TEMPO.CO, Mountain View - Setelah sekian tahun menutup diri, Google akhirnya mempersilakan publik mengintip data center mereka melalui beragam foto dan layanan Google Street View. Itu dilakukan setelah 14 tahun lalu Larry Page dan Sergey Brin memulai Google dengan menyewa server murah. Selama ini, publik hanya bisa melihat wajah laman sederhana situs www.google.com.
"Kini kami telah tumbuh besar dan saya berharap Anda dapat ikut melihat dan menikmati apa yang telah kami bangun," ujar Urs Holzle, Senior Vice President Google untuk Infrastruktur Teknis, pertengahan Oktober lalu.
Google meluncurkan laman baru bertajuk "Where the Internet Lives", yang berisi kumpulan foto mengenai data center—yang sebelumnya bersifat rahasia. Foto-foto yang diambil oleh Connie Zhou itu memperlihatkan tumpukan rak server, pipa, hingga warna-warni lampu LED. Uniknya, pipa dan kabel dalam data center Google memiliki warna khas Google, ykani merah, hijau, biru, dan kuning.
Melalui Street View, pengunjung juga dapat menyusuri data center Google di Lenoir, North Carolina. Google memperlihatkan stormtrooper seukuran manusia yang tengah "menjaga" data center dan droid R2D2. Keduanya adalah tokoh dalam film serial Star Wars. Menurut penulis buku tentang Google, In the Plex, Steven Levy, ada 49.923 server yang beroperasi di fasilitas Lenoir itu.
Sebelum membangun data center sendiri, Google menyewa fasilitas data center Exodus di Santa Clara. Google membangun data center pertamanya di The Dalles, sebuah kota di Oregon, di dekat Sungai Columbia, pada 2006. Data center itu dirancang oleh Urs Holzle dan timnya senilai US$ 600 juta.
Saat ini Google memiliki 12 data center yang tersebar di Benua Amerika, Asia, dan Eropa. Tiga data center Google di Asia berada di Hong Kong, Singapura, dan Taiwan. Google berencana membangun pusat data yang lebih canggih pada 2013. Keunggulan pusat data baru itu terdapat pada desain pusat data dan cluster, kecepatan penyebaran, serta fleksibilitas. "Ini adalah salah satu hal yang saya tidak bisa saya bahas lebih jauh," kata Urs Holzle. "Karena kami sudah menghabiskan darah, keringat, dan air mata. Saya ingin orang lain menghabiskan darah, keringat, dan air mata mereka untuk membuat penemuan yang sama."
Infrastruktur raksasa itulah yang memungkinkan Google mengindeks 20 miliar halaman web per hari, menangani lebih dari 3 miliar permintaan pencarian setiap hari, melakukan jutaan lelang iklan secara real time, menawarkan penyimpanan e-mail gratis kepada 425 juta pengguna G-mail, men-zip jutaan video YouTube untuk pengguna setiap hari, dan memberikan hasil pencarian sebelum pengguna selesai mengetik permintaan. Dalam waktu dekat, ketika Google merilis platform komputasi Glass, infrastruktur ini akan mendukung hasil pencarian visualnya.
ERWIN ZACHRI
Berita terpopuler lainnya:
Andi Mallarangeng Terkenal Kikir
Apa Untungnya Kalau Rhoma Irama Jadi Presiden
Bupati Aceng Nikahi Shinta, Pestanya Meriah
Abraham Sebut Andi Mallarangeng Kesatria Bugis
Jasad Perawat Kate Middleton Akan Dibawa ke India
Berita terkait
Psikolog Sebut Perlunya Orang Tua Terapkan Aturan Jelas Penggunaan Ponsel pada Anak
6 hari lalu
Orang tua harus memiliki aturan yang jelas dan konsisten untuk mendisiplinkan penggunaan ponsel dan aplikasi pada anak.
Baca SelengkapnyaGoogle Kembali Melakukan PHK, Ini Alasannya
11 hari lalu
Dalam beberapa bulan terakhir Google telah melakukan PHK sebanyak 3 kali, kali ini berdampak pada 28 karyawan yang melakukan aksi protes.
Baca Selengkapnya10 Prospek Kerja Jurusan Bisnis Digital, Ada Digital Marketer hingga SEO Specialist
13 hari lalu
Berikut ini deretan prospek kerja jurusan Bisnis Digital, di antaranya digital marketing, data analyst, product manager, hingga SEO specialist.
Baca SelengkapnyaPihak-Pihak yang Berkontribusi terhadap Perlindungan Hak Privasi Data Pribadi
13 hari lalu
Di era digital penting untuk melindungi data pribadi sebagai hak privasi. Siapa saja pihak-pihak yang berperan besar melindungi data diri?
Baca SelengkapnyaPANDI Luncurkan Indonesia Berdaulat Digital Bersama Pemangku Kepentingan Internet
25 hari lalu
PANDI tengah merancang Identitas digital berbasis Blockchain bekerja sama dengan instansi pemerintahan terkait.
Baca SelengkapnyaKenali Ancaman Otak Popcorn, Gangguan Fokus Akibat Sering Main Media Sosial
29 hari lalu
Otak popcorn berasal dari sebuah kondisi otak seseorang terus berpikir dari satu pikiran ke pikiran yang lain dalam sekejap seperti biji popcorn.
Baca SelengkapnyaBamsoet Dorong Generasi Muda Kuasai Teknologi Digital
29 hari lalu
Jika tidak segera beradaptasi dengan AI, generasi muda akan kesulitan masuk dunia kerja di masa depan
Baca SelengkapnyaWorkshop Kolaborasi Politeknik Tempo & Shopee, Digital Enterpreneur: Dulu Gaptek, Sekarang Hi-Tech
33 hari lalu
Workshop Politeknik Tempo Jakarta, Shopee, dan Mandiri Sekuritas bertajuk "Digital Enterpreneur: Dulu Gaptek, Sekarang Hi-Tech".
Baca SelengkapnyaJokowi Instruksikan Seluruh Kementerian Terintegrasi dengan INA Digital per Mei 2024
36 hari lalu
Presiden Jokowi meminta layanan yang mengintegrasikan administrasi kependudukan, pendidikan, kesehatan, kepolisian, bantuan sosial, dan keimigrasian - segera selesai.
Baca SelengkapnyaKominfo dan Microsoft Indonesia Kerja Sama untuk Tingkatkan Transformasi Digital
46 hari lalu
Kementerian Kominfo dan PT Microsoft Indonesia bekerja sama untuk transformasi digital.
Baca Selengkapnya