Ilmuwan LIPI Buat Baja Laterit  

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Jumat, 19 Desember 2014 02:54 WIB

Ilustrasi gedung LIPI. TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Para ilmuwan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia berhasil mengembangkan baja berbahan dasar nikel rendah. Meski berkadar rendah, baja ini diklaim lebih kuat ketimbang baja berkadar besi tingi.

“Disebut baja laterit,” kata Andika Widya Pramono, Kepala Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI, saat memaparkan penelitian tim ilmuwan di Gedung LIPI, Rabu, 17 Desember 2014.

Andika mengatakan, besar kandungan nikel baja laterit ini tak mencapai angka 3 persen yang biasa terdapat pada baja biasa. Kandungan nikel baja jenis ini hanya 0.8-1.5 persen dan bijih besinya sekitar 45 persen.

Selain menghasilkan kandungan nikel yang setara, dia menambahkan, jika kedua kandungan tersebut dilebur akan menghasilkan ketahanan melebihi baja biasa. Di antaranya, yaitu lebih tahan korosi dan perubahan cuaca, sifat las yang baik, serta tahan di temperatur minus derajat selsius.

Nikel, bahan dasar baja, diambil dari lapisan tanah bagian atas (limonit). “Selama ini lapisan tersebut dianggap kurang produktif,” ujar Andika. Namun jumlah ketersediaan nikel kadar rendah ini mencapai dua miliar ton.

Nikel limonit ini dapat dijumpai di beberapa pertambangan baja di Indonesia, seperti Kalimantan Tengah, Maluku Utara, dan Sulawesi Selatan. Jumlah tersebut, kata dia, dapat mencukupi permintaan baja nasional dalam beberapa ratus tahun ke depan. “Jika dimanfaatkan skala nasional, Indonesia dapat mandiri di sektor bahan baku baja.”

Baja ini sudah diujicoba sampai kelayakan proses pembuatan. Dalam ujicoba proses tersebut LIPI dibantu PT Indoferro sejak proses peleburan, pencetakan, hingga pembuatan lempengan baja. “Sudah layak diproduksi,” kata Andika. Untuk itu LIPI membutuhkan peran pemerintah dalam pengembangan sektor industri tersebut.

Yusuf, peneliti senior di Puslit Material LIPI, mencatat ada lima hal yang setidaknya dapat pemerintah lakukan dalam pengembangan baja laterit ini. Yakni, pengembangan penelitian; penyaiapan regulasi produksi; pelaksana produksi; pemasaran produk pengembangan; dan mendorong sinergi semua sektor pemerintah.

“Pembangunan infrastruktur nasional bisa menggunakan bahan baku baja laterit,” kata Yusuf kepada Tempo, di tempat yang sama. Berdasarkan ujicoba proses dan kelayakan tersebut, dia mengatatakan, baja laterit juga cocok digunakan sebagai bahan dasar alat utama sistem persenjataan nasional.

AMRI MAHBUB

Topik terhangat:
Longsor Banjarnegara | Teror Australia | Pembatasan Motor | Susi Pudjiastuti

Berita terpopuler lainnya:
Imam Prasodjo Ucapkan Innalillahi... pada KPK
Beda Cara Jokowi dan SBY Meredam Rupiah Jeblok
Gara-gara Ahok, Pengusaha Rugi Rp 190 Triliun
Ah Poong Sentul Bogor Disegel

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

LIPI Genap 56 Tahun: Lembaga Ilmu Pengetahuan yang Telah Dilebur ke BRIN

23 Agustus 2023

LIPI Genap 56 Tahun: Lembaga Ilmu Pengetahuan yang Telah Dilebur ke BRIN

Awal pembentukan LIPI pada 1967 dimulai dengan peleburan lembaga-lembaga ilmiah yang lebih dulu didirikan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya