TEMPO.CO , Atlanta - Ketika satu jenis karang terancam karena diserang rumput laut pembunuh, ia akan mengirim sinyal kimia kepada ikan-ikan kecil yang setia didalamnya. Cara ini digunakan supaya ikan-ikan tersebut segera bisa melindunginya dari serangan itu.
Para peneliti melakukan percobaan di perairan dengan karang yang berkembang pesar di Acropora nasuta, sekitar Fiji. Filamen rumput laut yang secara kimia meracuni karang adalah Chlorodesmis fastigiata. Beberapa karang dalam penelitian itu ditempati oleh ikan kecil yaitu ikan Gobi yang dengan cepat akan menggigit rumput laut itu.
"Ikan kecil ini akan keluar dari karang dan segera memotong rumput laut itu sehingga tak jadi menyentuh karang," kata Mark Hay, peneliti sekaligus ahli biologi di Georgia Institute of Technology. Menurutnya mekanisme ini terjadi sangat cepat dimana karang melepas sinyal kimianya dan ikan segera merespon.
Tim peneliti menemukan kontrol karang tanpa pelindung ikan memperlihatkan banyaknya rumput laut beracun yang terkunci pada koral tersebut. Dan menjadikannya rusak parah. Sebaliknya, jumlah kerusakan menurun sebesar 70 hingga 80 persen dalam waktu tiga hari untuk karang yang hidup berdampingan dengan ikan Gobi.
Dari laporan yang mereka tulis dalam jurnal Science menunjukkan ikan Gobi sebetulnya tak tertarik dengan rumput laut. Ikan-ikan penjaga ini melakukannya lebih karena rangsang bau yang dilepaskan koral. Bau ini rupanya sangat menarik bagi ikan-ikan itu.
Ikan Gobi hanya melindungi tempat mereka berteduh dan makan. "Ini semacam pertukaran perlindungan antara mereka," ujar Hay.
Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.