NASA Temukan Kawah Es di Bulan?  

Reporter

Editor

Sabtu, 23 Juni 2012 04:51 WIB

Warga melihat Gerhana Bulan Parsial melalui teropong di Planetarium, Jakarta, Senin (4/6). Fenomena Gerhana Bulan Parsial terjadi bila bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar Matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi. ANTARA/M Agung Rajasa

TEMPO.CO, Cambridge - Upaya manusia mencari sumber kehidupan di luar Bumi terus dilakukan. Sejumlah tempat di antariksa, yang dinilai layak huni bagi manusia, terus dicari. Mulai dari bulan hingga planet Mars.

Harapan sedikit mencuat saat Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) baru-baru ini menemukan sebuah kawah di bulan yang diduga banyak mengandung cadangan es. Para ilmuwan kini menyelidiki kawah bernama Shackleton Crater yang terletak di kutub selatan bulan tersebut.

Kawah itu hampir seperti samudra di Bumi, dengan diameter lebih dari 19 kilometer dan kedalaman 3 kilometer. NASA terinspirasi seorang penjelajah Antartika bernama Ernest Shackleton sewaktu menamainya.

Hasil pengamatan pesawat antariksa Lunar Reconnaissance Orbiter milik NASA menunjukkan es mengisi hampir 22 persen dari seluruh permukaan material kawah. Bagian dalam kawah gelap total, menjadikannya semacam perangkap beku bagi sejumlah besar air.

Namun pengamatan orbit dan pengamatan dari Bumi yang dilakukan sebelumnya menghasilkan interpretasi berbeda. Hasil kedua pengamatan masih meragukan keberadaan es di kawah tersebut.

Misalnya, pesawat antariksa Kaguya milik Jepang tidak melihat tanda-tanda yang menunjukkan adanya es dalam kawah Shackleton. Namun hasil pengamatan LCROSS milik NASA menunjukkan kawah Cabeus, yang juga terletak dekat kutub selatan bulan, mengandung setidaknya 5 persen massa air.

Kini para ilmuwan yang memetakan kawah Shackleton secara detail telah menemukan bukti keberadaan es di dalam kawah. Lunar Reconnaissance Orbiter NASA menerangi bagian dalam kawah dengan sinar laser inframerah untuk mengukur tingkat refleksinya. Hasilnya, lantai kawah lebih reflektif ketimbang kawah terdekat lainnya. Tingkat refleksi yang tinggi menunjukkan kawah itu memiliki es.

"Jumlah es diperkirakan mencapai 20 persen. Tapi, jangan terlalu berharap, karena jumlah es di kawah itu bisa jauh lebih sedikit, bahkan tidak ada sama sekali," kata Maria Zuber, ahli geofisika di Massachusetts Institute of Technology, Amerika Serikat.

Ketidakpastian ini disebabkan keadaan di bagian lain dari kawah yang menjadikannya cukup aneh. Sementara lantai kawah relatif cerah, Zuber dan rekan-rekannya mengamati dinding kawah ternyata lebih reflektif.

Para ilmuwan menduga refleksi dari dinding kawah bukan disebabkan adanya es, melainkan gempa. Zuber mengatakan bulan memang sering bergetar akibat tabrakan meteor atau tarikan gravitasi Bumi. Getaran-getaran ini mungkin telah menyebabkan lapisan tanah di permukaan dinding kawah yang berwarna gelap mengelupas dan digantikan lapisan di bawahnya yang lebih cerah.

Dugaan serupa juga berlaku pada lantai kawah yang memiliki reflektansi tinggi. "Reflektansi bisa menjadi indikasi keberadaan es atau selain itu," kata Zuber. Lantai kawah mungkin reflektif karena lebih sedikit terpapar radiasi matahari dan kosmik yang dapat membuatnya gelap.

Zuber mencatat kelemahan dalam pengamatan ini. Ia mengatakan pengukuran baru bisa dilakukan terhadap lapisan paling atas kawah Shackleton hingga kedalaman beberapa mikron. "Sebuah pertanyaan besar adalah seberapa banyak air yang mungkin terkubur di kedalaman kawah," kata dia, menambahkan bahwa NASA melalui misi GRAIL akan menyelidiki kemungkinan itu.

Para ilmuwan NASA juga menggunakan pengorbit untuk memetakan lantai kawah dan kemiringan dinding-dindingnya. Peta topografi ini akan membantu pemerataan sorotan sinar inframerah pada seluruh permukaan kawah dan mempelajari daerah lain di bulan yang belum dipetakan.

"Kami ingin mempelajari kawah lain di kutub bulan secara detail. Ada banyak hal yang harus dipelajari di sini," kata Zuber. Para ilmuwan memerinci temuan mereka pada jurnal Nature edisi 21 Juni 2012.

LIVESCIENCE | MAHARDIKA SATRIA HADI

Berita lain:
Menebak Kelamin Calon Bayi Ratu Badak

Google Mulai Proyek Selamatkan Bahasa Langka

Cara Identifikasi Benda Angkasa Jatuh

Ada Fosil Kura-kura Bercinta di Jerman

Balita Lebih Senang Memberi Ketimbang Menerima




Berita terkait

Mengenal Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS

3 hari lalu

Mengenal Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS

Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS merupakan pesawat luar angkasa raksasa yang mengorbit mengelilingi bumi demi tujuan-tujuan ilmiah.

Baca Selengkapnya

Dennis Tito Menjadi Turis Luar Angkasa Pertama 13 Tahun Lalu, Ini Profil Ahli Fisika Itu

3 hari lalu

Dennis Tito Menjadi Turis Luar Angkasa Pertama 13 Tahun Lalu, Ini Profil Ahli Fisika Itu

Ia terbang dengan pesawat Soyuz TM-32 bersama kosmonot Rusia ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Ahli fisika rekayasa antariksa ini membayar US$ 20 juta.

Baca Selengkapnya

BRIN dan Indian Space Research Organisation Sepakat Berkolaborasi Bidang Luar Angkasa

42 hari lalu

BRIN dan Indian Space Research Organisation Sepakat Berkolaborasi Bidang Luar Angkasa

ISRO dan BRIN sepakat untuk berkolaborasi dalam sejumlah sektor, di antaranya Pemeliharaan dan Pemanfaatan Telemetri.

Baca Selengkapnya

Dituduh AS, Rusia Bantah Kembangkan Senjata Nuklir di Luar Angkasa

16 Februari 2024

Dituduh AS, Rusia Bantah Kembangkan Senjata Nuklir di Luar Angkasa

Kremlin menolak tudingan Amerika Serikat (AS) bahwa Rusia sedang mengembangkan kemampuan senjata nuklir di luar angkasa.

Baca Selengkapnya

Oxfam: Israel Bunuh 250 Warga Palestina di Gaza Setiap Hari Sejak 7 Oktober

12 Januari 2024

Oxfam: Israel Bunuh 250 Warga Palestina di Gaza Setiap Hari Sejak 7 Oktober

Pembunuhan warga sipil Palestina oleh Israel di Gaza berada pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah, kata Oxfam

Baca Selengkapnya

Setelah Roket Vulcan Berhasil Debut, Bagaimana Masalah Pendarat di Bulan?

9 Januari 2024

Setelah Roket Vulcan Berhasil Debut, Bagaimana Masalah Pendarat di Bulan?

Masalah pendarat di bulan mengancam misi setelah roket Vulcan berhasil melakukan debut.

Baca Selengkapnya

Apa Itu Badai Matahari yang Dikabarkan Bakal Hantam Bumi di akhir 2023

22 Desember 2023

Apa Itu Badai Matahari yang Dikabarkan Bakal Hantam Bumi di akhir 2023

Badai matahari dikabarkan akan menghantam bumi pada akhir tahun 2023? Kenali apa itu badai matahari di artikel ini.

Baca Selengkapnya

Pesawat Luar Angkasa Militer AS X-37B Meluncur, Perkiraan Kembali Juni 2026

12 Desember 2023

Pesawat Luar Angkasa Militer AS X-37B Meluncur, Perkiraan Kembali Juni 2026

Pesawat luar angkasa militer Amerika Serikat (AS) X-37B lepas landas dari Florida untuk misi rahasia mereka pada Senin 11 Desember 2023 waktu setempat.

Baca Selengkapnya

5 Negara Kirim Serangga dan Mamalia ke Luar Angkasa, ini Ragam Penelitiannya

12 November 2023

5 Negara Kirim Serangga dan Mamalia ke Luar Angkasa, ini Ragam Penelitiannya

Sejumlah negara mengirim serangga dan mamalia ke luar angkasa untuk diteliti demi ilmu pengetahuan

Baca Selengkapnya

5 Jenis Hewan yang Diterbangkan ke Luar Angkasa, dari Serangga hingga Mamalia

12 November 2023

5 Jenis Hewan yang Diterbangkan ke Luar Angkasa, dari Serangga hingga Mamalia

Dari anjing, monyet hingga lalat buah, sejumlah hewan ini dikirim ke luar angkasa untuk percobaan

Baca Selengkapnya