Bangkai Paus Sperma Penuh Plastik, Greenpeace: Semua Perlu Serius

Sabtu, 24 November 2018 10:40 WIB

Petugas mengamati bangkai paus yang ditemukan dengan sampah di dalam perutnya di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Senin, 19 November 2018. Diduga penyebab kematian paus itu karena menelan sampah plastik yang tidak dapat dicerna. REUTERS/KARTIKA SUMOLANG

TEMPO.CO, Jakarta - Penemuan sampah plastik sebanyak 5,9 kilogram dalam perut bangkai Paus Sperma yang terdampar di Pulau Kapota, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, mempertegas fakta bahwa sampah plastik semakin mengancam lingkungan.

Baca: Bangkai Paus Sperma Penuh Plastik, Mamalia Laut Terancam Punah
Baca: Bangkai Paus Penuh Plastik, Kemenko Maritim: Aturan Masih Lembek
Baca: Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Perut Bangkai Paus Banyak Sampah

"Penemuan sampah plastik dalam Paus Sperma menambah deretan panjang peristiwa hadirnya sampah plastik di tempat yang tidak seharusnya. Semua sektor perlu menanggapi permasalahan ini dengan serius dan mengambil peran dalam penyelesaiannya," ujar Juru Kampanye Urban Greenpeace Indonesia Muharram Atha Rasyadi, dalam keterangan tertulis, Jumat, 23 November 2018.

Bangkai tersebut ditemukan Staf World Wildlife Fund (WWF) pada Senin, 19 November 2018, 08.00 WITA. Penemuan tersebut kemudian dilaporkan ke Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wakatobi Wilayah I Wangi-Wangi.

Inisiatif pihak swasta seperti perusahaan produsen barang kebutuhan sehari-hari atau fast moving consumer goods, kata Atha, harus lebih dari sekadar melakukan daur ulang. Pemerintah perlu membuat regulasi yang fokus pada pengurangan (reduksi) dan menunjangnya dengan meningkatkan kualitas sistem pengelolaan sampah secara nasional.

"Krisis sampah plastik bukan hanya terjadi di darat, lautan dan kehidupan satwa di dalamnya pun dalam ancaman," tambah Atha. "Solusi utama mengurangi invasi sampah plastik di lingkungan termasuk lautan adalah dengan mengurangi produksi dan penggunaan plastik sekali pakai secara signifikan."

Diperkirakan 94 persen plastik yang masuk ke lautan akan berakhir di dasar laut, sehingga plastik menjadi ancaman nyata bagi kehidupan satwa di lautan. Ditambah dengan tingkat daur ulang yang masih rendah, hanya 9 persen secara global.

Terakhir, dia melanjutkan, masyarakat harus lebih sadar akan permasalahan dan ancaman yang nyata tersebut. Jika tidak bertindak sesegera mungkin, maka akan semakin banyak kehidupan satwa yang terancam oleh keberadaan sampah plastik.

Simak artikel lainnya tentang bangkai paus sperma penuh plastik di kanal Tekno Tempo.co

Advertising
Advertising

Berita terkait

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

23 jam lalu

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI mengklaim ekspor ke luar negeri turun, terutama di Eropa.

Baca Selengkapnya

KKP Tangani Paus Terdampar di Gorontalo

2 hari lalu

KKP Tangani Paus Terdampar di Gorontalo

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar, Wilayah Kerja (Wilker) Gorontalo, tangani paus terdampar.

Baca Selengkapnya

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

2 hari lalu

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

Kebun sawit PT SKIP Senakin Estate, anak usaha Sinarmas, diduga menerabas hutan Cagar Alam Kelautku, Kalimantan Selatan.

Baca Selengkapnya

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

2 hari lalu

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

Lebih dari separo lahan sawit di Kalimantan Tengah diduga berada dalam kawasan hutan. Pemerintah berencana melakukan pemutihan sawit ilegal.

Baca Selengkapnya

KKP Tangkap Kapal Alih Muatan Ikan Ilegal, Greenpeace Desak Pemerintah Hukum Pelaku dan Ratifikasi Konvensi ILO 188

6 hari lalu

KKP Tangkap Kapal Alih Muatan Ikan Ilegal, Greenpeace Desak Pemerintah Hukum Pelaku dan Ratifikasi Konvensi ILO 188

Greenpeace meminta KKP segera menghukum pelaku sekaligus mendesak pemerintah untuk meratifikasi Konvensi ILO 188 tentang Penangkapan Ikan.

Baca Selengkapnya

Kandungan Plastik dalam Makanan dan Minuman: Dampak Kesehatan dan Cara Kurangi Konsumsi Mikroplastik

7 hari lalu

Kandungan Plastik dalam Makanan dan Minuman: Dampak Kesehatan dan Cara Kurangi Konsumsi Mikroplastik

Penelitian menunjukkan bahwa hampir semua makanan kita mengandung mikroplastik, dalam bentuk apa saja? Apa bahaya bagi kesehatan?

Baca Selengkapnya

Greenpeace Apresiasi KKP Tangkap Kapal Transhipment dan Mendesak Usut Pemiliknya

7 hari lalu

Greenpeace Apresiasi KKP Tangkap Kapal Transhipment dan Mendesak Usut Pemiliknya

Greenpeace Indonesia mengapresiasi langkah KKP yang menangkap kapal ikan pelaku alih muatan (transhipment) di laut.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

7 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

7 hari lalu

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

Kementerian Perindustrian atau Kemenperin menyatakan impor untuk komoditas bahan baku plastik kini tidak memerlukan pertimbangan teknis lagi.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

8 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya