Bagaimana Selat Bering Mengatur Iklim Dunia

Reporter

Editor

Rabu, 11 April 2012 07:54 WIB

Selat Bering. knom.org

TEMPO.CO , Boulder--Cuaca dingin ekstrem yang melanda dunia selama Zaman Es 80-10 ribu tahun lampau disertai turun-naik suhu Samudera Atlantik bagian utara hingga 10 derajat setiap beberapa dekade. Perubahan iklim cepat ini disebabkan oleh terbentuknya jembatan darat yang menghubungkan benua Amerika Utara dan Asia.

Menurut peneliti iklim dari National Center for Atmospheric Research Aixue Hu, pada awal Zaman Es, laut di seluruh dunia surut. Akibatnya, permukaan air laut turun hingga 50 meter dari ketinggian saat ini. Selat Bering mengering, menciptakan jembatan darat yang menghubungkan Siberia dan Alaska.

Jembatan darat itu membentuk kawasan penghubung selebar 1.500 kilometer atau dua kali panjang Pulau Jawa. Tanah kering ini menjadi jalur migrasi manusia dan hewan dari Asia ke Amerika.

Pembentukan jembatan darat berdampak besar. Pertukaran garam antara Samudera Pasifik dan Samudera Arktik yang semula berlangsung di Selat Bering terhenti. Akibatnya sebagian besar air tawar dari Samudera Arktik mengalir ke Samudera Pasifik

Simulasi yang dilakukan Hu memperlihatkan saat jembatan darat terbentuk pada zaman es, air tawar dari kawasan Arktik mengalir ke Samudera Atlantik, membuat pembalikan air terhenti.

"Saat terbentuk daratan pemisah di Selat Bering, sirkulasi arus samudera butuh 1.400 tahun untuk berputar," kata Hu. "Saat terisi air sirkulasi hanya butuh 400 tahun."

Sirkulasi arus samudera yang ia maksud adalah aliran air raksasa yang melingkari bumi, melewati tiga Samudera besar yaitu Pasifik, Hindia, dan Pasifik. Salah satu kawasan penting dalam arus laut ini terletak di 20-50 derajat Lintang Utara Samudera Atlantik. Di daerah ini terdapat arus permukaan bergerak menyusuri pinggiran Amerika Utara menuju utara Inggris lalu berputar arah ke selatan sebagai arus bawah laut.

"Saat ada air tawar, sirkulasi arus samudera terhenti," kata dia.Kegagalan peredaran arus samudera berdampak pada suhu permukaan bumi. Seperti tercatat di Greenland, suhu mengalami penurunan mendadak hingga 12 derajat Celsius.

Hu mengatakan, kondisi ini kemungkinan tak akan terjadi di masa depan. Pemanasan global sejauh ini menyebabkan permukaan air laut terus meninggi sehingga Selat Bering akan selalu terbuka.

Ahli pemodelan iklim dari National Oceanic and Atmospheric Administration Ronal Stouffer mengatakan, Selat Bering sejak lama diketahui sebagai penyeimbang iklim khususnya untuk kawasan Atlantik Utara. Pemodelan yang dilakukan Hu, membuktikan bahwa kawasan yang memisahkan dua samudera dan dua benua ini berperan dalam menentukan kondisi iklim dunia.

SCIENCEMAG | ANTON WILLIAM

Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

5 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

9 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

9 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

9 hari lalu

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab

Baca Selengkapnya

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

14 hari lalu

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

20 hari lalu

Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

Aktivis Greta Thunberg ditangkap lagi setelah dibebaskan dalam unjuk rasa menentang subsidi bahan bakar minyak.

Baca Selengkapnya

Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

24 hari lalu

Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

Setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan curah hujan di Kota Bogor selalu tinggi. Namun bukan hujan pemicu seringnya bencana di wilayah ini.

Baca Selengkapnya

Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

27 hari lalu

Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

Grup musik punk Green Day akan tampil dalam konser iklim global yang didukung oleh PBB di San Francisco

Baca Selengkapnya

Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

32 hari lalu

Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

Jakarta dan Banten diperkirakan memasuki musim kemarau mulai Juni mendatang, dan puncaknya pada Agustus. Sedikit mundur karena anomali iklim.

Baca Selengkapnya

Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

39 hari lalu

Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

AMAN mengidentifikasi belasan masyarakat adat di IKN Nusantara dan sekitarnya. Mereka terancam rencana investasi proyek IKN dan dampak krisis iklim.

Baca Selengkapnya