Oxford Sebut Relawan Sakit Bukan Akibat Vaksin, Ilmuwan Pertanyakan Transparansi

Reporter

Tempo.co

Editor

Erwin Prima

Jumat, 18 September 2020 17:32 WIB

Sebuah jarum suntik berisikan vaksin Covid-19 AstraZeneca yang akan diuji coba pada manusia di Wits RHI Shandukani Research Centre, Johannesburg, Afrika Selatan, 27 Agustus 2020. Vaksin AstraZeneca dikembangkan oleh para peneliti Universitas Oxford. REUTERS/Siphiwe Sibeko

TEMPO.CO, Jakarta - Oxford University pada Rabu, 16 September 2020, mengabarkan hasil peninjauan terkait uji klinis vaksin AstraZeneca yang sempat tertunda awal bulan ini.

Pada pengumuman yang tertera di dokumen informasi calon peserta uji coba tersebut, tertulis penyakit yang muncul pada salah satu peserta uji coba vaksin bisa jadi bukan karena vaksin AstraZeneca.

“Setelah peninjauan independen, penyakit yang muncul dianggap tidak berhubungan dengan vaksin atau tidak cukup bukti untuk mengatakan penyakit itu akibat suntik vaksin,” tulis keterangan Oxford University di dokumen tersebut.

Sayangnya, informasi itu hanya dimuat dalam dokumen untuk calon peserta uji coba. Melansir Reuters, pada Jumat, 18 September 2020, belum ada keterangan lebih lanjut baik dari pihak Oxford University maupun AstraZeneca.

Sementara itu, melansir CNN, cara AstraZeneca dalam mengabarkan kondisi pasien dan relawan lain memunculkan kekhawatiran bagi beberapa ilmuwan. Mereka mulai mempertanyakan transparansi uji coba yang dilakukan AstraZeneca.

Advertising
Advertising

“AstraZeneca perlu lebih terbuka dengan potensi komplikasi dari vaksin yang nantinya akan digunakan jutaan orang,” ujar Direktur Klinis Intramural dan pimpinan penelitian virus di National Institute of Neurogical Disorders and Stroke, Dr. Avindra Nath, dikutip dari CNN.

Dia juga mengatakan, saat ini vaksin menjadi harapan semua orang, dan komplikasi pada vaksin bisa mengancam keberhasilan produksi vaksin tersebut.

Hal yang sama diutarakan oleh ahli vaksin di Baylor College of Medicine, Dr. Peter Hotez. Menurutnya, transparansi dan kepercayaan masyarakat merupakan kunci mengakhiri pandemi. Bukan tidak mungkin masyarakat tidak mau mengkonsumsi vaksin Covid-19, terlebih jika mereka tidak percaya.

AstraZeneca sendiri dua kali menyebutkan bahwa peserta uji coba yang mengalami penyakit tersebut didiagnosis dengan myelitis tranversal. Perusahaan itu juga mengatakan, menurut ahli syaraf yang menjadi konsultan pada kasus tersebut, peserta itu mengalami gejala yang sesuai dengan myelitis transversal. Selain itu, The New York Times juga mengutip sumber yang menyatakan peserta uji coba telah mengalami myelitis.

Tidak lama berselang, AstraZeneca menyampaikan laporan pada media. Berbanding terbalik dengan diagnosis sebelumnya, AstraZeneca mengatakan diagnosis myelitis transversal tidak benar. Selain itu, pada dokumen calon peserta uji coba yang dikeluarkan Oxford University, pihak universitas juga menggambarkan peserta uji coba yang mengalami sakit dengan gejala neurologis yang tidak dapat dijelaskan.

REUTERS | CNN | MUHAMMAD AMINULLAH | EZ

Berita terkait

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

3 hari lalu

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

Empat jenis vaksin sangat penting bagi jemaah haji, terutama yang masuk populasi berisiko tinggi seperti lansia dan pemilik komorbid.

Baca Selengkapnya

Tak Disediakan Vaksinasi Meski Flu Singapura Merebak, Ini Penjelasan IDAI

22 hari lalu

Tak Disediakan Vaksinasi Meski Flu Singapura Merebak, Ini Penjelasan IDAI

Vaksin untuk menangkal penyebaran flu Singapura belum ada di Indonesia, padahal tingkat penyebaran dan infeksinya cukup signifikan mengalami lonjakan.

Baca Selengkapnya

Hari Tuberkulosis Sedunia, Kendalikan TB dengan Inovasi Vaksin

34 hari lalu

Hari Tuberkulosis Sedunia, Kendalikan TB dengan Inovasi Vaksin

Vaksinasi tuberkulosis sebagai penanganan imunologi diharapkan bisa perpendek durasi pengobatan, sederhanakan regimen atau perbaiki hasil pengobatan

Baca Selengkapnya

Jangan Cemas, Vaksin Tidak Sebabkan Autisme pada Anak

23 Februari 2024

Jangan Cemas, Vaksin Tidak Sebabkan Autisme pada Anak

Rumor vaksin dapat menyebabkan autisme pada anak tidak benar adanya. Dokter anak beri penjelasan.

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Bocorkan Ilmuwan Rusia sedang Membuat Vaksin untuk Obati Kanker

15 Februari 2024

Vladimir Putin Bocorkan Ilmuwan Rusia sedang Membuat Vaksin untuk Obati Kanker

Vladimir Putin mengkonfirmasi ilmuwan bidang medis di Rusia sedang berusaha membuat vaksin untuk melawan penyakit kanker.

Baca Selengkapnya

Jangan Khawatir bila Ketinggalan Jadwal Imunisasi, Nakes Siap Beri Solusi

12 Januari 2024

Jangan Khawatir bila Ketinggalan Jadwal Imunisasi, Nakes Siap Beri Solusi

Pakar mengatakan orang tua tidak perlu khawatir bila ketinggalan jadwal imunisasi karena tenaga kesehatan ada solusinya.

Baca Selengkapnya

Biaya Vaksinasi Covid-19 Sudah Bertarif, Tapi Belum Ada Kepastian Harganya dan Masih Ada yang Gratis

9 Januari 2024

Biaya Vaksinasi Covid-19 Sudah Bertarif, Tapi Belum Ada Kepastian Harganya dan Masih Ada yang Gratis

Mulai 1 Januari 2024, biaya vaksinasi Covid-19 tak lagi gratis. Vaksin bisa didapatkan secara gratis jika termasuk golongan rentan. Ini penjelasannya

Baca Selengkapnya

Ganjar Pranowo Sebut Carina Joe, Rich Brian, NIKI, Voice of Baceprot Saat Debat Capres 2024

9 Januari 2024

Ganjar Pranowo Sebut Carina Joe, Rich Brian, NIKI, Voice of Baceprot Saat Debat Capres 2024

Ganjar Pranowo ungkap kata viralisme dalam teknologi digital pada debat capres lalu, dan sebut Carina Joe, Rich Brian, Niki, Voice of Baceprot.

Baca Selengkapnya

Kemlu Selesaikan 218 Ribu Kasus WNI Selama Kepemimpinan Retno Marsudi

8 Januari 2024

Kemlu Selesaikan 218 Ribu Kasus WNI Selama Kepemimpinan Retno Marsudi

Kemlu menyelesaikan total 218.313 kasus terkait WNI sejak 2014 hingga 2023 di bawah kepemimpinan Retno Marsudi.

Baca Selengkapnya

Dosen UPI Bandung Kembangkan Vaksin Matematika untuk Siswa SD-SMP

5 Januari 2024

Dosen UPI Bandung Kembangkan Vaksin Matematika untuk Siswa SD-SMP

Dosen peneliti di UPI mengembangkan dan memproduksi alat peraga Matematika yang disebut Vaksin Matematika.

Baca Selengkapnya