Viral, Ayah Pandu Putrinya Lolos dari Gejala COVID-19 via Ponsel
Reporter
Muh. Syaifullah (Kontributor)
Editor
Zacharias Wuragil
Rabu, 15 April 2020 15:07 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Belum lama ini viral di grup percakapan di telepon genggam tentang strategi menghadapi virus corona COVID-19. Artikel yang dibagikan mengisahkan pengalaman Bambang Priyambodo yang tertulis sebagai praktisi Farmasi dari UGM (Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta)--sebenarnya adalah praktisi farmasi lulusan UGM.
"Salah satu anaknya terkena Covid...," bunyi bagian awal dari artikel tersebut.
Diberi judul 'Mengenal SARS-CoV-2 dan Bagaimana Strategi Menghadapinya', artikel menceritakan bagaimana Bambang memandu dengan hati-hati via ponsel apa yang harus dilakukan anak perempuannya yang sedang sakit di Jerman. Dia menginstruksikan asupan obat kimia, herbal serta vitamin tertentu untuk membangun kekebalan tubuh putrinya tersebut.
Hasilnya, anaknya berhasil sembuh dari semua gejala yang dicemaskannya sebagai gejala COVID-19 itu pada hari ke-14. "Saya pikir seandainya sistem immune-nya belum siap, entah apa yang terjadi ...," kata Bambang dalam artikel yang viral tersebut.
Dihubungi terpisah, Bambang membenarkan isi artikel yang dibagikan berasal dari isi status yang ditulisnya di akun Facebook. Dia menerangkan kalau memiliki putri yang sedang kuliah di Halle, Jerman, dan benar sempat jatuh sakit demam tinggi.
Hanya, Bambang yang adalah General Manager - Manufaktur di PT Jamu Air Mancur memberi klarifikasi kalau putrinya itu belum tentu positif COVID-19 karena belum pernah jalani tes. "Tapi gejala-gejalanya mirip COVID-19," kata Bambang, Selasa malam, 14 April 2020.
Kepada Tempo.co, Bambang menceritakan ulang pengalaman yang dilalui putrinya itu dan apa yang sudah dilakukannya. Berawal dari Selasa tengah malam, 31 Maret 2020, saat anaknya mengabarkan bahwa sedang sakit. Sebelumnya, pada 23 Maret 2020, kebetulan anaknya ada acara dengan teman-temannya.
Pada 28 Maret 2020, lima hari setelah acara bersama teman-temannya itu, anaknya menceritakan tiba-tiba mengalami sakit sariawan yang cukup besar. Badannya mulai terasa tidak enak. Dia pikir awalnya mungkin disebabkan cuaca di kota Halle, Jerman yang tidak karuan. Terkadang cerah dan hangat, namun tiba-tiba berubah menjadi dingin hingga 2 - 4°C.
"Setelah kejadian dia sakit, baru kemudian saya berpikir inilah mulai masa illness (gejala) dari virus (corona) ini," kata dia seperti yang ditulis di akun facebook.
<!--more-->
Pada 31 Maret 2020, atau hari kedelapan, demam anaknya makin tinggi. Badannya menggigil - kedinginan, hingga ke tulang. Kepalanya pusing sekali, bahkan hampir tidak bisa bangun. Tenggorokan pun sangat sakit sekali buat menelan. Lidahnya hampir tidak bisa merasakan rasa manis atau asin. Batuk kering, ada riak yang sangat lengket sekali.
Curiga semua itu adalah gejala COVID-19, Bambang kemudian memandu pelan-pelan via ponsel apa yang harus dilakukan putrinya. Untuk mengatasi demam, ia menyuruh anaknya untuk minum paracetamol 500 mg yang kebetulan memang sudah disiapkan sejak wabah ini mulai merebak: dosis 3 kali sehari terkadang hingga 4 kali sehari jika panasnya gak turun-turun.
"Untuk energi dia juga sudah sedia madu, mengingat sakit sekali kalo buat menelan sehingga nafsu makan turun sekali. Meskipun demikian makan-minum harus dipaksa," katanya.
Untuk sakit kepala, anaknya minum Neuralgin jika sakit sudah tidak tertahan lagi. Tapi lebih sering meminum paracetamol. Sedang untuk mengatasi lendir yang sangat lengket di tenggorokan, anaknya disuruh untuk siapkan satu ruas jahe.
"Dikeprek, kemudian direbus. Uap airnya digunakan untuk aromatherapi," katanya sambil menambahkan, "Alhamdulillah, 2 kali therapy, keluarlah ingus yang sangat lengket sekali. 'Ploong banget rasanya', katanya, vitamin C, vitamin E dan Zinc 1 kaki sehari masih terus dilanjutkan."
Bambang melanjutkan, pada 1-3 April atau hari ke-9 sampai 12 adalah masa terberat. Apalagi anaknya hanya tinggal sendirian di apartemennya. Pengobatan dituntunnya sama seperti pada hari ke-8.
"Syukur alhamdulillah, pelan namun pasti kondisinya berangsur membaik," katanya melukiskan demam mulai menurun, sakit kepala juga sudah sangat berkurang, ingus di tenggorokan juga sudah gak keluar lagi. "Otomatis batuknya pun kemudian berhenti," kata alumnus Fakultas Farmasi UGM ini.
Lalu, pada 4 April 2020, atau hari ke-13, Bambang menuturkan, semua gejala akhirnya hilang semua. Pada hari ke 14, akhirnya semua gejala yang dialami anaknya dianggap sudah hilang tuntas. Bisa dikatakan dia sudah pulih seperti sedia kala.
"Jadi yang perlu disiapkan, jika terkena virus ini adalah Paracetamol untuk mengatasi demam, Neuralgin untuk jaga-jaga jika sakit kepala hebat dan tak tertahankan, vitamin C, vitamin E, Zinc, madu, echinacea (jika perlu) dan curcumin (jika perlu)," kata dia memaparkan.