Prosedur Periksa Spesimen Virus Corona Harus di Jakarta Dikritik

Jumat, 6 Maret 2020 01:00 WIB

Kepala Balitbangkes Kementerian Kesehatan Siswanto (kiri) bersama Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Kementerian Kesehatan Vivi Setiawaty (kanan) mengenakan pakaian steril saat akan memasuki Labotarium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) di Jakarta, Selasa, 11 Februari 2020. ANTARA FOTO/Galih Pradipta

TEMPO.CO, Bandung - Wali Kota Tasikmalaya Budi Budiman mempertanyakan prosedur pemeriksaan spesimen infeksi virus corona COVID-19 yang harus dilakukan di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan. Pertanyaan itu dia ajukan saat ikut acara seminar lewat Internet atau webinar tentang kewaspadaan infeksi virus corona COVID-19 yang diselenggarakan Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Kamis 5 Maret 2020.

Semua pemeriksaan lari ke Jakarta. Terbayang bagaimana yang dari Papua, Sulawesi, ini pasti perlu waktu,” katanya.

Menurutnya, virus corona yang menimbulkan kekhawatiran luar biasa perlu kecepatan pemeriksaan. Dia mengusulkan pemeriksaan sampel pasien terduga juga bisa dilakukan di daerah. “Seberapa mahal alat itu? kalau Rp 1-2 miliar bisa maksakan dari dana darurat bencana,” ujarnya sambil mengajak Gubernur Jawa Barat untuk membangun fasilitas pemeriksaan itu.

Basti Andriyoko dari Laboratorium Patologi Klinik RS Hasan Sadikin Bandung mengatakan pemeriksaan sampel suspek virus corona saat ini semua dipusatkan di Balitbangkes Jakarta. Alasannya, institusi itu sudah tersertifikasi dan disupervisi WHO. “Kalau daerah lakukan (pemeriksaan sampel) tetap harus konfirmasi ke Balitbangkes,” ujarnya.

Basti mengungkap alasan lain yakni reagen atau bahan reaksi kimia untuk pemeriksaan sampel terkait virus corona belum banyak tersedia karena jenis virus yang juga masih baru. Sementara WHO mewajibkan hasil pemeriksaan harus valid.

Basti menepis keraguan Balitbangkes memikul beban berat untuk memeriksa sampel yang terlalu banyak. “Waktu periksa sampel flu burung 2005 juga dari mereka dan tidak masalah, sudah didesain dengan sumber daya manusianya untuk terima sampel yang banyak,” kata dia.

Wakil Ketua Tim Dokter Infeksi Khusus RS Hasan Sadikin Bandung, Anggraini Alam, sebelumnya mengatakan pengambilan sampel suspek virus Corona bisa dilakukan rumah sakit daerah kemudian dikirim langsung ke Balitbangkes. Pemeriksaan terpusat di Balitbangkes sesuai aturan WHO. Kalau ada rumah sakit yang membuat fasilitas pemeriksaan sampel tetap harus konfirmasi ke Balitbangkes.

“Setiap negara ketentuaannya sama, harus terpusat agar akurat. Waktu pemeriksaan selama 24-48 jam,” katanya.

Berita terkait

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

3 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

9 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

12 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

23 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

1 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

1 hari lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

4 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya