WHO Peringatkan Puncak Kedua Covid-19 Saat Lockdown Dibuka

Rabu, 27 Mei 2020 08:25 WIB

Logo Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terpampang di pintu masuk kantor pusatnya di Jenewa, 25 Januari 2015. [REUTERS / Pierre Albouy / File Foto]

TEMPO.CO, Jakarta- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan negara-negara di dunia mengenai puncak kedua pandemi Covid-19 ketika pelonggaran karantina wilayah (lockdown) dilakukan. Menurut WHO, dunia saat ini masih harus berjuang melawan gelombang pertama wabah virus Corona baru atau SARS-CoV-2.

Direktur Eksekutif WHO Mike Ryan mengatakan, saat ini bukan dalam gelombang kedua Covid-19. "Namun, tepatnya kami berada di tengah gelombang pertama secara global," ujarnya, seperti dikutip laman New York Post, Selasa, 26 Mei 2020.

Menurut Ryan, dunia masih berada dalam fase di mana penyakit yang pertama kali menyebar di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina itu sebenarnya sedang dalam perjalanan. Ryan merujuk pada kasus di Amerika Selatan, Asia Selatan dan daerah lain melihat peningkatan jumlah infeksi.

Memperhatikan bagaimana epidemi sering datang dalam beberapa gelombang, Ryan mengatakan wabah bisa muncul akhir tahun ini di tempat-tempat di mana gelombang pertama telah mereda. Ryan menjelaskan, ketika berbicara tentang gelombang kedua, secara klasik apa yang sering dimaksudkan adalah akan ada gelombang pertama penyakit itu sendiri, lalu kambuh berbulan-bulan kemudian."Dan itu mungkin menjadi kenyataan bagi banyak negara dalam waktu beberapa bulan ke depan," kata Ryan.

WHO memperingatkan para pemimpin negara, salah satunya di Brasil, yang sekarang menjadi negara yang paling parah terkena dampak di setelah Amerika dengan 375.000 kasus yang dikonfirmasi mengenai pelonggaran lockdown. Tingkat penularan intens di negara itu berarti harus melanjutkan beberapa tindakan tetap di rumah, terlepas dari beban ekonomi.

"Dalam keadaan seperti ini, mungkin tidak ada alternatif," tutur Ryan, menambahkan. "Kamu harus terus melakukan semua yang kamu bisa."

Sebuah larangan perjalanan terhadap orang asing yang datang dari Brasil ke Amerika juga diatur untuk memutus penyebaran virus. Sementara itu, India melaporkan lompatan satu hari dalam kasus virus Corona baru untuk hari ketujuh berturut-turut. Negara itu melaporkan 6.535 infeksi baru pada hari Selasa, menjadikan penghitungan menjadi 145.380, termasuk 4.167 kematian.

Hingga kurang lebih lima bulan virus itu menyebar, masih belum ada pengobatan yang terbukti atau vaksin untuk mematikan virus. Namun, tes oleh perusahaan bioteknologi Amerika Novavax telah dimulai di Australia dengan harapan merilis vaksin yang terbukti efektif pada tahun ini.

Tahap pertama pengujian sedang berlangsung, di mana 131 sukarelawan yang mendapatkan suntikan untuk menguji efektivitas dan keamanan vaksin. Di seluruh dunia, lebih dari 5,5 juta kasus virus Corona dilaporkan, Amerika telah melihat jumlah kasus terbesar, dengan lebih dari 1,6 juta dilaporkan.

NEW YORK POST | JOHNS HOPKINS UNIVERSITY

Berita terkait

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

5 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

8 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

19 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

1 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Aksi Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika, Columbia University Lockdown Kampus

1 hari lalu

Aksi Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika, Columbia University Lockdown Kampus

Mahasiswa pindah dari tenda dan duduki Hamilton Hall. Kampus mulai menskors sebagian pengunjuk rasa pro Palestina dan mengancam memecat yang lain.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

6 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

7 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

11 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya