Uji Coba Vaksin Virus Corona, Amerika Mulai Cari Sukarelawan

Rabu, 11 Maret 2020 10:39 WIB

Ilustrasi 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV). REUTERS/CDC

TEMPO.CO, Jakarta - Para peneliti di Seattle telah mulai merekrut sukarelawan sehat untuk berpartisipasi dalam uji klinis untuk vaksin virus corona COVID-19 eksperimental.

Empat puluh lima sukarelawan sehat usia antara 18 dan 55 akan terdaftar dalam uji coba awal, yang bertujuan untuk menentukan apakah vaksin memicu respons kekebalan.

Mengutip laman The Wall Street Journal, vaksin tersebut dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi Moderna Therapeutics, di Amerika Serikat yang awalnya dikirim ke Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) di Maryland pada 24 Februari lalu.

Menurut laporan Kaiser Permanente, vaksin itu tidak mengandung virus yang memicu COVID-19, yang disebut SARS-CoV-2, dan tidak dapat menyebabkan infeksi.

"Agensi mengantisipasi peluncuran uji klinis pada akhir April dan akan mensponsori Lembaga Penelitian Kesehatan Kaiser Permanente Washington untuk melakukan pengujian," ujar Direktur NIAID Anthony Fauci, seperti dikutip laman Live Science, baru-baru ini.

Tidak seperti vaksin yang dikembangkan untuk virus lain, seperti campak, vaksin ini tidak memanfaatkan virus yang lemah atau mati. Sebagai gantinya, mengandung segmen pendek materi genetik yang disebut messenger RNA, atau mRNA, yang dihasilkan di laboratorium.

Dalam sel tipikal, mRNA mengkodekan instruksi untuk membangun protein yang berbeda. Genetik buatan itu mendorong sel untuk membangun protein yang ditemukan di permukaan virus. Sistem kekebalan seseorang harus bereaksi terhadap protein baru ini dengan membangun gudang antibodi yang menargetkan dan menempel pada protein ini, menandai virus untuk eliminasi.

Kemudian, mRNA harus dipecah dan dihilangkan oleh tubuh, membuat orang yang divaksinasi lebih siap untuk melawan SARS-CoV-2, jika mereka pernah mengalaminya. Merancang vaksin agar bekerja dengan cara ini memungkinkan Moderna untuk mempercepat pengembangan, karena perusahaan tidak perlu mengisolasi dan memodifikasi sampel langsung SARS-CoV-2 seperti untuk vaksin yang lebih konvensional.

Sukarelawan akan menerima dua suntikan vaksin di lengan atas, dengan jarak 28 hari dengan dosis tertentu. Sejumlah 45 peserta akan dibagi menjadi tiga kelompok, dengan masing-masing kelompok menerima dosis vaksin yang berbeda.

Sukarelawan juga akan diminta untuk menghadiri 11 kunjungan belajar secara langsung selama 14 bulan studi dan akan menerima US$ 100 untuk setiap janji yang mereka hadiri, dengan total hingga US$ 1.100 pada akhirnya.

Setelah uji coba keamanan awal ini, efektivitas vaksin harus diuji dalam beberapa uji coba berikutnya pada kelompok orang yang lebih besar sebelum didistribusikan secara luas. Sementara itu, para peneliti di seluruh dunia akan terus bekerja pada perawatan yang layak untuk membantu orang yang tertular virus.

Saat ini, pasien dengan COVID-19 akan menerima perawatan suportif untuk mengatasi gejala penyakit, demikian Live Science melaporkan. Meskipun kemajuan dalam pengembangan vaksin ini menggembirakan, awal pekan ini, pejabat kesehatan AS mencatat bahwa mereka tidak dapat menjamin bahwa vaksin COVID-19 akan terjangkau.

"Kami ingin memastikan bahwa kami bekerja untuk membuatnya terjangkau, tapi kami tidak dapat mengendalikan harga itu karena kami membutuhkan sektor swasta untuk berinvestasi," kata Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Alex Azar kepada House Energy and Commerce Committee Committee Rabu, 4 Maret lalu.

Namun, CEO Moderna Therapeutics Stéphane Bancel telah menyatakan bahwa vaksin perusahaan itu harus terjangkau. Dia sadar bahwa COVID-19 merupakan masalah kesehatan masyarakat, karena itu dia akan sangat bijaksana dalam menetapkan harga jika produk ini sampai pada persetujuan.

"Tidak ada dunia, saya pikir, di mana kita akan mempertimbangkan harga ini lebih tinggi dari vaksin virus pernapasan lainnya," kata dia kepada Business Insider.

LIVE SCIENCE | THE WALL STREET JOURNAL | CLINICAL TRIAS

Berita terkait

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

17 jam lalu

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.

Baca Selengkapnya

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

2 hari lalu

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

Imunisasi atau vaksinasi tidak hanya diperuntukkan bagi bayi dan anak-anak tetapi juga orang dewasa. Simak alasannya.

Baca Selengkapnya

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

6 hari lalu

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

Empat jenis vaksin sangat penting bagi jemaah haji, terutama yang masuk populasi berisiko tinggi seperti lansia dan pemilik komorbid.

Baca Selengkapnya

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

22 hari lalu

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

Kemenkes menyatakan hingga kini belum terdeteksi adanya risiko kasus Virus B di Indonesia namun masyarakat diingatkan untuk tetap waspada

Baca Selengkapnya

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

23 hari lalu

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

Flu singapura rentan menjangkit anak-anak. Flu ini juga dengan mudah menular. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

23 hari lalu

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Tak Disediakan Vaksinasi Meski Flu Singapura Merebak, Ini Penjelasan IDAI

26 hari lalu

Tak Disediakan Vaksinasi Meski Flu Singapura Merebak, Ini Penjelasan IDAI

Vaksin untuk menangkal penyebaran flu Singapura belum ada di Indonesia, padahal tingkat penyebaran dan infeksinya cukup signifikan mengalami lonjakan.

Baca Selengkapnya

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

27 hari lalu

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

Dokter paru ungkap perbedaan antara Flu Singapura atau penyakit tangan, mulut, dan kuku dengan flu musiman meski gejala keduanya hampir mirip.

Baca Selengkapnya

Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

29 hari lalu

Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

Diyakini kalau seluruh kasus Flu Singapura di Indonesia menginfeksi anak-anak. Belum ada kasus orang dewasa.

Baca Selengkapnya

Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

30 hari lalu

Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

Demam berdarah disebabkan oleh salah satu dari empat jenis virus dengue yang berbeda.

Baca Selengkapnya