Rektor IPB Arif Satria Diangkat Menjadi Guru Besar

Reporter

Tempo.co

Editor

Erwin Prima

Jumat, 25 Oktober 2019 09:35 WIB

Rektor IPB Arif Satria di Aula Inovasi IPB, Dramaga, Bogor, Jumat 18 Oktober 2019. TEMPO/M.A MURTADHO

TEMPO.CO, Jakarta - Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, terhitung sejak Oktober 2019 Arif Satria yang kini menjabat Rektor IPB telah diangkat menjadi Guru Besar Tetap Bidang Ekologi-Politik di IPB.

Arif merasa lega dengan gelar ini karena memang merupakan mimpi sejak awal jadi dosen. "Sekaligus lunasi janji saya ke orang tua. Saya tidak bisa membalas segala kasih sayang orang tua saya selama ini selain dengan karya-karya seperti ini. Moga gelar guru besar ini bisa membuat orang tua saya bahagia dan bangga," ujar Arif, dalam keterangan yang diterima Tempo, Jumat, 25 Oktober 2019.

Setiap saat orang tua Arif selalu menanyakan kapan mencapai puncak tertinggi akademik sebagai guru besar. Dengan gelar ini, Arif merasa tertuntut untuk lebih produktif dalam menghasilkan karya-karya akademik.

"Gelar guru besar bukan akhir perjalanan akademik, tetapi harus kita anggap sebagai awal perjalanan. Sehingga harus ada karya-karya lanjutan yang lebih baik di masa mendatang. Bagaimana pun juga saya dibesarkan oleh IPB. Saatnya saya harus terus berbuat untuk kemajuan IPB", ujar Arif.

Arif Satria lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, pada 17 September 1971 dari pasangan Faruk Hasan dan Sri Utami. Putra kedua dari tiga bersaudara ini menikah dengan Retna Widayawati dan dikaruniai seorang putra Zafran Akhmadery Arif (20 tahun) dan seorang putri Sweetyandari Nidya Areefa (10 tahun).

Advertising
Advertising

Ayah dua anak ini menyelesaikan pendidikan formal sejak SD hingga SMA di Pekalongan. Arif termasuk siswa yang berprestasi, dibuktikan dengan menjadi siswa teladan 1 tingkat SLTP tahun 1986 dan siswa teladan 1 tingkat SLTA tahun 1989. Selain berprestasi bidang akademik, Arif menunjukkan kemampuan kepemimpinannya sebagai ketua OSIS sejak SMP.

Pada tahun 1990, Arif Satria melanjutkan kuliah di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, ia aktif sebagai pimpinan mahasiswa, seperti sebagai Presidium Senat Mahasiswa IPB, National Director dan salah seorang pendiri International Association of Student in Agricultural and Related Science (IAAS) Indonesia.

Lulus dari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian IPB pada tahun 1995, Arif kemudian melanjutkan S2 di Program Sosiologi Pedesaan IPB dan lulus tahun 1999, dan menyelesaikan Program Doktor di bidang Marine Policy, Kagoshima University, Jepang tahun 2006.

Arif diangkat menjadi dosen di Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan Fakultas Perikanan IPB pada tahun 1997, kemudian di tahun 2019 ini memperoleh gelar Guru Besar Tetap Fakultas Ekologi Manusia IPB dalam bidang Ekologi Politik.

Sampai saat ini, ia telah meluluskan 43 sarjana, 48 magister dan 14 doktor. Selain tugas utama sebagai pengajar, tahun 2017 Arif diberi amanah sebagai Rektor IPB periode 2017-2022. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Dekan FEMA selama 2 periode (2010-2017).

Jabatan lain di IPB yang pernah diemban yaitu Direktur Riset dan Kajian Strategis IPB (2008-2010), Sekretaris Bagian Kependudukan, Kajian Agraria dan Ekologi Politik, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan masyarakat IPB (2007-2010), Kepala Divisi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, Pusat Kajian Pesisir dan Laut (PKSPL) IPB (2006-2008), Kepala Program Agraria Masyarakat Pesisir, Pusat Studi Agraria (PKA) IPB (1999-2002), Sekretaris 2 Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan IPB (1998-2002), Sekretaris Eksekutif Lembaga Sumberdaya Informasi (LSI) IPB (1997-2000), dan Sekretaris Rektor IPB (1996-1997).

Arif Satria juga menduduki sejumlah jabatan di instansi atau organisasi lain. Sejak tahun 2018 hingga sekarang ia menjabat sebagai Komisaris Utama PTPN Holding. Rektor muda ini juga pernah menjabat sebagai Penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan (2012-2019), Anggota Dewan Pengawas Perum Perikanan Indonesia (2013-2017), Anggota Dewan Kelautan Indonesia (2013-2017), Anggota Komisi Tuna Indonesia (2012-2014), Wakil Ketua umum Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (2009-2011), Anggota Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Ikan (2008-2011), Tim Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan (2001-2002), Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) (2010-2015), Ketua Dewan Pakar PISPI (2015-2020), Ketua PPI Kagoshima Jepang (2004), Ketua Dewan Redaksi Majalah Inovasi PPI Jepang (2004-2005), Presidium Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Bogor, Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orwilsus Bogor, Tim Panelis Debat Capres-Cawapres KPU (2014 & 2019), Chairman University Network for Indonesian Export Development (UNIED) (2018-2019), dan Ketua Forum Rektor Indonesia (2020).

Selain itu, ia pernah aktif dalam beberapa Organisasi Profesi Internasional, di antaranya American Fisheries Society, International Institute for Fisheries Economics and Trade (IIFET), International Assocation for Study of The Commons, Japan Regional Fisheries Society, dan Japan International Fisheries Research Society.

Arif Satria aktif sebagai narasumber pada berbagai forum internasional di berbagai negara di Amerika, Eropa, Asia, Afrika dan Australia. Ia memiliki peran penting dalam sejumlah forum internasional bergengsi, beberapa di antaranya sebagai Delegasi Indonesia pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi Rio +20 yang diselenggarakan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Rio de Jeneiro Brasil (2012), sebagai Speaker dalam high official forum yang diselenggarakan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) di Roma (2019).

Dalam bidang penelitian, Arif Satria aktif dalam konsorsium internasional yaitu Community Conservation Research Network Project (2012-2018) yang berpusat di Kanada. Ia juga menerima dana hibah penelitian Kemenristekdikti pada empat judul penelitian dalam total waktu 6 tahun (2011, 2012, 2016-2019).

Selain itu sejumlah kerja sama penelitian dengan instansi pemerintahan dan Civil Society Organization (CSO) internasional juga dilakukan. Penelitian-penelitian ini lah yang kemudian menghantarkan Arif Satria dalam menempuh gelar profesornya. Sehingga selama karirnya ratusan artikel populer dan artikel ilmiah telah diterbitkan baik nasional maupun internasional.

Artikel-artikel ini lah yang kemudian disadur sehingga Arif Satria memiliki nilai H-Index Scopus 7 dan H Index Google Scholar 16. Selain itu, ia juga aktif sebagai reviewer jurnal internasional yang diterbitkan di Springer dan Elsevier.

Karya lain yang dihasilkan dari ide dan pemikiran Arif Satria juga dipublikasikan dalam berbagai buku yang ditulis sendiri (penulis tunggal), penulis pertama, editor maupun kontributor dalam book chapter, di antaranya (1) Dinamika Modernisasi Perikanan Formasi Sosial dan Mobilitas Nelayan (penulis tunggal), (2) Globalisasi Perikanan: Reposisi Indonesia? (penulis pertama) (3) Pesisir dan Laut untuk Rakyat (penulis tunggal), (4) Menuju Desentralisasi Kelautan, (5) Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir (penulis tunggal), (6) Menuju Desentralisasi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (penulis pertama), (7) Ekologi Politik Nelayan (penulis tunggal), (8) Menuju Konservasi Laut yang Pro Rakyat dan Pro Lingkungan (co-author) (8) Managing Coastal and Inland Waters yang diterbitkan oleh penerbit terkemuka Springer (Editor dan kontributor penulis book chapter), (9) Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir (penulis tunggal), (10) Politik Kelautan dan Perikanan (penulis tunggal), (11) Laut dan Masyarakat Adat (editor dan kontributor book chapter), (12) Governing The Coastal Commons yang diterbitkan oleh Routledge Publisher (kontributor book chapter), dan akan segera terbit yaitu buku berjudul Politik Sumberdaya Alam (penulis tunggal).

Rektor yang hobi bermain bulutangkis dan menciptakan lagu ini juga aktif menyuarakan ide dan gagasan untuk kemajuan bangsa melalui media massa, baik cetak, televisi maupun daring. Sumbangan ide dan pemikirannya juga telah menjadi acuan dalam sejumlah perumusan kebijakan nasional.

Selama mengabdi di IPB, Arif Satria menerima penghargaan Satyalencana 10 tahun dari Presiden Republik Indonesia (2013). Beberapa penghargaan lainnya yang ia peroleh di antaranya Second Winner of The Academic Leader Award - Dosen dengan Tugas Tambahan sebagai Rektor PTNBH (2019), Akademisi Peduli Penyuluhan dan SDM Perikanan – KKP (2013), Kagoshima University Network Ambassador (2011), Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa Bidang Ilmu Pengerahuan (2009), The First Winner of Yamamoto Award (2008), dan Juara 3 Dosen Berprestasi IPB (2007).

Berita terkait

Hari Pendidikan Nasional 2024, Ketum ICMI: Semoga Lahir Generasi Pembelajar Sejati

20 jam lalu

Hari Pendidikan Nasional 2024, Ketum ICMI: Semoga Lahir Generasi Pembelajar Sejati

Begini pesan Ketua Umum ICMI Arif Satria dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional 2024.

Baca Selengkapnya

Pakar Serangga IPB Ungkap Spesies Baru Serangga yang Bermanfaat bagi Manusia

2 hari lalu

Pakar Serangga IPB Ungkap Spesies Baru Serangga yang Bermanfaat bagi Manusia

Berbagai serangga yang memberikan manfaat bagi manusia berupa produk yang bernilai komersial.

Baca Selengkapnya

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

2 hari lalu

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

Metode-metode analisis pangan halal yang telah dikembangkan selama ini memiliki keterbatasan.

Baca Selengkapnya

Jumlah Penerima LPDP 2024 Capai 39.040 Orang, IPB Masuk 4 Besar Pilihan Terbanyak

5 hari lalu

Jumlah Penerima LPDP 2024 Capai 39.040 Orang, IPB Masuk 4 Besar Pilihan Terbanyak

Selain IPB, ada beberapa kampus favorit di dalam negeri maupun luar negeri tujuan beasiswa LPDP tahun lalu yang bisa dijadikan referensi.

Baca Selengkapnya

Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

9 hari lalu

Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

Menko Luhut mengatakan, Cina bersedia untuk mengembangkan pertanian di Kalimantan Tengah dengan memberikan teknologi padinya.

Baca Selengkapnya

Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

9 hari lalu

Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

Tanaman liar pegagan dianggap bisa membantu terapi daya ingat. Senyawa aktifnya memulihkan fungsi hipokampus, bagian krusial pada otak.

Baca Selengkapnya

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

9 hari lalu

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkritik wacana penggunaan lahan 1 juta hektare di Kalimantan untuk adaptasi sawah padi dari Cina.

Baca Selengkapnya

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

11 hari lalu

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Penulisan jurnal ilmiah bagi dosen akan membantu menyumbang angka kredit dosen, meskipun tak wajib publikasi di jurnal Scopus.

Baca Selengkapnya

Gelar Kampus Menggugat di Hari Kartini, Guru Besar UGM: Kita Bagian Kerusakan Demokrasi di Era Jokowi

11 hari lalu

Gelar Kampus Menggugat di Hari Kartini, Guru Besar UGM: Kita Bagian Kerusakan Demokrasi di Era Jokowi

Kegiatan Kampus Menggugat ini menyorot kondisi demokrasi di penghujung kepemimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang merupakan alumnus UGM.

Baca Selengkapnya

Banyak dibutuhkan di Bidang Asuransi, Mengenal Profesi Aktuaris

13 hari lalu

Banyak dibutuhkan di Bidang Asuransi, Mengenal Profesi Aktuaris

Menjadi seorang aktuaris memang tidak mudah karena dalam pekerjaannya mengaplikasikan beberapa ilmu sekaligus seperti matematika hingga statistika.

Baca Selengkapnya