Peneliti Maryland Uji Pertama Vaksin pada Pasien Muda Covid-19

Kamis, 7 Mei 2020 08:02 WIB

Universitas Maryland menguji coba vaksin eksperimental virus corona. WBALTV.com

TEMPO.CO, Jakarta - Ketika negara di seluruh dunia mencari vaksin virus corona Covid-19, Pusat Pengembangan Vaksin dan Kesehatan Global dari Fakultas Kedokteran Universitas Maryland, Amerika Serikat, mengambil bagian dalam uji coba.

Peneliti di kampus itu telah menyuntik pasien Covid-19 pertama mereka dengan dosis vaksin eksperimental pada Senin, 4 Mei 2020.

Pasien itu bernama David Rach, adalah salah satu dari empat pasien awal yang masih muda dan sehat. Dia bersedia meminjamkan tubuhnya kepada para peneliti yang berlomba untuk menemukan vaksin virus corona yang pertama kali menyebar di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina itu.

Rach mengaku menjadikan dirinya sebagai objek uji coba demi kebaikan, juga karena menemukan konsep yang menarik. "Satu-satunya jalan keluar dari kekacauan ini di masa mendatang adalah menemukan vaksin yang efektif. Untuk mendapatkan vaksin itu adalah melalui uji coba," ujarnya seperti dikutip laman Wbaltv, Rabu, 6 Mei 2020.

Beberapa lembaga lain di Amerika dan Jerman sedang menguji setidaknya empat vaksin eksperimental yang berbeda untuk menentukan apakah ada yang efektif. Mereka mencari hingga 90 peserta di Baltimore, salah satu kota di Maryland.

Rach sudah mendapatkan suntikan pertama, dan peneliti akan kembali pekan depan, lalu setelahnya akan diambil darahnya untuk melihat bagaimana kekebalannya terhadap vaksin. "Kemudian, tiga minggu setelah vaksinasi pertama, mereka memberi suntikan booster untuk melihat apakah dapat meningkatkan respons imun," kata dia.

Para peneliti akan memantau Rach dengan seksama selama tiga bulan pertama, kemudian akan memeriksa kembali pada interval 6, 12 dan 24 bulan untuk melihat berapa lama antibodi bertahan. Mereka sedang menguji vaksin mRNA yang menurut peneliti berbeda dari vaksin tradisional karena tidak menyuntikkan protein virus ke dalam tubuh.

Rach, seorang mahasiswa PhD di bidang imunologi, mengatakan itu hanya protein amplop, yang kemudian akan dilihat oleh sistem kekebalan pasien, mengenali bahwa itu partikel virus, dan mulai meningkatkan respons kekebalan terhadap pasien. Itu berarti Rach tidak berisiko terinfeksi dan dia tidak harus mengkarantina diri.

"Jika berhasil, ini adalah vaksin yang bekerja enam bulan dari sekarang, saya akan senang dengan partisipasi saya dalam membantu untuk memajukan itu," tutur Rach.

Jika semuanya berjalan dengan baik, para peneliti berharap untuk menyerahkan vaksin kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika untuk segera disetujui.

WBALTV

Berita terkait

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

1 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

1 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

2 hari lalu

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

Hari Kekayaan Intelektual Sedunia diperingati setiap 26 April. Begini latar belakang penetapannya.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

2 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

3 hari lalu

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

Empat jenis vaksin sangat penting bagi jemaah haji, terutama yang masuk populasi berisiko tinggi seperti lansia dan pemilik komorbid.

Baca Selengkapnya

Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

5 hari lalu

Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

Saat ini suplemen zinc yang tersedia di pasaran masih perlu pengembangan lanjutan.

Baca Selengkapnya

BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

5 hari lalu

BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

Implimentasi model agrosilvofishery pada ekosistem gambut perlu dilakukan secara selektif.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

6 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

9 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

9 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya