Greenpeace: Industri Gagal Menghentikan Penggundulan Hutan

Selasa, 20 Maret 2018 17:42 WIB

Aktivis berkostum orang utan menjadi simbol kerusakan hutan akibat kerusakan hutan dalam aksi Greenpeace di Jakarta, 9 Februari 2017. TEMPO/Ilham Fikri

TEMPO.CO, Jakarta - Pada awal 2018, Greenpeace menantang 16 industri terkemuka mengungkap pasokan pabrik dan sumber minyak sawit yang digunakan. Hal tersebut sebagai upaya mengurangi kerusakan hutan Indonesia.

Baca: Ajak Anak dan Cucu, Susi Pudjiastuti Kunjungi Kapal Greenpeace

Beberapa industri besar, seperti PZ Cussons, Johnson & Johnson, dan Kraft Heinz, menolak mengungkap dari mana minyak sawit mereka berasal. Lainnya, seperti Nestlé dan Unilever, telah membuat rantai pasokan minyak sawit yang lebih transparan.

"Berulang kali mereka berjanji menghentikan penggundulan hutan yang dialihfungsikan sebagai ladang kelapa sawit hingga tahun 2020. Namun ada bukti berkembang bahwa mereka akan gagal memenuhi janji tersebut," ujar Kepala Global Kampanye Hutan Indonesia di Greenpeace Asia Tenggara, Kiki Taufik, dalam keterangannya, Senin, 19 Maret 2018.

Data analisis Greenpeace menunjukkan bahwa Indonesia telah kehilangan 24 juta hektare hutan hujan antara tahun 1990 dan 2015. Dalam tiga tahun terakhir, hutan hujan seluas 146 ukuran lapangan sepak bola dihancurkan setiap jam.

Advertising
Advertising

Hal itu membuat spesies satwa di Indonesia terancam punah karena penghancuran habitat. Populasi orang utan Borneo telah menurun setengahnya sejak 1999, dengan jumlah 100 ribu ekor hilang dalam 16 tahun terakhir. Pada 2017, spesies baru orang utan di Sumatera ditemukan, tapi sudah terancam punah.

"Meskipun komitmen industri mereformasi praktik kotor, minyak sawit tetap menjadi komoditas berisiko tinggi," kata Kiki. "Mereka harus transparan dari mana minyak sawit berasal."

Menurut Kiki, Greenpeace ingin menunjukkan bagaimana sikap dari industri terkait, apakah akan terus menjadi sumber perusak hutan.

Penghancuran hutan dan lahan gambut di sektor perkebunan menciptakan kehancuran hutan, bahkan dilakukan dengan sengaja. Pada 2015, Indonesia mengalami kebakaran hutan dan menyebabkan kabut beracun di Asia Tenggara, yang mengakibatkan sekitar 100 ribu kematian dini.

Simak artikel menarik lainnya tentang Greenpeace hanya di kanal Tekno Tempo.co

GREENPEACE.ORG

Berita terkait

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

1 hari lalu

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI mengklaim ekspor ke luar negeri turun, terutama di Eropa.

Baca Selengkapnya

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

3 hari lalu

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

Kebun sawit PT SKIP Senakin Estate, anak usaha Sinarmas, diduga menerabas hutan Cagar Alam Kelautku, Kalimantan Selatan.

Baca Selengkapnya

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

3 hari lalu

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

Lebih dari separo lahan sawit di Kalimantan Tengah diduga berada dalam kawasan hutan. Pemerintah berencana melakukan pemutihan sawit ilegal.

Baca Selengkapnya

KKP Tangkap Kapal Alih Muatan Ikan Ilegal, Greenpeace Desak Pemerintah Hukum Pelaku dan Ratifikasi Konvensi ILO 188

6 hari lalu

KKP Tangkap Kapal Alih Muatan Ikan Ilegal, Greenpeace Desak Pemerintah Hukum Pelaku dan Ratifikasi Konvensi ILO 188

Greenpeace meminta KKP segera menghukum pelaku sekaligus mendesak pemerintah untuk meratifikasi Konvensi ILO 188 tentang Penangkapan Ikan.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Apresiasi KKP Tangkap Kapal Transhipment dan Mendesak Usut Pemiliknya

7 hari lalu

Greenpeace Apresiasi KKP Tangkap Kapal Transhipment dan Mendesak Usut Pemiliknya

Greenpeace Indonesia mengapresiasi langkah KKP yang menangkap kapal ikan pelaku alih muatan (transhipment) di laut.

Baca Selengkapnya

Kepala OIKN Klaim Pembangunan IKN Bawa Manfaat untuk Semua Pihak, Bagaimana Faktanya?

23 hari lalu

Kepala OIKN Klaim Pembangunan IKN Bawa Manfaat untuk Semua Pihak, Bagaimana Faktanya?

Kepala Badan Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Bambang Susantono klaim bahwa pembangunan IKN akan membawa manfaat bagi semua pihak.

Baca Selengkapnya

Penggemar K-Pop Minta Hyundai Mundur dari Investasi penggunaan PLTU di Kalimantan

27 hari lalu

Penggemar K-Pop Minta Hyundai Mundur dari Investasi penggunaan PLTU di Kalimantan

Penggemar K-Pop global dan Indonesia meminta Hyundai mundur dari investasi penggunaan PLTU di Kalimantan Utara.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Grab Evaluasi SOP Pelayanan Buntut Kasus Pemerasan, Pesawat Jet Pribadi Harvey Moeis untuk Sandra Dewi

35 hari lalu

Terpopuler: Grab Evaluasi SOP Pelayanan Buntut Kasus Pemerasan, Pesawat Jet Pribadi Harvey Moeis untuk Sandra Dewi

Terpopuler: Grab Indonesia evaluasi SOP pelayanan buntut kasus pemerasan, deretan barang mewah dari Harvey Moeis untuk artis Sandra Dewi.

Baca Selengkapnya

Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

37 hari lalu

Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

Sinarmas dan RGE disebut di antara korporasi penerima dana kredit dari Uni Eropa itu dalam laporan EU Bankrolling Ecosystem Destruction.

Baca Selengkapnya

Rp 19.842 triliun Kredit Global ke Grup Perusahaan Berisiko Iklim, Ada RGE dan Sinarmas

37 hari lalu

Rp 19.842 triliun Kredit Global ke Grup Perusahaan Berisiko Iklim, Ada RGE dan Sinarmas

Walhi dan Greenpeace Indonesia mengimbau lembaga keuangan tidak lagi mendanai peruhasaan yang terlibat perusakan lingkungan dan iklim.

Baca Selengkapnya