Polusi Udara Turut Andil dalam Kematian Hampir 500 Ribu Bayi pada 2019

Reporter

Tempo.co

Editor

Erwin Prima

Kamis, 22 Oktober 2020 09:53 WIB

Seorang pria bersepeda melintasi jalan New Delhi di tengah kondisi kabut asap pada Oktober 2019.[CNN]

TEMPO.CO, Jakarta - Hampir 500 ribu kematian pada bayi berusia satu bulan di seluruh dunia pada tahun 2019 diakibatkan oleh polusi udara. Temuan tersebut dirilis oleh Health Effect Institute (HEI) dalam laporannya yang berjudul State of Global Air 2020.

Jumlah kematian bayi tersebut, hampir dua pertiganya berkaitan dengan penggunaan bahan bakar padat rumah tangga dengan kasus tertinggi berada di Asia Selatan dan sub-Sahara Afrika.

Presiden HEI, Dan Greenbaum, mengatakan meskipun ketergantungan pada bahan bakar berkualitas buruk di rumah tangga mulai menurun, polusi dari bahan bakar ini masih menjadi faktor utama kematian pada bayi.

“Kesehatan bayi sangat penting bagi masa depan setiap masyarakat, dan bukti terbaru ini menunjukkan risiko yang sangat tinggi bagi bayi yang lahir di Asia Selatan dan sub-Sahara Afrika,” kata Dan Greenbaum sebagaimana dikutip Forbes, Kamis, 22 Oktober 2020.

Sementara itu, profesor epidemiologi di University of California, Los Angeles, Beate Ritz, mengatakan polusi udara yang diakibatkan bahan bakar padat dalam ruangan seperti batu bara belum menjadi perhatian pembuat kebijakan.

Advertising
Advertising

“Ini bukan polusi udara yang kita lihat di kota-kota modern, lebih mirip seperti yang dialami London 150 tahun lalu di mana terjadi kebakaran batu bara di dalam ruangan,” kata Ritz, dikutip dari The Guardian.

Laporan ini juga menemukan polusi udara menempati urutan keempat sebagai faktor utama penyebab kematian dini secara global di tahun 2019. Tercatat sekitar 6,7 juta kematian dini di seluruh dunia diakibatkan oleh polusi udara dengan jumlah kematian tertinggi di India yang mencapai sekitar 1,7 juta.

India sendiri memang menempati urutan pertama sebagai negara dengan konsentrasi PM 2.5 tertinggi di dunia pada tahun 2019, diikuti Nepal, Niger, Qatar, dan Nigeria di urutan kelima.

PM 2.5 sendiri merupakan partikel udara berukuran kurang dari 2.5 mikron (mikrometer) yang setara dengan 1/27 dari rambut manusia. Partikel ini diketahui menyebabkan kerusakan paru-paru dan menjadi pembunuh senyap yang tidak terlihat.

Selain itu, laporan ini juga mengatakan polusi udara dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi Covid-19. Paparan polusi udara terbukti dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh sehingga meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan dan sebagainya.

Dalam jangka panjang, paparan polusi udara juga dapat menyebabkan diabetes dan penyakit kardiovaskular. Dua penyakit ini turut meningkatkan kerentanan tubuh terhadap Covid-19.

FORBES | GUARDIAN | MUHAMMAD AMINULLAH | EZ

Berita terkait

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

19 jam lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

Umur Berapa Bayi Mulai Boleh Dipijat?

4 hari lalu

Umur Berapa Bayi Mulai Boleh Dipijat?

Tak ada pedoman pasti kapan bayi mulai dapat dipijat untuk pertama kalinya.

Baca Selengkapnya

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

4 hari lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

4 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Diselamatkan dari Rahim Ibunya yang Tewas dalam Serangan Israel, Bayi Sabreen Meninggal Dunia

5 hari lalu

Diselamatkan dari Rahim Ibunya yang Tewas dalam Serangan Israel, Bayi Sabreen Meninggal Dunia

Seorang bayi yang diselamatkan dari rahim ibunya yang sekarat setelah serangan udara Israel di Gaza selatan, dilaporkan meninggal pada Kamis.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

5 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

6 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

5 Kesalahan yang Perlu Diwaspadai Saat Memijat Bayi

6 hari lalu

5 Kesalahan yang Perlu Diwaspadai Saat Memijat Bayi

Memijat bayi pun membutuhkan teknik dan cara tertentu. Salah memijat dapat berakibat fatal pada bayi.

Baca Selengkapnya

Bayi di Gaza Lahir dari Rahim Ibu Hamil yang Tewas Diserang Israel

9 hari lalu

Bayi di Gaza Lahir dari Rahim Ibu Hamil yang Tewas Diserang Israel

Tim medis di Gaza berhasil melakukan operasi caesar untuk membantu lahirnya bayi dari rahim seorang ibu yang tewas dalam serangan Israel.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

9 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya