Muncul Varian Baru, Angka Kematian Akibat Covid-19 di Afrika Melonjak

Reporter

Antara

Editor

Erwin Prima

Sabtu, 13 Februari 2021 22:03 WIB

Sejumlah sukarelawan menunggu namanya dipanggil saat akan uji coba vaksin Covid-19 AstraZeneca di Wits RHI Shandukani Research Centre, Johannesburg, Afrika Selatan, 27 Agustus 2020. REUTERS/Siphiwe Sibeko

TEMPO.CO, Nairobi - Jumlah kematian akibat Covid-19 di Afrika melonjak saat benua itu berjuang menghadapi penyebaran lokal galur-galur yang sangat menular dari virus tersebut, demikian disampaikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis, 11 Februari 2021.

Baca:
5 Gejala Covid-19 yang Tidak Menghilang

Direktur Regional WHO untuk Afrika Matshidiso Moeti mengatakan bahwa jumlah kematian akibat pandemi itu meningkat 40 persen pada Januari. Peningkatan tersebut dipicu oleh gelombang kedua penularan dan varian-varian baru yang membuat sistem kesehatan masyarakat di benua tersebut kewalahan.

"Lonjakan kematian akibat Covid-19 yang kami alami merupakan hal tragis, tetapi juga menjadi sinyal peringatan yang mengkhawatirkan bahwa sistem dan tenaga kesehatan di Afrika benar-benar kewalahan," ujar Moeti dalam sebuah pernyataan yang dirilis di Nairobi.

Dia memaparkan jumlah kematian akibat pandemi Covid-19 diperkirakan akan mencapai 100.000 pada Minggu, tepat satu tahun sejak kasus positif pertama di benua itu dikonfirmasi di Mesir.

"Pencapaian yang suram ini harus membuat semua orang kembali fokus pada pemberantasan virus itu," kata Moeti, seraya menambahkan bahwa melandaikan kurva penularan Covid-19 di Afrika akan membutuhkan waktu lebih lama di tengah rendahnya tingkat vaksinasi yang dikombinasikan dengan kemunculan varian baru.

Advertising
Advertising

Data dari WHO menunjukkan bahwa lebih dari 22.300 kematian akibat Covid-19 dilaporkan di Afrika dalam 28 hari terakhir. Sebagai pembanding, hampir 16.000 kasus dilaporkan dalam periode 28 hari sebelumnya.

Tingkat kematian akibat Covid-19 di Afrika naik menjadi 3,7 persen dalam 28 hari terakhir jika dibandingkan dengan 2,4 persen yang tercatat selama periode 28 hari sebelumnya. Sejauh ini, angka tersebut telah melampaui rata-rata global.

Moeti mengatakan bahwa 32 negara Afrika melaporkan kenaikan jumlah kematian akibat Covid-19 dalam 28 hari terakhir, sementara 21 negara mencatatkan tingkat kematian yang sama atau bahkan menurun. Dia menambahkan bahwa gelombang kedua penularan yang dimulai pada Oktober 2020 dan mencapai puncaknya pada Januari menjadi alasan di balik lonjakan kematian itu.

Dia menuturkan bahwa survei WHO yang melibatkan 21 negara mengindikasikan bahwa 66 persen negara melaporkan kapasitas perawatan kritis yang tidak memadai, sementara 24 persen melaporkan bahwa tenaga kesehatan mengalami kelelahan, yang memperburuk risiko kematian akibat Covid-19.

Moeti memaparkan bahwa 15 negara melaporkan bahwa produksi oksigen, yang penting untuk mencegah kematian para pasien Covid-19 yang dalam kondisi kritis, tidak mencukupi saat mereka berjuang memerangi gelombang kedua penularan penyakit itu.

Menurut Moeti, varian baru Covid-19 yang pertama kali dilaporkan di Afrika Selatan telah terdeteksi di delapan negara Afrika, seraya menyebut peluncuran vaksin yang cepat adalah kunci untuk mengendalikan tingkat penularan dan kematian.

"Vaksin yang melindungi dari semua bentuk Covid-19 adalah harapan terbesar kita, namun mencegah kemunculan kasus parah yang membuat rumah sakit kewalahan juga sangat penting," tutur Moeti.

XINHUA | ANTARA

Berita terkait

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

2 jam lalu

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

Ada banyak dampak buruk konsumsi lemak trans dalam kadar yang berlebih. Salah satu dampak buruknya adalah tingginya penyakit kardiovaskular.

Baca Selengkapnya

Fakta Miris Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis, Menkes: Jadi Masalah Hampir 80 tahun

12 jam lalu

Fakta Miris Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis, Menkes: Jadi Masalah Hampir 80 tahun

Jokowi menyebut pemerintah baru mampu mencetak 2.700 dokter spesialis per tahun. Sementara pemerintah membutuhkan 29 ribu dokter spesialis.

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

17 jam lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

1 hari lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

1 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Mengenal Guinea, Lawan Timnas Indonesia U-23 di Playoff Olimpiade Paris 2024

1 hari lalu

Mengenal Guinea, Lawan Timnas Indonesia U-23 di Playoff Olimpiade Paris 2024

Timnas Indonesia U-23 harus menang melawan Timnas Guinea U-23 jika ingin lolos Olimpiade Paris 2024.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

1 hari lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

2 hari lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

2 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

2 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya