Jam pintar Samsung Galaxy Gear dilengkapi dengan 800 MHz processor, kamera 1.9 Megapixel yang juga dapat merekam video 720p, dengan memori internal 4GB dan RAM 512 MB. Jam ini hanya berbobot 73.8g dengan baterai Li-ion 315mAh yang mampu bertahan 25 jam pada sekali pengisian. REUTERS/Fabrizio Bensch
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pemasaran Advan Tjandra Lianto menyatakan perusahaannya belum berminat untuk menciptakan perangkat siap pakai semacam jam tangan atau gelang pintar. Dia menilai perangkat tersebut tidak praktis karena dibutuhkan perangkat pendamping lainnya.
"Kalau perangkat pendamping itu tertinggal, akan mengurangi fungsi jam," kata Tjandra di Jakarta, Kamis, 20 Maret 2014.
Dia mengatakan orang Indonesia belum terbiasa melakukan segala hal lewat jam tangan. Kendati masyarakat di Tanah Air gemar mengikuti tren, tapi perangkat siap pakai bukan menjadi kebutuhan utama.
Meski begitu, menurut Tjandra, jika pasar perangkat siap pakai semakin meningkat di Indonesia, tidak menutup kemungkinan bagi Advan untuk ikut menciptakannya. "Intinya, kami terus pantau perkembangan teknologi dan akan mengikutinya," ujarnya.
Ketimbang mengembangkan perangkat siap pakai, Advan lebih memilih untuk meningkatkan fitur yang ada pada sabak digital dan ponsel pintarnya. Dia mencontohkan, saat ini tim riset dan pengembangan Advan di Senzhen, Cina, sedang mengembangkan teknologi gesture. Rencananya, teknologi tersebut akan dibenamkan pada produk Advan mendatang.
Advan tengah agresif memasarkan perangkat bergerak di Tanah Air. Tahun ini, mereka berencana menjual 40 jenis produk yang terdiri atas sabak digital dan ponsel pintar. Perusahaan menargetkan pangsa pasar sabak digital mencapai 40 persen, sedangkan pangsa pasar ponsel pintar ditargetkan 30 persen.