Pengeboman Tuna Marak di Flores Timur  

Reporter

Jumat, 15 Maret 2013 19:22 WIB

ANTARA/Fiqman Sunandar

TEMPO.CO, Jakarta - Kegiatan penangkapan ikan tuna menggunakan bom masih marak di perairan Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. WWF-Indonesia, dalam laporan survei berjudul "Potret Pemboman Ikan Tuna di Perairan Kabupaten Flores Timur" yang dirilis Kamis, 4 Maret 2013, menyatakan praktek pengeboman ikan tuna dijumpai di peraian Pulau Tiga, Selat Solor, Pulau Solor bagian selatan, Selata Lamakera, dan Selat Lembata bagian selatan.

Dwi Ariyogautama, peneliti perikanan Program Kelautan dan Perikanan WWF-Indonesia, mengatakan penangkapan tuna dengan bom pertama kali diperkenalkan oleh nelayan asal Sulawesi pada 1996. Sejak itu nelayan di dua desa di Kabupaten Flores Timur kerap menggunakan bom untuk menangkap tuna. Pengeboman sempat berhenti pada akhir 1990-an, namun kembali dilakukan sejak 2004.

"Sampai sekarang masih terjadi dan bertambah parah," kata Dwi dalam konferensi pers kemarin di Hotel Atlet Century. Bahkan, tim survei WWF-Indonesia pernah menemukan 98 armada kapal berukuran 2-3 gross tonnase di salah satu desa yang digunakan nelayan untuk menangkap ikan tuna dengan bom.

Satu kapal tangkap biasanya berisi hingga 10 nelayan: satu orang juru mudi, satu orang pelempar bom, dan sisanya bertugas menyelam ke laut menangkap tuna yang terkena bom. Nelayan rata-rata melakukan 8-15 kegiatan tangkap per bulan. Sebanyak 7-10 botol bom berisi pupuk urea dilemparkan ke laut setiap hari. Total terjadi 56-150 ledakan per bulan.

Dwi mengatakan, masa tangkap tuna dengan bom biasa dimulai bulan April hingga November. Hasilnya memang menggiurkan. Data selama empat bulan pada akhir 2012 menunjukkan 57,6-240 ton tuna berhasil ditangkap oleh para nelayan. Nilainya ditaksir Rp 896 juta sampai Rp 3,15 miliar. "Cara bom menghasilkan tiga kali dari cara tangkap pancing dan gillnet," kata dia.

Masalahnya, praktek penangkapan tuna dengan bom tidak hanya merusak ekosistem, tapi juga menyebabkan pemborosan ikan tuna. WWF-Indonesia mencatat setidaknya separuh dari jumlah tuna yang terkena bom keburu tenggelam ke dasar laut sebelum sempat diambil oleh nelayan sehingga terbuang percuma.

Selain itu, ledakan bom tidak hanya menyasar tuna. Lumba-lumba yang merupakan satwa dilindungi juga menjadi korban karena sering berada di area yang sama dengan tuna. Belum lagi pelaku pengeboman yang terkena ledakan hingga mengalami cacat permanen atau meninggal. Di salah satu desa lokasi penelitian WWF, ditemukan data lima orang korban meninggal dan dua orang cacat permanen sejak 2004 akibat insiden ledakan bom tuna.

Nelayan biasa menggunakan lumba-lumba atau burung laut sebagai indikator keberadaan tuna. "Karena lumba-lumba berasosiasi dengan tuna," ucap Dwi. Ketika lumba-lumba muncul ke permukaan laut, nelayan segera melempar bom berisi pupuk urea ke sekitarnya. Akibatnya, mamalia laut itu bersama tuna menjadi korban ledakan.

Direktur Program Kelautan dan Perikanan WWF-Indonesia, Wawan Ridwan, mengatakan praktek pengeboman ikan tuna harus segera dihentikan. Para pemasok ikan tuna juga wajib memastikan bahwa produk perikanan yang mereka terima dari nelayan tidak berasal dari kegiatan yang merusak. "Dalam kasus ini asal-usul produk tuna harus ditelusuri," ujarnya.

Menurut Dwi, kesadaran menelusuri asal-usul tuna menjadi penting, mengingat ikan migrasi itu menjadi komoditas perikanan utama global yang diekspor ke beberapa negara, seperti Jepang dan Hawaii. Apalagi tuna hasil tangkap dengan bom sering kali berkualitas buruk karena penanganan yang tidak higienis oleh nelayan. "Ada bakteri E. coli dan Salmonella, sehingga tidak lolos laboratorium jika diekspor," kata dia.

MAHARDIKA SATRIA HADI

Berita Terpopuler:
Tiga Wacana Jokowi Jadi Presiden

Sisi Kelam Paus Fransiskus Bergoglio

DitudingTerima 4 M, Saan: Membayangkan Saja Tidak

Venna Melinda Tegur Anggota DPR yang Merokok

KPK Telisik Lobi Djoko kepada Anas Siang Ini

Berita terkait

DFW Desak Pemerintah Usut Dugaan Kejahatan Perikanan di Laut Arafura

9 hari lalu

DFW Desak Pemerintah Usut Dugaan Kejahatan Perikanan di Laut Arafura

Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia mendesak pemerintah untuk mengusut dugaan kejahatan perikanan di laut Arafura.

Baca Selengkapnya

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

20 hari lalu

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengungkap sejumlah permasalahan nelayan masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Sri Mulyani Masih Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,2 Persen, Bahlil Debat dengan Luhut

39 hari lalu

Terkini Bisnis: Sri Mulyani Masih Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,2 Persen, Bahlil Debat dengan Luhut

Sri Mulyani masih yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap bisa mencapai 5,2 persen pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Inflasi Komoditas Perikanan 2,61 Persen, Ditopang Produksi Melimpah

39 hari lalu

Inflasi Komoditas Perikanan 2,61 Persen, Ditopang Produksi Melimpah

KKP menargetkan inflasi komoditas perikanan tahun 2023 sebesar 3+1 persen.

Baca Selengkapnya

KKP Anggarkan Rp 662 Miliar untuk Kesetaraan Gender, Ada 148 Ribu Perempuan di Sektor Perikanan

39 hari lalu

KKP Anggarkan Rp 662 Miliar untuk Kesetaraan Gender, Ada 148 Ribu Perempuan di Sektor Perikanan

Anggaran untuk mendukung perempuan dan disabilitas yang ada dalam sektor perikanan nasional.

Baca Selengkapnya

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

40 hari lalu

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

Pengusaha yang hanya mengejar keuntungan telah menyebabkan luasnya praktik kerja paksa, perdagangan manusia, dan perbudakan di sektor perikanan.

Baca Selengkapnya

Edi Damansyah Dorong Produksi Perikanan Kukar

40 hari lalu

Edi Damansyah Dorong Produksi Perikanan Kukar

Bupati Kutai Kartanegara (Kukar), Edi Damansyah, membuat program Dedikasi Kukar Idaman untuk para nelayan dan pembudidaya ikan di Kecamatan Anggana.

Baca Selengkapnya

Gagal, Isu Pertanian dan Subsidi Perikanan Belum Disetujui WTO

53 hari lalu

Gagal, Isu Pertanian dan Subsidi Perikanan Belum Disetujui WTO

Isu soal pertanian dan subsidi perikanan belum disetujui dalam KTM13 WTO di Abu Dhabi lalu. Meski demikian, sudah disetujui sekitar 80 member WTO.

Baca Selengkapnya

KKP Klaim Penerapan Sanksi Administratif Tingkatkan Efek Jera

25 Februari 2024

KKP Klaim Penerapan Sanksi Administratif Tingkatkan Efek Jera

Sejak penerapan sanksi administratif di sektor kelautan dan perikanan, KKP menyebut kebijakan tersebut mampu meningkatkan efek jera.

Baca Selengkapnya

Tekstil Hingga Perikanan Diprediksi Terdampak Resesi Jepang, Batu Bara dan Nikel Waspada

19 Februari 2024

Tekstil Hingga Perikanan Diprediksi Terdampak Resesi Jepang, Batu Bara dan Nikel Waspada

Ekonom Indef menyebut sejumlah sektor bakal terdampak oleh resesi yang melanda Jepang, tujuan ekspor terbesar keempat Indonesia.

Baca Selengkapnya