TEMPO.CO, California--Wabah demam emas yang melanda California sudah selesai lebih dari seabad lalu. Namun aktivitas pertambangan masif tersebut meninggalkan warisan buruk: merkuri. Jejak limbah merkuri masih ditemukan di sungai-sungai dan sedimentasi yang berpotensi meracuni hewan dan manusia. Kontaminasi limbah merkuri tersebut diperkirakan bakal bertahan selama 10 ribu tahun.
Penelitian terbaru menunjukkan adanya kontaminasi merkuri di Pegunungan Sierra Nevada. Pegungungan itu adalah salah satu tempat yang menjadi pusat pertambangan emas antara tahun 1848-1884. Berton-ton sedimen yang terkontaminasi merkuri mengalir di sungai menuju lembah.
Sekali dalam satu dekade biasanya ada banjir bandang yang terjadi dan membawa tumpukan sedimen dengan konsentrasi tinggi merkuri hingga ke teluk San Fransisco. "Itu adalah masalah besar karena ekosistem di teluk (San Franscisco) dan delta Sacramento terkontaminasi," kata Michael Singer, geolog Universitas California, Santa Barbara.
Setelah banjir bandang itu sempat diprediksi bahwa racun merkuri sudah keluar dari sistem sungai. Namun studi yang dilakukan Singer dan koleganya menemukan fakta baru bahwa masih banyak sedimen yang terkontaminasi merkuri untuk meracuni daerah aliran sungai hingga teluk San Fransisco hingga 10 ribu tahun ke depan.
"Sedimen tersebut memang tersapu banjir bandang tapi ada yang tersangkut di kelokan-kelokan sepanjang sungai di lembah. Tanah yang mengandung polusi ini terkubur di sana," kata Singer. hasil studi Singer dimuat dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences pekan ini.
Kondisi akan semakin parah saat merkuri itu mencapai area delta Sacramento-sungai San Joaquin yang menjadi pertemuan sungai Yuba dan beberapa sungai lainnya dari Sierra Nevada. Mikroba di delta mengubah merkuri menjadi methylmercury, bentuk organik dari logam berat yang bisa terakumulasi dalam tubuh hewan di area itu.
Persebaran merkuri semakin luas ketika hewan dan ikan kecil dimakan oleh binatang yang lebih besar. Konsentrasi merkuri di dalam tubuh hewan pun semakin tinggi. Ikan predator seperti bass dan salmon di teluk itu diketahui mengandung merkuri dengan konsentrasi tinggi. "Jumlah polusi merkuri sudah tinggi dan akan semakin buruk," kata Manny Gabet, ahli geologi dari San Jose State University.
Merkuri adalah jenis logam berat yang dipakai penambang untuk memisahkan emas dari sedimen yang mengikatnya. Awalnya penambang menyemprot dinding bukit dengan air bertekanan tinggi. Sedimen mengalir pada kotak-kotak yang sudah diberi merkuri untuk mengikat emas. Sedimen yang tersisa dibuang ke sungai dan merkuri dalam jumlah besar juga ikut larut.
Aktivitas pertambangan yang merusak ini menyebabkan lembah dipenuhi sedimen lalu menyebabkan banjir di California. Pada 1884 pemerintah federal akhirnya menutup lokasi pertambangan di pegunungan tersebut. Namun sedimen yang dipenuhi merkuri sudah terlanjur menyebar hingga ke teluk San Francisco.
Sulit dibayangkan bahwa masalah limbah merkuri akan teratasi dalam waktu singkat. Polusi merkuri juga bisa terjadi di tempat-tempat lain di dunia yang sebelumnya merupakan bekas atau masih menjadi lokasi pertambangan emas, terutama di pegunungan. "Sama seperti di California, banjirlah yang kemudian membawa sedimen yang terkontaminasi merkuri itu," kata Singer.
LIVESCIENCE | GABRIEL TITIYOGA
Baca juga:
Apple Raih Kenaikan Penjualan
Fortinet Perkenalkan Firewall FortiGate 3700D
Superkapasitor Silikon Bikin Ponsel 'On' Mingguan
Rumah Steve Jobs Jadi Situs Sejarah
Berita terkait
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaJokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti
19 Agustus 2023
Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045
15 Juni 2023
Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.
Baca SelengkapnyaMemahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya
10 Desember 2022
Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.
Baca SelengkapnyaDi Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis
3 Desember 2022
Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Baca SelengkapnyaSiti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya
25 November 2022
MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.
Baca SelengkapnyaBRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan
10 November 2022
Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPraktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
20 April 2022
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
Baca Selengkapnya