Mahasiswa Bikin Limbah Cair Batik Ramah Lingkungan

Reporter

Jumat, 19 Juni 2015 03:30 WIB

Sejumlah murid mengisi tinta menggunakan canting, untuk dipergunakan membatik. Kegiatan ini dilakukan untuk peringatan Hari Kartini tahun 2015, agar siswa-siswi lebih mencintai budaya Indonesia dan pahlawan nasional. Bogor, 16 April 2015. Lazyra Amadea hidayat

TEMPO.CO, Malang - Sekelompok mahasiswa dari Universitas Brawijaya Malang menawarkan solusi dari limbah produksi batik yang umumnya menggelontor dan mencemari sungai-sungai. Mereka menciptakan alat pengolah limbah cair industri batik yang diklaim memiliki kelebihan yakni, ramah lingkungan.

Setelah uji coba, proses pengolahan limbah dengan alat yang diberi nama Platinum Inert Electrolysis Technology And Activated Carbon itu menghasilkan gas. Gas tersebut bisa dimanfaatkan untuk kompor. "Lebih efektif dan efisien," kata satu dari anggota kelompok mahasiswa itu, Agus Setyawan, Kamis 18 Juni 2015.

Agus bersama empat rekannya, yakni Juli Erwanda, M. Doddy Darmawan, Natalia Simanjuntak, dan Rahma Wati Pertiwi membuat alat itu bekerja dengan cara menyerap logam berat. Limbah cair batik memang biasa mengandung zat berbahaya bagi kesehatan seperti tembaga (Cu), Timbal (Pb), Krom (Cr), dan Seng (Zn).

"Limbah itu mengancam biota air dan mengurangi unsur hara tanah pula," kata Agus menerangkan.

Langkah kerjanya, air limbah dimasukkan ke dalam tabung elektrolis, yang terhubung dengan platina dan besi antikarat. Keduanya dihubungkan dengan arus listrik dengan tegangan 50 volt.

Proses dilakukan selama 120 menit, selanjutnya katup dibuka dan air limbah dialirkan ke absorben. Diproses selama 10 menit, katup absorben dibuka, air limbah siap dibuang langsung ke saluran air. "Proses pemisahan dari zat-zat berbahaya membutuhkan waktu dua jam, tegangan 50 volt dan kecepatan pengaduk 40 RPM," katanya.

Stainless steel, Agus menerangkan, berfungsi mengendapkan logam berat, sedangkan karbon aktif untuk mereduksi limbah yang belum tereduksi pada tabung elektrolisis. Hasilnya limbah cair berubah berwarna bening.

Seorang perajin batik rata-rata memproduksi tiga lembar batik setiap pekan. Setiap perajin menghasilkan 50 liter limbah cair. Sehingga dalam sebulan menghasilkan 200 liter. Limbah tersebut biasanya tak diolah dan dibuang ke sungai.

Sementara itu jumlah perajin batik terus bertambah. Total jumlah perajin batik di Indonesia sekitar 50 ribu, sementara di Malang 230 perajin. Sehingga volume limbah batik dianggap sangat besar.

EKO WIDIANTO

Berita terkait

UTBK SNBT 2024 di UB, Pengamanan Diperketat di Sejumlah Titik

3 jam lalu

UTBK SNBT 2024 di UB, Pengamanan Diperketat di Sejumlah Titik

Sebanyak 97 personil diterjunkan untuk mengamankan pelaksanaan UTBK di Universitas Brawijaya.

Baca Selengkapnya

4 Anggota Polda Metro Jaya Kedapatan Nyabu, Berikut Kajian Kenapa Polisi Terjerat Pidana Narkoba

7 hari lalu

4 Anggota Polda Metro Jaya Kedapatan Nyabu, Berikut Kajian Kenapa Polisi Terjerat Pidana Narkoba

Polda Metro Jaya meringkus anggotanya yang menggunakan narkoba jenis sabu. Lantas, apa alasan umum ada polisi terlibat narkoba?

Baca Selengkapnya

Universitas Brawijaya Sediakan Kuota 50 Persen untuk Seleksi Mandiri: Intip Jadwal, Ketentuan, Cara Pendaftaran

7 hari lalu

Universitas Brawijaya Sediakan Kuota 50 Persen untuk Seleksi Mandiri: Intip Jadwal, Ketentuan, Cara Pendaftaran

Universitas Brawijaya selalu diminati oleh calon mahasiswa baru, pun juga menyediakan jalur Seleksi Mandiri yang menggunakan seleksi nilai UTBK

Baca Selengkapnya

Universitas Brawijaya Terima 3.662 Mahasiswa Baru, Ini Progam Studi Paling Diminati

36 hari lalu

Universitas Brawijaya Terima 3.662 Mahasiswa Baru, Ini Progam Studi Paling Diminati

Universitas Brawijaya menerima 3.662 mahasiswa baru dari total 31.368 pendaftar lewat jalur SNBP.

Baca Selengkapnya

Guru Besar 21 PTN Berbadan Hukum Ungkapkan 10 Maklumat Kepemimpinan Membumi

58 hari lalu

Guru Besar 21 PTN Berbadan Hukum Ungkapkan 10 Maklumat Kepemimpinan Membumi

Pertemuan ini menegaskan komitmen untuk meningkatkan kepemimpinan para guru besar dengan membumikan kepemimpinan akademik. Pimpinan Majelis Dewan Guru Besar PTNBH, Andi Pangerang Moenta mengatakan, dalam pertemuan tersebut disampaikan poin-poin penting untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan tinggi (Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat).

Baca Selengkapnya

Terobosan BRIN Ubah Limbah Tahu menjadi Biogas

17 Februari 2024

Terobosan BRIN Ubah Limbah Tahu menjadi Biogas

Peneliti BRIN melakukan penelitian mengubah limbah tahu menjadi biogas di Kabupaten Bandung. Bermanfaat memenuhi kebutuhan memasak rumah tangga.

Baca Selengkapnya

Guru Besar dan Sivitas Akademika Puluhan Kampus Bergerak Kritik Jokowi, Berikut Daftarnya

8 Februari 2024

Guru Besar dan Sivitas Akademika Puluhan Kampus Bergerak Kritik Jokowi, Berikut Daftarnya

Guru besar dan sivitas akademika kampus bergerak kritik Jokowi kian meluas, berikut di antaranya puluhan daftar kampus.

Baca Selengkapnya

Presiden Mahasiswa UB Minta Jokowi Tak Ulang Orde Baru: Dulu ABG, Jangan Sampai Kini ABI

7 Februari 2024

Presiden Mahasiswa UB Minta Jokowi Tak Ulang Orde Baru: Dulu ABG, Jangan Sampai Kini ABI

Presiden Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya Satria Naufal Putra Andar, menyebut mahasiswa tak ragu nyatakan sikap ke Jokowi.

Baca Selengkapnya

Kritik Kampus Berlanjut, Civitas Academica Universitas Brawijaya Sampaikan 8 Imbauan pada Pemerintah

6 Februari 2024

Kritik Kampus Berlanjut, Civitas Academica Universitas Brawijaya Sampaikan 8 Imbauan pada Pemerintah

Penyampaian sikap itu dilaksanakan di depan gedung rektorat kampus tersebut di Malang, Jawa Timur.

Baca Selengkapnya

Cerita Anisa, Wisudawan Terbaik UB yang Ingin Jadi Dokter Hewan Seperti Orang Tuanya

21 Januari 2024

Cerita Anisa, Wisudawan Terbaik UB yang Ingin Jadi Dokter Hewan Seperti Orang Tuanya

Anisa dari Fakultas Kedokteran Hewan menjadi salah satu wisudawan terbaik UB.

Baca Selengkapnya