Aman Berolahraga Pakai Masker? Ini Kata Dokter Spesialis Olahraga

Rabu, 3 Juni 2020 06:52 WIB

Ilustrasi olahraga dengan wajah ditutup masker. Sumber: China News Service via Getty Ima/mirror.co.uk

TEMPO.CO, Jakarta - Dokter spesialis kedokteran olahraga Michael Triangto menanggapi beredarnya video yang menginformasikan tentang bahaya berolahraga dengan menggunakan masker. Viralnya kabar tersebut membuat banyak pecinta olahraga menjadi panik dan berusaha mencari penjelasan yang benar dari berita tersebut.

Menurut Michael, hal pertama yang harus dijelaskan adalah peraturan pemerintah tentang pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang mengharuskan menggunakan masker saat berada di luar rumah. Sehingga, jika masyarakat berada di luar rumah, maka diwajibkan menggunakan masker termasuk saat berolahraga.

Masalahnya adalah, kata dia, dengan menggunakan masker saat olahraga, orang akan merasakan bernapas kurang lega, sesak, tidak nyaman dan hal itu tentunya wajar karena tujuan utama dari penggunaannya adalah untuk melindungi pemakainya dari kemungkinan terinfeksi virus. "Juga melindungi orang lain dari kemungkinan kita menginfeksi mereka, terutama bila kita sedang tidak sehat," ujar dia, dalam keterangan tertulis, Selasa, 2 Juni 2020.

Jika masker digunakan saat berolahraga, dapat dimengerti bila ada yang merasakan sesak terutama pada olahraga berintensitas berat. Hal ini sesuai dengan narasi yang ada di dalam video yang beredar di mana dikatakan korban menjadi sulit bernapas, sehingga hal tersebut adalah wajar.

Hal yang tidak wajar adalah, Michael menambahkan, mengapa yang bersangkutan harus berolahraga berat? Dari Panduan Hidup Aktif Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO) menunjukkan kurva huruf "J" (di kutip dari 'Immune function and exercise' 2011), yaitu hubungan antara intensitas berolahraga dan risiko mengalami infeksi penyakit.

"Dari titik awal kurva tersebut yang berada di titik paling kiri memperlihatkan titik di mana kemungkinan terinfeksinya seseorang bila tidak berolahraga," kata Michael yang juga Direktur Slim&Health Sports Center Jakarta.

Titik terendah dari kurva "J" tadi berada di tengah yang menunjukkan bila berolahraga dengan intensitas ringan sampai sedang, maka risiko yang dihadapi menjadi rendah. Sedangkan di titik paling kanan menunjukkan jika berolahraga dengan intensitas berat, maka berpotensi mengalami risiko terinfeksi tertinggi, termasuk Covid-19, dan juga cedera maupun gangguan kesehatan lainnya.

Dari penjelasan tersebut, Michael menyarankan, sebelum berolahraga setiap individu sebaiknya mengetahui dengan jelas tujuan dari kegiatannya itu. Jika tujuannya untuk sehat tentunya yang bersangkutan hanya boleh melakukan olahraga berintensitas ringan sampai sedang saja, sehingga tidak akan terganggu dengan penggunaan masker sesuai aturan PSBB.

Bagi yang ingin tetap berolahraga berat, Michael berujar, tentunya tidak akan bisa dilarang, sehingga boleh tetap dilakukan olahraga, tapi dianjurkan dilakukan di dalam rumah. "Sehingga tidak diwajibkan menggunakan masker dan kemungkinan untuk terinfeksi maupun menginfeksi dari dan ke orang lain sedikit," tutur dia.

Yang perlu dipahami adalah olahraga berintensitas berat hanya diperuntukkan bagi atlet yang akan bertanding, sehingga tujuan kesehatan bukanlah menjadi prioritas utama mereka. Masker yang digunakan juga ternyata banyak macamnya, di antaranya masker untuk meminimalkan kemungkinan terinfeksi Covid-19, yaitu N95, masker bedah ataupun masker kain yang banyak digunakan masyarakat.

Penggunaan masker jenis N95 akan sangat mempengaruhi fungsi pernapasan penggunanya karena hanya diperuntukkan bagi petugas medis, misalnya di ruang-ruang isolasi dan ICU yang khusus merawat penderita Covid-19. Masker bedah tentunya lebih rendah kemampuan menyaring udaranya, sehingga pemakaiannya tidak terlalu menyesakkan.

"Dan masker kain lebih nyaman saat dipakai, dan untuk berolahraga di luar ruangan lebih dianjurkan menggunakan masker bedah atau masker kain yang banyak di pasaran," ujar Michael.

Michael juga menjelaskan manfaat lain dari penggunaan masker selain mencegah penularan infeksi. Secara teoritis, kata dia, kurangnya oksigen yang masuk ke paru-paru diharapkan dapat melatih pemakai masker agar terbiasa dengan oksigen yang tipis. Hal itu mirip dengan kondisi penduduk yang tinggal di tempat-tempat yang lebih tinggi dari permukaan laut.

Umumnya mereka memiliki kadar hemoglobin yang lebih tinggi dari pada penduduk yang tinggal di daerah pesisir, tapi hal itu membutuhkan waktu adaptasi yang panjang. "Untuk itu masih dibutuhkan banyak penelitian tentang penggunaan masker saat berolahraga termasuk pula lama penggunaannya agar mampu memperjelas manfaat masker bagi kesehatan," katanya.

Michael menyimpulkan bahwa berolahraga yang sehat cukup dengan intensitas ringan sampai dengan sedang sehingga penggunaan masker tidak akan mempersulit sistem pernapasan. "Ini tidak akan menimbulkan gangguan kesehatan, atau menyebabkan kematian. Kecuali bagi yang memiliki gangguan kesehatan misalnya TBC paru," tutur dia.

Berita terkait

Ciri-ciri Batuk TBC Menurut Dokter

27 hari lalu

Ciri-ciri Batuk TBC Menurut Dokter

Dokter menjelaskan batuk berkepanjangan selama dua minggu atau lebih adalah gejala utama TBC, waspadalah.

Baca Selengkapnya

Penyebab Target Elimisasi TBC Sulit Terealisasi pada 2030

28 hari lalu

Penyebab Target Elimisasi TBC Sulit Terealisasi pada 2030

Pasien TB mengalami siklus panjang dalam pengobatan. Sehingga target eliminasi TB pada 2030 sulit diwujudkan

Baca Selengkapnya

Percepat Target Eliminasi TBC 2030, Kemenko PMK Luku Pedoman Mitra Penanggulangan TBCncurkan Bu

29 hari lalu

Percepat Target Eliminasi TBC 2030, Kemenko PMK Luku Pedoman Mitra Penanggulangan TBCncurkan Bu

Indonesia merupakan negara dengan beban TBC tertinggi kedua di dunia setelah India dengan estimasi 969.000 kasus.

Baca Selengkapnya

USAID Bantu Berikan Terapi Pencegahan TBC di Indonesia

35 hari lalu

USAID Bantu Berikan Terapi Pencegahan TBC di Indonesia

USAID memberikan terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) kepada 145.070 orang di Indonesia, untuk mempercepat akses pengobatan preventif melawan TBC

Baca Selengkapnya

Alasan Pengobatan TBC pada Anak Harus Tuntas

35 hari lalu

Alasan Pengobatan TBC pada Anak Harus Tuntas

Anak penderita TBC harus menjalani pengobatan sampai tuntas agar bakteri penyebab infeksi bisa dibasmi sampai habis.

Baca Selengkapnya

Saran agar Penderita TBC Tak Menulari Rekan Kerja

37 hari lalu

Saran agar Penderita TBC Tak Menulari Rekan Kerja

Penderita TBC perlu bersikap disiplin agar tak menulari rekan kerja, seperti memakai masker dan ruangan kerja berventilasi baik.

Baca Selengkapnya

Stigmatisasi Penderita TBC Berdampak pada Kesehatan Mental

37 hari lalu

Stigmatisasi Penderita TBC Berdampak pada Kesehatan Mental

Penderita TBC rentan mengalami gangguan kesehatan mental karena kerap dikucilkan dari lingkungan sehingga butuh sistem pendukung.

Baca Selengkapnya

24 Maret Hari TBC Sedunia, Ini Sosok Ilmuwan Penemu Bakteri TBC

38 hari lalu

24 Maret Hari TBC Sedunia, Ini Sosok Ilmuwan Penemu Bakteri TBC

Ilmuwan Robert Koch adalah sosok yang berperan kunci dalam penemuan bakteri penyebab tuberkulosis alias TBC yang tak terpisahkan dari Hari TBC Sedunia

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Penemuan Kuman Tuberculosis Alias TBC oleh Robert Koch

38 hari lalu

Kilas Balik Penemuan Kuman Tuberculosis Alias TBC oleh Robert Koch

Bakteri penyebab TBC pertama kali ditemukan oleh Robert Koch. Pada saat itu, TBC membunuh satu dari setiap tujuh orang yang tinggal di Amerika Serikat dan Eropa.

Baca Selengkapnya

Robot AI Buatan Google dan Perusahaan India Mampu Deteksi Kanker hingga TBC

42 hari lalu

Robot AI Buatan Google dan Perusahaan India Mampu Deteksi Kanker hingga TBC

Google dan sebuah perusahaan India mengembangkan robot berbasis AI yang bisa mendeteksi penyakit dalam. Terobosan di bidang radiologi.

Baca Selengkapnya