohon keluarga penguin dan terhitung sepupu jauh penguin yang ada sekarang," kata Clarke. "Apalagi pemanasan global saat ini terjadi dalam jangka waktu yang lebih singkat. Data dari fosil ini tak dapat digunakan untuk memperdebatkan bahwa pemanasan tak akan berdampak buruk pada penguin." l tjandra dewi | livescience | nature | cnn | penguin. cl

Berita terkait

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Dibuka hingga Besok

5 menit lalu

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Dibuka hingga Besok

BTN membuka lowongan kerja untuk dua posisi, yakni yakni Customer Service Staff (CS) dan Teller Service Staff (TS). Simak rinciannya berikut ini.

Baca Selengkapnya

Wednesday Season 2 Mulai Proses Syuting, Ini Gambaran Alur Ceritanya

13 menit lalu

Wednesday Season 2 Mulai Proses Syuting, Ini Gambaran Alur Ceritanya

Pemeran Wednesday, Jenna Ortega, melalui akun Instagram dia mengumumkan proses pembuatan Wednesday Season 2 sudah dimulai

Baca Selengkapnya

Kisah Sendi Fardiansyah Sespri Iriana Galang Dukungan untuk Maju Pilwalkot Bogor

17 menit lalu

Kisah Sendi Fardiansyah Sespri Iriana Galang Dukungan untuk Maju Pilwalkot Bogor

Sespri Iriana Sendi Fardiansyah melakukan sejumlah upaya dalam mempersiapkan diri maju dalam pemilihan wali kota Bogor. Begini kisahnya

Baca Selengkapnya

Pansel KPK Bentukan Jokowi Diragukan karena Pernah Loloskan Firli Bahuri dan Lili Pintauli

21 menit lalu

Pansel KPK Bentukan Jokowi Diragukan karena Pernah Loloskan Firli Bahuri dan Lili Pintauli

Mantan Komisioner KPK Busyro Muqoddas mendesak Pansel KPK tahun ini tidak sepenuhnya ditunjuk Jokowi

Baca Selengkapnya

Soal Penolakan Gelora, PKS Sebut Diterima atau Tidak Urusan Prabowo

23 menit lalu

Soal Penolakan Gelora, PKS Sebut Diterima atau Tidak Urusan Prabowo

Saat ini, PKS dan pihak Prabowo masih terus berkomunikasi dua arah untuk membahas proses yang masih berjalan.

Baca Selengkapnya

Demokrat Ungkap Alasan Tidak Satu Perahu Lagi dengan PKS di Pilkada Depok 2024

27 menit lalu

Demokrat Ungkap Alasan Tidak Satu Perahu Lagi dengan PKS di Pilkada Depok 2024

Ketua DPC Partai Demokrat Depok Edi Sitorus mengungkapkan alasan tidak lagi satu perahu dengan PKS pada Pilkada Depok 2024

Baca Selengkapnya

Mengenal Gemini AI Google yang Mirip ChatGPT dan Cara Menggunakannya

32 menit lalu

Mengenal Gemini AI Google yang Mirip ChatGPT dan Cara Menggunakannya

Google mengembangkan teknologi chat AI bernama Google Gemini. Chat AI ini digadang-gadang menjadi saingan ChatGPT. Ini informasinya.

Baca Selengkapnya

Menjelang Pelantikan Presiden, Kapal Perang Amerika Serikat Berlayar Melintasi Selat Taiwan

44 menit lalu

Menjelang Pelantikan Presiden, Kapal Perang Amerika Serikat Berlayar Melintasi Selat Taiwan

Kapal perang Amerika Serikat berlayar melintasi Selat Taiwan pada Rabu, 8 Mei 2024, atau kurang dari dua pekan sebelum presiden Taiwan yang baru

Baca Selengkapnya

Merawat Tradisi Halabihalal Melayu di Pulau Rempang, dari Berarak hingga Lempar Pulut Kuning

44 menit lalu

Merawat Tradisi Halabihalal Melayu di Pulau Rempang, dari Berarak hingga Lempar Pulut Kuning

Tradisi halalbihalal Pulau Rempang dilakukan dengan mengusung tradisi Melayu. Ada pesan penolakan relokasi karena PSN Rempang Eco-city.

Baca Selengkapnya

Polda Metro Jaya: Berantas Parkir Liar tidak Sulit

53 menit lalu

Polda Metro Jaya: Berantas Parkir Liar tidak Sulit

Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Latif Usman mengklaim tidak sulit memberantas parkir liar

Baca Selengkapnya