Cina Pastikan Kasus Flu Babi Tak Mengarah Pandemi

Reporter

Antara

Sabtu, 4 Juli 2020 19:26 WIB

Seorang petugas rumah sakit Beijing Ditan mengenakan pakaian khusus di ruang isolasi flu babi, di Beijing (4/5). Cina melarang penerbangan dari Meksiko, yang menjadi pusat penyebaran virus flu babi. Foto: REUTERS/Jason Lee

TEMPO.CO, Jakarta - Virus flu babi yang mengandung genotipe 4 (G4) dinyatakan tidak mengarah pada pandemi. Ini berdasarkan hasil penelitian terbaru Pusat Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Menular China (CCDC) yang dipublikasikan pada Jumat 3 Juli 2020.

Hasil penelitian itu menyatakan kalau risiko pandemi flu babi, yang disebabkan oleh mutasi dari virus flu babi H1N1 yang pernah mewabah pada 2009 lalu tidak bertambah. Menurut CCDC, virus itu memang dapat menginfeksi manusia, namun belum cukup kuat menular dari manusia ke manusia seperti halnya yang dilakukan SARS-CoV-2, virus flu penyebab Covid-19.

Kemungkinan masyarakat umum terinfeksi flu babi seperti yang sudah ditemukan kasusnya dan dipublikasikan dalam Prosiding Akademi Sains Nasional (PNAS) pada 29 Juni 2020 juga disebut sangat rendah. “Namun tetap perlu diperhatikan menjaga kebersihan individu dan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari serta menghindari kontak langsung dengan binatang ternak, unggas, dan binatang liar,” kata CCDC.

Publikasi CCDC itu bersamaan dengan pemerintahan Beijing mulai melonggarkan pengamanan terkait potensi kemunculan gelombang kedua Covid-19. Warga yang tinggal di wilayah berisiko rendah di Beijing pun sudah tidak lagi memerlukan hasil negatif tes asam nukleat jika hendak meninggalkan ibu kota per hari ini, Sabtu 4 Juli 2020.

Pemerintahan setempat mengklaim gelombang kedua Covid-19 sudah berhasil dikendalikan seiring dengan makin menurunnya angka kasus baru. Beijing hanya mendapati dua kasus baru pada Kamis lalu, atau tinggal satu digit dibandingkan awal gelombang kedua yang mewabah mulai 11 Juni lalu dengan 36 kasus. Total sampai saat ini jumlahnya 331 kasus positif.

Advertising
Advertising

Pada 16 Juni, Pemerintah Kota Beijing menaikkan peringatan kewaspadaan dari Level III ke Level II, setelah muncul klaster baru dari Pasar Xinfadi, karena terdapat 100 kasus baru hanya dalam jangka waktu lima hari sejak 11 Juni. Sehari kemudian, warga yang tinggal di kawasan risiko tinggi dan menengah, termasuk yang pernah mengunjungi Pasar Xinfadi, dilarang meninggalkan Beijing.

Pada saat itu, warga yang tinggal di area berisiko rendah juga harus menunjukkan hasil negatif tes asam nukleat yang berlaku tidak lebih dari tujuh hari.

Berita terkait

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

2 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

3 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

9 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

12 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

13 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

22 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

23 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

1 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

1 hari lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

1 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya