Kapan Vaksin Virus Corona Tersedia? Simak Penjelasannya

Jumat, 21 Februari 2020 09:04 WIB

Ilustrasi vaksinasi (Pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Wabah virus corona baru, COVID-19, yang berasal dari Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, diperkirakan menjadi pandemik global. Per Jumat pagi, 21 Februari 2020, sekitar 75.778 orang di seluruh dunia telah terinfeksi virus itu, dengan 2.130 orang meninggal dunia, kebanyakan dari daratan Cina.

Perusahaan biotek seperti Moderna dan raksasa farmasi Johnson & Johnson mengatakan mereka berusaha keras untuk menemukan vaksin--tetapi penemuan itu tidak datang dengan cepat. Tidak dalam hitungan bulan, bahkan mungkin mendekati satu tahun.

Pada 7 Februari 2020, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular Anthony Fauci mengatakan, jika penelitian berjalan dengan lancar, uji klinis fase satu dapat dimulai pada manusia dalam waktu kurang dari tiga bulan. "Sejauh ini tidak ada gangguan," katanya, seperti dikutip laman Forbes, Kamis, 20 Februari 2020.

Uji coba fase satu biasanya merupakan studi kecil untuk menguji keamanan dan kemanjuran vaksin. Bahkan jika percobaan fase satu berhasil, masih bisa memakan waktu lama untuk vaksin tersedia bagi orang di luar Wuhan, Cina. Ketika vaksin Ebola baru sedang diuji, para peneliti melakukan percobaan fase tiga di Guinea, pusat wabah itu.

Vaksin COVID-19 yang baru dapat mengambil pendekatan yang sama, pertama bagi orang-orang di daerah Cina yang paling terpengaruh. Hanya setelah selesainya percobaan fase tiga dan persetujuan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) akan tersedia untuk orang-orang di AS yang berisiko lebih rendah terkena penyakit.

Mengapa membuat vaksin butuh waktu yang lama? Pengembangan vaksin normal membutuhkan rata-rata 10 hingga 15 tahun, karena para peneliti dan dokter ingin memastikan bahwa mereka memberi orang perawatan yang aman. Untuk mendapatkan vaksin yang disetujui di Amerika, harus melalui beberapa fase pengembangan, termasuk penelitian praklinis dan pengujian hewan, uji klinis manusia dan kontrol kualitas.

"Secara umum, kita berbicara bertahun-tahun jika bukan berpuluh-puluh tahun dalam sebagian besar skenario," kata Kathleen Neuzil, direktur di Pusat Pengembangan Vaksin dan Kesehatan Global di Fakultas Kedokteran Universitas Maryland.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi berapa lama untuk membuat vaksin, termasuk kompleksitas penyakit, bagaimana sistem kekebalan manusia bereaksi terhadap penyakit tertentu dan di mana dalam tubuh suatu penyakit berakar. "Penyakit pernapasan, seperti COVID-19, secara umum bisa sedikit lebih sulit," kata Neuzil. Karena vaksin harus menciptakan respon imun yang cukup dalam aliran darah untuk mengaktifkan antibodi di saluran pernapasan.

Vaksin juga sangat mahal untuk dikembangkan. Dari awal hingga akhir, dapat menghabiskan biaya ratusan juta dolar untuk membuat vaksin yang sukses. Kata kunci di sini adalah berhasil, perusahaan secara teratur menghabiskan jutaan dolar untuk mengembangkan vaksin yang tidak berfungsi dengan baik, dan kembali untuk memulai dari awal lagi.

Untungnya ada beberapa sistem untuk pelacakan cepat vaksin, terutama selama wabah penyakit besar. Beberapa vaksin telah diberi status Jalur Cepat oleh FDA, termasuk vaksin untuk HPV, virus yang dapat menyebabkan kanker serviks, dan vaksin untuk chikungunya, penyakit menular yang disebarkan oleh nyamuk.

Tetapi epidemi penyakit besar tidak secara otomatis berarti persetujuan yang cepat. Vaksin Ebola pertama baru saja disetujui FDA pada Desember 2019, lebih dari lima tahun setelah dimulainya wabah mematikan di Afrika Barat.

Saat ini, Johnson & Johnson, yang berbasis di New Jersey; Inovio, perusahaan biotek publik berbasis di Pennsylvania; Moderna, perusahaan biotek yang berbasis di Massachusetts; dan sebuah kelompok penelitian di Universitas Queensland di Australia adalah empat lembaga yang mengungkapkan bahwa mereka berusaha menemukan vaksin.

Inovio baru saja menerima hibah US$ 9 juta untuk mengembangkan vaksin COVID-19 baru dari Coalition for Epidemic Preparedness Innovations, di atas hibah UD$ 56 juta sebelumnya untuk mengembangkan vaksin penyakit lain.

"Kami ingin memiliki vaksin COVID-19 dalam uji coba manusia dalam waktu kurang dari tujuh bulan. Kami berusaha bergerak sangat cepat ke pengujian manusia di Tiongkok," kata J. Joseph Kim, CEO Inovio.

Sedangkan Moderna mengatakan bahwa mereka menyelesaikan batch klinis vaksin pada 7 Februari 2020, dan akan segera pindah ke pengujian fase satu. Dan Johnson & Johnson, kembali menggunakan teknologi yang pernah sukses untuk vaksin Ebola dan Zika-nya, untuk membuat vaksin virus corona baru itu.

FORBES


Berita terkait

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

23 jam lalu

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.

Baca Selengkapnya

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

2 hari lalu

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

Imunisasi atau vaksinasi tidak hanya diperuntukkan bagi bayi dan anak-anak tetapi juga orang dewasa. Simak alasannya.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

5 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

5 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

6 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

7 hari lalu

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

Empat jenis vaksin sangat penting bagi jemaah haji, terutama yang masuk populasi berisiko tinggi seperti lansia dan pemilik komorbid.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

10 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

13 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

13 hari lalu

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.

Baca Selengkapnya

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

20 hari lalu

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.

Baca Selengkapnya