TEMPO.CO, Hong Kong - Coronavirus baru yang masih misterius, yang muncul di Timur Tengah dan telah menewaskan 11 orang, berpotensi lebih mematikan daripada sindrom pernapasan akut (severe acute respiratory syndrome/SARS). Selain itu, virus ini juga mampu menginfeksi spesies yang berbeda.
Menurut penelitian tim University of Hong Kong, tidak seperti SARS, coronavirus baru dapat mempengaruhi organ yang berbeda dalam tubuh dan membunuh sel-sel dengan cepat. Sumber infeksi masih belum diketahui, tetapi virus tampaknya berasal dari kelelawar.
Penelitian HKU menyebutkan, sejumlah binatang termasuk monyet, babi, musang, bahkan kelinci, bisa menjadi inang bagi virus itu sebelum masuk ke tubuh manusia. Yuen Kwok yun, salah seorang peneliti, menyatakan, hal ini berarti bahwa sumber infeksi pada manusia akan sulit untuk dilacak.
Organisasi Kesehatan Dunia mengumumkan kemarin bahwa penyakit ini telah membunuh dua orang lagi--pria 73 tahun dari Uni Emirat Arab dan seorang warga Inggris yang telah mengunjungi Arab Saudi dan Pakistan--sehingga jumlah korban tewas menjadi 11 orang. WHO telah mengkonfirmasi 17 kasus sampai saat ini.
Yuen mengatakan kepada South China Morning Post bahwa virus tersebut dapat menyebabkan pandemi yang mematikan jika bermutasi lebih lanjut. "Ini bisa menjadi lebih ganas dari SARS," katanya. "SARS menginfeksi sangat sedikit sel manusia. Tapi virus ini baru dapat menginfeksi berbagai jenis jaringan sel manusia, dan membunuh sel-sel dengan cepat."
Menurut dia, virus tersebut dapat menyebabkan infeksi organ yang luas. Virus bisa menyerang saluran napas bagian bawah, hati, ginjal, dan usus.
Laporan, yang diterbitkan oleh Journal of Infectious Diseases minggu ini, mengatakan, virus baru sangat berbeda dari coronaviruses manusia lainnya yang biasanya memiliki sedikit kemampuan untuk bergerak di antara sel yang berbeda, dan menyebabkan pembatasan dampak hanya pada infeksi saluran pernapasan bagian atas. Hal ini mungkin menjelaskan mengapa pasien dengan coronavirus baru dapat mengalami gagal multi-organ, sehingga menyebabkan tingkat kematian yang tinggi, hingga 56 persen--sementara SARS hanya 11 persen.
SOUTH CHINA MORNING POST | TRIP B
Berita terkait
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaJokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti
19 Agustus 2023
Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045
15 Juni 2023
Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.
Baca SelengkapnyaMemahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya
10 Desember 2022
Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.
Baca SelengkapnyaDi Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis
3 Desember 2022
Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Baca SelengkapnyaSiti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya
25 November 2022
MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.
Baca SelengkapnyaBRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan
10 November 2022
Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPraktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
20 April 2022
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
Baca Selengkapnya