Studi: AI Lebih Akurat Temukan Masalah Hukum Dibanding Pengacara
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Erwin Prima
Selasa, 27 Februari 2018 14:10 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Periset mengungkap bahwa kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) 10 persen lebih akurat menemukan masalah hukum pada kontrak bisnis dari pada pengacara.
Berdasarkan laman Daily Mail pada 26 Februari 2018, AI telah mengalahkan pengacara terkemuka untuk pertama kalinya dalam sebuah kompetisi memahami kontrak hukum. Algoritme tersebut dibuat oleh platform hukum LawGeex AI yang berbasis di New York dan Tel Aviv, Israel.
Baca: Ilmuwan Kembangkan Penerjemah Bahasa Anjing Menggunakan AI
Hasil tersebut telah dianalisis oleh profesor hukum dari tiga perguruan tinggi, yaitu Stanford University, Duke University School of Law dan University of Southern California.
AI telah meninjau lima perjanjian (Non-Disclosure Agreements) dibandingkan dengan 20 pengacara terlatih Amerika untuk mengevaliasi data yang sama. Dengan mengidentifikasi 30 masalah hukum, termasuk arbitrase, kerahasiaan, hubungan dan ganti rugi.
Dalam waktu empat jam, AI mencapai tingkat akurasi 94 persen untuk memilih risiko. Sedangkan para pengacara dengan pengalaman puluhan tahun hanya mengelola tingkat akurasi sebesar 85 persen.
AI yang bernama Robot LawGeex itu dapat menyelesaikan tugas hanya dalam waktu 26 menit saja, 66 menit lebih cepat dari rata-rata waktu manusia. Salah satu pengacara yang terlibat dalam studi tersebut Grant Gulovsen mengatakan bahwa tugas yang diberikan sama dengan apa yang dilakukan oleh pengacara.
Profesor di Duke University School of Law Erika Buell menjelaskan, hal tersebut diharapkan dapat mempermudah kinerja para pengacara. “Saya percaya, mahasiswa hukum dan pengacara junior perlu memahami AI yang akan membantu di masa depan,” ujar dia.
Hal tersebut memicu kekhawatiran ancaman terhadap banyaknya pekerjaan. Menurut informasi, pada tahun 2030 robot akan menggantikan 300 juta pekerja diseluruh dunia.
Pada bulan November, sebuah laporan mengklaim bahwa sebanyak 800 juta pekerja di seluruh dunia dapat digantikan mesin hanya dalam waktu 13 tahun. Laporan itu juga menyebutkan 60 persen atau sepertiga dapat dilakukan secara otomatis.
Simak artikel menarik lainnya tentang kecerdasan buatan (AI) hanya di kanal Tekno Tempo.co
DAILY MAIL