Ilmuwan Deteksi Gelombang Gravitasi

Reporter

Jumat, 31 Oktober 2014 20:47 WIB

Foto gelombang gravitasi yang diambil dari atas orbit bumi oleh astronot di Stasiun Antariksa Internasional. Dailymail.co.uk

TEMPO.CO, New York - Gelombang gravitasi, riak yang tak terlihat di struktur ruang dan waktu, mungkin terdeteksi dengan mencari cahaya dari bintang. Riak misterius ini pertama kali dipaparkan oleh Albert Einstein sebagai bagian dari teori relativitas umum. Ukuran gelombang tergantung pada massa benda yang menciptakan mereka, tulis Einstein kala itu.

"Gelombang gravitasi memancarkan gerak sebuah massa yang cepat dan besar," kata pakar astrofisika dari American Museum of Natural History, Barry McKernan, yang juga memimpin penelitian. Gelombang tersebut, dia menambahkan, seperti sistem yang memiliki lubang hitam di dalamnya.

Para ilmuwan memang masih belum bisa melihat secara langsung gelombang gravitasi tersebut. Meski begitu, para peneliti terus berusaha mendeteksi dengan melibatkan sinar laser di bumi dan di ruang angkasa.

Seperti dikutip Livescience, Jumat, 31 Oktober 2014, temuan McKernan dan timnya mengungkap gelombang gravitasi bisa memiliki efek yang lebih besar dari perkiraan sebelumnya terhadap benda di sekitarnya. "Bintang dapat bergetar pada frekuensi yang sama dengan gelombang," ujar dia.


McKernan, bersama Saavik Ford, Bence Kocsis, dan Zoltan Haiman secara rinci memaparkan temuan mereka pada jurnal online dari Royal Astronomical Society Letters, bulan lalu. (Baca: Alam Semesta Ada Sembilan Dimensi)


McKernan menganalogikan gelombang dengan suara dari piano, sementara bintang-bintang tersebut sebagai biola string yang bergetar jika didekatkan dengan piano. Frekuensi suara biola dan piano, kata dia, akan sama. "Sebab string beresonansi dengan suara."


Lantas, McKernan melanjutkan, bintang akan terlihat lebih bercahaya jika dipompa dengan sejumlah besar energi dari gelombang gravitasi.

Tantangan selanjutnya yaitu menentukan bintang mana saja yang mendapatkan getaran gelombang. "Atau malah bintang mendapatkan energi dari sumber lain," McKernan mengatakan. Itu sebabnya, ia dan timnya melihat bercak riak gravitasi pada kelompok bintang besar. (Baca juga: Astronom Ungkap Planet Asing di Konstelasi Lupus)


McKernan beralasan, tindakan tersebut didasari kegiatan pengelompokan energi akan terlihat pada massa dengan jumlah yang masif. Metode ini memungkinkan untuk melihat gelombang gravitasi yang lebih besar.

Penelitian ini juga mengungkapkan cara yang berbeda untuk mendeteksi gelombang gravitasi. Jika sebelumnya para ilmuwan mengembangkan kerja detektor gelombang yang ada di bumi atau di ruang angkasa. Cara ini, menurut McKernan, mungkin akan mengalami penurutan intensitas deteksi. "Metode ini harus mendapatkan posisi frekuensi yang tepat," kata dia.

AMRI MAHBUB


Advertising
Advertising

Berita Terpopuler:
Foto Porno Ini Bikin Penghina Jokowi Ditangkap
Dropout SMA, Ini Catatan Akademik Menteri Susi
Cerita Susi Ngotot Pakai Helikopter ke Seminar

Berita terkait

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

47 hari lalu

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

Minat pengunjung ke Observatorium Bosscha tergolong tinggi sejak kunjungan publik mulai dibuka kembali setelah masa pandemi.

Baca Selengkapnya

Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

27 November 2023

Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

Harijono Djojodihardjo, ahli penerbangan dan antariksa meraih anugerah Nurtanio Award 2023 dari BRIN.

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Membuka Jalan untuk Gibran

26 September 2023

Membuka Jalan untuk Gibran

Peluang Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden menguat.

Baca Selengkapnya

Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

21 September 2023

Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan teknologi keantariksaan sendiri telah dimanfaatkan dalam berbagai sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

27 April 2023

Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

Misi Explorer 11 NASA bertujuan mempelajari sinar gamma di luar angkasa.

Baca Selengkapnya

Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

17 Januari 2023

Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

Pada 1 Februari 2003, pesawat ulang-alik Columbia meledak saat memasuki atmosfer di atas Texas dan menewaskan ketujuh awak di dalamnya.

Baca Selengkapnya

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

9 Desember 2022

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

China sedang membangun kemampuan yang menempatkan sebagian besar aset luar angkasa Amerika Serikat dalam risiko

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

30 November 2022

BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

Orbita merupakan peneliti ahli utama di bidang kepakaran, teknologi, dan aplikasi pengindraan jauh pada Pusat Riset Pengindraan Jauh BRIN.

Baca Selengkapnya

Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

3 Agustus 2022

Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

Observatorium Bosscha membagikan berbagai fenomena antariksa yang terjadi di bulan Agustus.

Baca Selengkapnya