Misteri Infeksi Kedua Covid-19 yang Membuat Ilmuwan Ragu

Reporter

Tempo.co

Editor

Erwin Prima

Senin, 7 September 2020 17:37 WIB

Ruang rontgen rumah sakit sementara untuk pasien COVID-19 di AsiaWorld-Expo di Hong Kong, 1 Agustus 2020. RS ini juga diperuntukan bagi mereka yang masih menunggu untuk dirawat di rumah sakit. (Xinhua/Wu Xiaochu)

TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa waktu lalu, masyarakat sempat dihebohkan dengan berita seorang pria di Hong Kong yang terinfeksi virus corona Covid-19 untuk kedua kalinya.

Diberitakan Tempo, pria tersebut pertama kali terinfeksi Covid-19 pada Maret 2020, dengan gejala ringan meliputi batuk, demam, dan radang tenggorokan. Pada Agustus 2020, pria tersebut kembali dinyatakan terinfeksi Covid-19, namun kali ini tanpa gejala.

Melansir Nature, pada Senin, 7 September 2020, menurut Iwasaki, yang sudah meneliti respons kekebalan terhadap virus SARS-COV-2 di Universitas Yale, New Haven, kasus tersebut merupakan kabar baik karena pada infeksi kedua tidak menimbulkan gejala.

Dengan kata lain, ada indikasi bahwa sistem kekebalan pria tersebut telah merekam virus corona yang pertama kali masuk sehingga bisa segera melakukan perlindungan.

Namun, beberapa hari kemudian, Iwasaki menjadi ragu atas pandangannya tersebut, pasalnya petugas kesehatan di Nevada melaporkan kejadian infeksi kedua kali dengan gejala yang lebih parah. Ada indikasi bahwa sistem kekebalan tubuh pada kasus di Nevada tidak bekerja sebagaimana mestinya. “Kasus Nevada tidak membuat saya bahagia,” ujar Iwasaki.

Advertising
Advertising

Perbedaan pendapat merupakan hal yang biasa di dunia penelitian, khususnya pada kasus pandemi Covid-19. Iwasaki pun memahami dirinya tidak dapat menarik kesimpulan secara langsung tentang respons imun jangka panjang terhadap SARS-COV-2.

Dari kasus infeksi berulang yang sudah terjadi, muncul beberapa hal yang belum bisa dijawab dengan pasti. Melansir Nature, berikut beberapa hal tersebut;

  • Kemungkinan infeksi kembali terjadi

Laporan mengenai infeksi ulang virus corona sudah diterbitkan oleh beberapa penelitian, namun pada penelitian baru ini, peneliti mencoba mengungkap bahwa infeksi corona kedua berbeda dengan infeksi yang pertama.

Untuk mengetahuinya, tim peneliti dari Hongkong dan Nevada mengurutkan genom virus dari infeksi pertama dan kedua. Keduanya menemukan bahwa virus pada infeksi pertama dan kedua memiliki banyak perbedaan, dengan kata lain, terdapat dua virus berbeda dalam kedua infeksi tersebut.

Namun, dengan dua contoh kasus tersebut, masih belum jelas seberapa sering infeksi ulang terjadi, terlebih terdapat 26 juta infeksi virus corona yang tercatat di seluruh dunia. Penelitian mengenai seberapa umum infeksi ulang terjadi masih harus dikembangkan untuk mendapat informasi yang lebih akurat. Terlebih beberapa negara tengah mengalami wabah dengan virus corona yang telah bermutasi.

  • Tingkat Keparahan

Berbeda dengan Iwasaki, ahli virologi dari Francis Crick Indtitute di London, Jonathan Stove, mengatakan dirinya memiliki keraguan terhadap kurangnya gejala dari infeksi kedua yang dialami pria di Hong Kong. Steve mencatat bahwa tingkat keparahan Covid-19 yang dialami setiap orang sangat bervariasi, bergantung pada variabel dosis awal virus, perbedaan varian virus, dan tingkat kesehatan orang tersebut.

Menurut ahli imunologi dari Universitas Queensland dan Institut Walter and Eliza Hall, Gabrielle Belz, mempelajari memori imunologis yang mempengaruhi gejala selama infeksi juga sangat penting, khususnya untuk pengembangan vaksin. Apabila gejala umum pada infeksi kedua berkurang seperti pada kasus pria di Hong Kong, ada kemungkinan sistem kekebalan merespons infeksi kedua sebagaimana mestinya.

Namun, apabila gejala yang muncul pada infeksi kedua lebih buruk seperti yang terjadi pada kasus di Nevada, ada kemungkinan sistem kekebalan tidak bekerja dengan baik. Misalnya, orang yang pernah terinfeksi Covid-19 bisa jadi memiliki sel kekebalan yang sudah tidak berfungsi baik lagi pada infeksi kedua.

  • Dampak terhadap pengembangan vaksin

Spesialis penyakit menular anak di Rumah Sakit Anak di Boston, Richard Malley, mengatakan secara umum, vaksin yang paling mudah dibuat adalah vaksin untuk melawan penyakit di mana infeksi premier mengarah pada kekebalan yang tahan lama, seperti Campak dan Rubella.

Meskipun demikian, bukan berarti vaksin untuk melawan SARS-COV-2 tidak dapat bekerja efektif untuk varian infeksi kedua. Dia menambahkan, beberapa vaksin mungkin memerlukan suntikan penguat untuk menjaga kemampuannya.

“Hal ini seharusnya tidak menyiratkan bahwa vaksin tidak akan dikembangkan, atau kekebalan alami terhadap virus tidak terjadi,” ujar Malley. Namun dia juga tidak menampik dirinya memiliki kekhawatiran bahwa vaksin hanya akan mengurangi gejala selama infeksi kedua, bukan mencegah datangnya infeksi kedua tersebut.

Vaksin memang akan memberikan manfaat, tapi ada kemungkinan orang yang divaksinasi akan menjadi orang tanpa gejala sehingga membahayakan kelompok rentan seperti orang tua.

NATURE | MUHAMMAD AMINULLAH | EZ

Berita terkait

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 jam lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

23 jam lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

1 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

2 hari lalu

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

Empat jenis vaksin sangat penting bagi jemaah haji, terutama yang masuk populasi berisiko tinggi seperti lansia dan pemilik komorbid.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

5 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

8 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

8 hari lalu

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.

Baca Selengkapnya

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

15 hari lalu

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

16 hari lalu

Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

Menhub Budi Karya Sumadi mengusulkan work from home atau WFH untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas saat puncak arus balik Lebaran.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

19 hari lalu

Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

AP II mencatat jumlah penumpang pesawat angkutan Lebaran 2024 di 20 bandara yang dikelola perusahaan meningkat sekitar 15 persen.

Baca Selengkapnya