Banjir Rendam Pulau Pari di Kepulauan Seribu, Warga: Tambah Parah
Reporter
Tempo.co
Editor
Zacharias Wuragil
Rabu, 18 November 2020 09:56 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Banjir akibat rob masih merendam Pulau Pari di Kepulauan Seribu sejak Senin, 16 November 2020. Ini adalah peristiwa banjir kedua yang dialami pulau wisata berpasir putih itu sepanjang tahun ini.
Ketua RT 01, Pulau Pari, Edi Mulyono, mengatakan banjir 2020 berbeda daripada tahun-tahun sebelumnya. Pertama, banjir terjadi dua kali pada Juli dan bulan ini. Kedua, banjir kali ini juga yang terparah.
“Sebelumnya belum pernah sampai naik ke darat, paling hanya sampai bibir pantai," kata Edi dalam keterangan tertulis yang dibagikan, Rabu 18 November 2020.
Edi menyebut banjir tahun ini lebih parah karena ada penambahan debit air. "Pada banjir rob Juli lalu bahkan sampai membawa perahu ke darat,” katanya menambahkan.
Rohany, warga lansia di Pulau Pari, membenarkan perkembangan buruk banjir di pulau itu. Pria berusia 65 tahun itu mengatakan, sepanjang hidupnya baru menyaksikan dan mengalami banjir karena rob sampai naik ke darat pada tahun ini.
“Dari saya kecil sampai sekarang, baru Juli 2020 itu air laut naik sampai ke jalanan," katanya sambil menambahkan, "Itupun karena dibuat tanggul. Di lokasi lain air naik hingga masjid pulau bagian barat dan rumah warga."
Sedang banjir yang sekarang terjadi disebutnya terparah karena sampai bertahan tiga hari dan belum surut juga. "Ini belum pernah saya lihat yang seperti ini," kata Rohany lagi.
Akibat banjir itu, misalnya, tujuh warung milik warga di pantai Perawan dan sebagian rumah warga terendam. Salah satu warga RT 04, Deli, juga mengatakan sumurnya menjadi asin dan tidak bisa dimanfaatkan seperti biasa.
“Ada sepuluh rumah yang terdampak, bedanya pada banjir kali ini dibandingkan Juli lalu adalah warga tidak sampai mengungsi,” kata Deli
Rehwinda, pengkampanye di Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jakarta, menilai fenomena banjir rob yang sekarang terjadi di Pulau Pari tidak terlepas dari perubahan iklim yang tengah terjadi secara global. Dampak perubahan iklim disebutnya nyata di pulau seluas 40-an hektare itu.
Tidak hanya banjir yang semakin parah, tetapi juga terjadi abrasi sebelah Timur Pulau Pari, kalender musim yang tidak menentu dan jumlah ikan yang semakin menurun.
Baca juga:
Limbah Minyak Mentah Cemari Pulau Pari, Walhi Desak Pemerintah Responsif
"Kami mendesak agar pemerintah segera melakukan tindakan serius baik secara nasional dan global untuk menekan laju perubahan iklim ini. Apakah harus menunggu Pulau Pari yang berpenghuni tenggelam?" katanya dalam keterangan tertulis yang sama.