Dexamethasone Naik Daun, Kenali Aturan Pakainya untuk Covid-19

Reporter

Terjemahan

Rabu, 17 Juni 2020 17:45 WIB

Dexamethasone, obat yang telah beredar luas ini, ditemukan mampu mengurangi risiko kematian pasien Covid-19 dengan gejala yang parah. (REUTERS/YVES HERMAN)

TEMPO.CO, Jakarta - Obat yang gampang ditemukan dan telah beredar luas, dexamethasone, sedang menjadi buah bibir di dunia. Sebabnya, tim penelitian di Oxford University, Inggris, mendapati 'obat warung' itu mampu mengurangi risiko kematian hingga 35 persen pada pasien Covid-19 yang telah bergantung kepada ventilator.

Di luar ventilator, obat ini juga ditemukan mampu mengurangi risiko kematian hingga 20 persen. Angka-angka itu diperoleh dari penelitian terapi obat itu kepada lebih dari 2.000 pasien selama 28 hari.

Menggunakan skala jumlah korban infeksi saat ini, penelitinya menyebut penggunaan obat ini sedari awal bisa menyelamatkan 5.000 nyawa di Inggris--negara dengan kematian Covid-19 tertinggi ketiga di dunia saat ini, yakni sebanyak hampir 42 ribu orang.

Dexamethasone pun langsung disebut sebagai terobosan besar dalam pencarian obat untuk mengendalikan pandemi Covid-19, dan bisa langsung digunakan untuk menyelamatkan nyawa orang-orang di seluruh dunia dengan segera. Terutama untuk negara-negara miskin. "Dexamethasone obat murah, ada di mana-mana dan ," kata Peter Horby, pemimpin studi dengan pasien Covid-19 di Universitas Oxford, Inggris.

Advertising
Advertising

Dexamethasone adalah obat steroid yang biasanya digunakan untuk mengurangi peradangan, termasuk radang sendi. Caranya, menekan respons pertahanan alami dari sistem imun tubuh dan mengurangi gejala pembengkakan dan reaksi alergi.

Otoritas kesehatan di Inggris, National Health Service, menetapkan tablet steroid, juga disebut tablet kortikosteroid, adalah jenis obat anti-inflamasi yang digunakan untuk mengobati berbagai kondisi. "Mereka dapat digunakan untuk mengobati masalah seperti alergi, asma, eksim, penyakit radang usus, dan radang sendi," bunyi keterangan NHS.

Dalam kasus Covid-19, obat steroid mengurangi peradangan yang terkadang berkembang ketika sistem kekebalan bereaksi berlebihan untuk melawan infeksi. Reaksi berlebihan ini dapat berakibat fatal. Namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan agar pasien Covid-19 tidak buru-buru menggunakan steroid karena malah dapat memperlambat waktu sampai pasien membersihkan virus.

Dengan kata lain, Ketua Tim Ilmuwan di WHO, Soumya Swaminathan, mengatakan Dexamethasone jangan digunakan di kasus Covid-19 yang tidak parah. Dia menjelaskan, obat ini jelas sekali tak berdampak kepada mereka yang paru-parunya tidak rusak. Risiko mengkonsumsinya secara asal-asalan, diperingatkan Soumya, malah akan memperburuk kesehatan.

"Ini sebabnya sangat penting penggunaannya melalui resep dokter dan hanya dalam perawatan di rumah sakit," katanya.

ANTARA | BBC | BUSINESSTODAY | WEBMD | JHU

Berita terkait

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

5 jam lalu

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

Percepatan bantuan militer senilai US$6 miliar ke Ukraina mencerminkan kepanikan yang dirasakan oleh pemerintahan Joe Biden dan Kongres AS

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

13 jam lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

17 jam lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

1 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

2 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

2 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Mengintip The Black Dog, Pub yang Disebut Taylor Swift dalam Album Barunya

4 hari lalu

Mengintip The Black Dog, Pub yang Disebut Taylor Swift dalam Album Barunya

The Black Dog, pub di London mendadak ramai dikunjungi Swifties, setelah Taylor Swift merilis album barunya

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

5 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Ivan Gunawan Siap Resmikan Masjidnya di Uganda, Berikut Profil Negara di Afrika Timur Ini

7 hari lalu

Ivan Gunawan Siap Resmikan Masjidnya di Uganda, Berikut Profil Negara di Afrika Timur Ini

Ivan Gunawan berencana berangkat ke Uganda hari ini untuk meresmikan masjid yang dibangunnya. Ini profil Uganda, negara di Afrika Timur.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

9 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya