Bayi gorila dari induk bernama Kumili tidur di pangkuan ibunya di kebun binatang Leipzig, Jerman (20/3). Sebelumnya kebun binatang ini diramaikan oleh seekor bayi gorila lucu yang diberi nama Jengo. (AP Photo/Jens Meyer)
TEMPO.CO, Jakarta - Meluasnya wabah ebola dikhawatirkan akan mempengaruhi populasi gorila di Afrika. Para peneliti mengatakan virus tersebut bisa menyerang primata, termasuk gorila, dan menyebabkan perubahan besar dalam cara mereka bereproduksi. Bahkan, virus ini sebelumnya juga telah merusak populasi mereka.
Mengutip laporan Daily Mail, Senin, 18 Agustus 2014, ahli ekologi Peter Walsh dengan Universitas Cambridge Inggris menyaksikan 90-95 persen gorila mati akibat wabah ebola di Kongo pada awal 2000-an.
Tak hanya itu, menurut peneliti Pascaline Le Gouar dari Universitas Rennes Prancis, gorila yang terpengaruh wabah virus ebola menunjukkan bahwa penyakit ini dapat memengaruhi potensi reproduksi, imigrasi, dan dinamika sosial mereka.
“Beberapa betina dewasa bisa menularkan ke kelompok-kelompok non-peternakan yang merupakan populasi tidak biasa untuk terkena dampak ebola,” ujar Le Gouar, dalam studinya yang diterbitkan dalam Journal of Animal Ecology.
Oleh sebab itu, para peneliti kini menyoroti kebutuhan untuk mengembangkan model yang komples yang bisa mengintegrasikan semua dampak yang berbeda dari penyakit. Namun, pendekatan ini membutuhkan pemantauan jangka panjang, sementara wabah Ebola yang begitu cepat menyebar tidak bisa menunggu begitu lama. (Baca: WHO: Wabah Ebola Tak Menyebar Lewat Udara)