Padi Rojolele Radiasi Batan Hasilkan Panen Lebih Banyak dan Cepat

Selasa, 22 Oktober 2019 16:35 WIB

Petani menunjukkan varietas baru Rojolele Srinar dan Srinuk hasil radiasi sinar gamma pada dosis 200 Gy yang dilakukan Batan. (Dok. Batan)

TEMPO.CO, Yogyakarta - Beras varietas rojolele sudah dikenal enak sejak dulu. Namun kini ada padi varietas baru, yaitu Rojolele Srinar dan Srinuk yang dikembangkan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional atau Batan.

Jika varietas rojolele induk hanya bisa menghasilkan 4,2 ton per hektar, Srinar dan Srinuk bisa berpotensi menghasilkan 9,75 ton per hektar (rata-rata 8,42 ton). Umur padi dari tanam hingga panen juga lebih singkat. Padi rojolele induk dipanen pada umur 155 hari, Srinar dan Srinuk hanya membutuhkan 120 hari saja.

“Penelitian dimulai pada 2013. Masyarakat Klaten (Jawa Tengah) meminta agar Batan dapat memperbaiki varietas rojolele yang sangat disukai oleh masyarakat,” kata peneliti Batan, Sobrizal, Selasa, 22 Oktober 2019.

Setelah dilakukan perbaikan terhadap varietas rojolele dengan radiasi sinar gamma pada dosis 200 Gy, menurut Sobrizal, dihasilkan varietas baru yakni rojolele Srinuk dan rojolele Srinar yang lebih unggul.

Tinggi tanaman rojolele Srinar dan Srinuk sekitar 105 sentimeter sehingga tidak mudah rebah. Sedangkan tinggi tanaman induknya mencapai 155 sentimeter yang selalu rebah sebelum panen karena terlalu tinggi.

Sobrizal mengaku, kedua varietas ini mempunyai ketahanan hama penyakit lebih baik dan produksinya lebih tinggi. Selain itu, mutu fisik beras dan mutu organoleptik (rasa nasi, aroma dan lain-lain) setidaknya sama dan bahkan cenderung lebih baik dibandingkan induknya.

Srinar tahan hama WBC (wereng batang coklat) biotipe 1,2 dan tiga. Sedangkan Srinuk tahan WBC tipe 1. Sedangkan rojolele induk peka terhadap wereng coklat. Bobot per 1.000 butir Srinar 28,56 gram. Bobot Srinuk per 1.000 butir 28,64 gram. Bobot rojolele induk per 1.000 butir 32 gram.

Kedua varietas ini sudah lolos sidang pelepasan varietas pada akhir Juni 2019. Saat ini sedang menunggu Surat Keputusan Pelepasan dari Menteri Pertanian.

Advertising
Advertising

"Harapannya kedua varietas ini bisa ditanam masyarakat tani di Klaten secara luas dengan produksi dan kualitas beras tinggi, karena berasnya bagus bisa dijual lebih mahal, dan akan dapat meningkatkan penghasilan petani," kata dia.

Batan melalui Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) telah berhasil memperbaiki varietas padi rojolele yang terkenal dan disukai masyarakat ini. Keberhasilan ini diwujudkan dengan panen perdana varietas rojolele Srinuk dan rojolele Srinar di Kawasan Agro Techno Park (ATP), Kabupaten Klaten, Selasa, 22 Oktober 2019.

Kepala PAIR, Totti Tjiptosumirat mengatakan, keberhasilan ini merupakan komitmen Batan dalam memanfaatkan teknologi nuklir untuk tujuan damai, khususnya di bidang pertanian. Selain itu, keberhasilan ini dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa pemanfaatan teknologi nuklir tidak hanya untuk senjata dan energi saja, tetapi dapat dimanfaatkan untuk berbagai bidang.

"Hasil perbaikan varietas padi lokal rojolele ini merupakan suatu bukti komitmen Batan dalam memanfaatkan teknik nuklir untuk kesejahteraan masyarakat,” kata dia.

Selain itu, Batan juga membuktikan bahwa teknologi nuklir bukan hanya dikenal sebagai pemusnah massal dan juga hanya energi nuklir, yang hingga saat ini banyak masyarakat yang mempunyai persepsi negatif pada energi nuklir. Namun teknologi nuklir dapat dimanfaatkan di bidang lain, seperti pengembangan pangan.

Batan, kata dia mempunyai peran penting di bidang pertanian yakni dalam menghasilkan varietas unggul dengan memanfaatkan teknologi nuklir. Meskipun banyak varietas padi lain, namun varietas padi mutan Batan diharapkan menjadi varietas unggul dan disukai oleh masyarakat, dan dapat mendukung program ketahanan pangan nasional.

Harga beras rojolele induk per kilogram Rp 12 ribu hingga Rp 14 ribu. Namun, beras rojolele Srinar dan Srinuk mencapai Rp 18 ribu.

Kristina, Penyuluh Pertanian Lapangan Gempol, Karanganom, Klaten menyatakan bentuk Srinar lebih bulat daripada pada Srinuk. Soal rasa sama enaknya, sama wanginya dan sama pulennya serta lembut.

“Rencana per kilogram dijual Rp 18 ribu. Untuk penjualan sudah ada link. Bahkan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sudah ada kerjasama lima ton per bulan,” katanya.

Berita terkait

Peneliti BRIN Pertanyakan Benih Padi Cina Mampu Taklukkan Lahan Kalimantan

4 hari lalu

Peneliti BRIN Pertanyakan Benih Padi Cina Mampu Taklukkan Lahan Kalimantan

BRIN sampaikan bisa saja padi hibrida dari Cina itu dicoba ditanam. Apa lagi, sudah ada beberapa varietas hibrida di Kalimantan. Tapi ...

Baca Selengkapnya

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

7 hari lalu

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

BTN mengusulkan skema dana abadi untuk membiayai program 3 juta rumah yang dicanangkan oleh pasangan Capres-cawapres terpilih Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Pro Kontra Rencana Pemerintah Buka Lahan Sejuta Hektar di Kalimantan untuk Padi Cina

7 hari lalu

Pro Kontra Rencana Pemerintah Buka Lahan Sejuta Hektar di Kalimantan untuk Padi Cina

Rencana pemerintah membuka lahan sejuta hektar di Kalimantan Tengah untuk proyek penanaman padi Cina dinilai tidak perlu.

Baca Selengkapnya

Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

9 hari lalu

Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

Menko Luhut mengatakan, Cina bersedia untuk mengembangkan pertanian di Kalimantan Tengah dengan memberikan teknologi padinya.

Baca Selengkapnya

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

10 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

10 hari lalu

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkritik wacana penggunaan lahan 1 juta hektare di Kalimantan untuk adaptasi sawah padi dari Cina.

Baca Selengkapnya

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah, Jika Diminta

10 hari lalu

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah, Jika Diminta

Bulog mengaku siap jika diminta pemerintah menjadi off-taker gabah dari kerjasama pertanian Indonesia dan Cina

Baca Selengkapnya

Luhut Gandeng Cina Kembangkan Teknologi Penanaman Padi di Kalteng: Tinggal Cari Partner Lokal

11 hari lalu

Luhut Gandeng Cina Kembangkan Teknologi Penanaman Padi di Kalteng: Tinggal Cari Partner Lokal

Luhut Pandjaitan menyatakan bahwa Cina bersedia turut memberikan teknologi padinya ke Indonesia

Baca Selengkapnya

Mentan Galakkan Pompanisasi 500 Ribu Hektare di Jawa, Siapkan Anggaran Rp 5,8 Triliun

45 hari lalu

Mentan Galakkan Pompanisasi 500 Ribu Hektare di Jawa, Siapkan Anggaran Rp 5,8 Triliun

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman bakal melakukan pompanisasi pada 500 ribu hektare lahan tadah hujan di Pulau Jawa.

Baca Selengkapnya

Sawah di Pangkep Sulawesi Selatan Terancam Gagal Panen, Petani: Biaya yang Sudah Dikeluarkan Rp 5 Juta

53 hari lalu

Sawah di Pangkep Sulawesi Selatan Terancam Gagal Panen, Petani: Biaya yang Sudah Dikeluarkan Rp 5 Juta

Padi di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan (Pangkep) terancam gagal panen. Musababnya , sawah para petani digenangi air setinggi dada orang dewasa.

Baca Selengkapnya