Es Greenland Meleleh, Air Laut Diprediksi Naik 10 Cm dalam 80 Tahun

Reporter

Antara

Editor

Erwin Prima

Jumat, 21 Agustus 2020 03:19 WIB

Pemandangan es yang mencair akibat gelombang panas di Kangerlussuaq, Greenland, 1 Agustus 2019. CASPAR HAARLOEV VIA REUTERS

TEMPO.CO, Kopenhagen - Lapisan es yang menutupi tiga perempat daratan Greenland, pulau terbesar di dunia, meleleh dengan kecepatan yang bisa membuat level air laut naik 10 hingga 12,5 sentimeter pada akhir abad ini, menurut temuan sebuah tim peneliti internasional, termasuk perwakilan dari Institut Meteorologi Denmark (Danish Meteorological Institute/DMI).

"Jika pemanasan global terus berlanjut seperti sebelumnya, yang kami sebut sebagai skenario emisi tinggi, maka suhu kemungkinan akan meningkat 4,0 hingga 6,6 derajat Celsius pada akhir 2100. Kenaikan ini jauh lebih tinggi dari yang kami perkirakan untuk keseluruhan kenaikan suhu global selama periode waktu yang sama, mencerminkan fakta bahwa kawasan kutub sangat rentan terhadap perubahan iklim," ujar peneliti bidang iklim Ruth Mottram dalam sebuah rilis pers DMI pekan ini.

Para peneliti menggunakan alat pemodelan iklim global dan regional terkini yang ada untuk memperhitungkan sejauh mana pelelehan es daratan Greenland akan berkontribusi pada level air laut global, dengan mengkaji hubungan berbahaya antara perubahan suhu musim panas di Greenland dan keseimbangan massa permukaan es selama 30 tahun terakhir.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa diperkirakan level air laut global akan naik sekitar 10 hingga 12,5 sentimeter pada akhir 2100 sebagai akibat langsung dari meningkatnya pelelehan es dan hilangnya massa permukaan dari lapisan es Greenland," papar Mottram.

John Cappelen, klimatolog senior di DMI sekaligus anggota tim peneliti ini, menekankan keseriusan temuan timnya dan menganjurkan kepatuhan pada Perjanjian Paris sebagai cara membatasi pemanasan suhu di Greenland. "Perilaku kita harus berubah jika kita ingin membatasi pemanasan," ujarnya.

Advertising
Advertising

Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam International Journal of Climatology.

Perjanjian Paris disepakati oleh 195 perekonomian anggota di Paris pada 2015, dengan target mengurangi pemanasan global. Namun demikian, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Juni 2017 mengumumkan bahwa negaranya akan mundur dari perjanjian tersebut.

Pada November 2019, pemerintahan Trump secara formal menginformasikan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa pihaknya memulai proses pengunduran diri dari Perjanjian Paris, membuat AS menjadi satu-satunya negara yang hengkang dari pakta tersebut.

ANTARA | XINHUA

Berita terkait

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

10 menit lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

4 jam lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

1 hari lalu

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

1 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

1 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

2 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

7 hari lalu

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

Hari Kekayaan Intelektual Sedunia diperingati setiap 26 April. Begini latar belakang penetapannya.

Baca Selengkapnya

Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

10 hari lalu

Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

Saat ini suplemen zinc yang tersedia di pasaran masih perlu pengembangan lanjutan.

Baca Selengkapnya

BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

11 hari lalu

BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

Implimentasi model agrosilvofishery pada ekosistem gambut perlu dilakukan secara selektif.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

11 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya