Periode Kedua Vaksinasi Covid-19, Ini 7 Vaksin yang Boleh Beredar di Indonesia
Reporter
Non Koresponden
Editor
Iqbal Muhtarom
Kamis, 25 Februari 2021 10:25 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Program vaksinasi Covid-19 di Indonesia telah dimulai sejak Rabu, 13 Januari 2021, orang Indonesia pertama yang mendapat suntikan vaksin tersebut adalah Presiden Republik Indonesia Joko Widodo atau Jokowi.
Kemudian disusul sejumlah pejabat, tokoh agama, organisasi profesi serta perwakilan masyarakat turut mengikuti vaksinasi.
Baru-baru ini Presiden Jokowi atau Joko Widodo dalam acara virtual Konferensi Internasional soal Menangani Pandemi Covid-19 pada Selasa, 23 Februari 2021 mengatakan Indonesia merupakan negara pertama di Asia Tenggara yang memulai vaksinasi Covid-19.
“Indonesia termasuk salah satu negara yang beruntung. Kita ini beruntung. Dari awal pandemi, kita sudah bergerak untuk mengamankan akses dan komitmen pasokan vaksin untuk negara kita Indonesia. Diplomasi vaksin kita sudah berjalan sejak awal pandemi,” kata Presiden Jokowi.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga telah menetapkan vaksin Covid-19 yang beredar di Indonesia dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/ Menkes/12758/2020. Berikut daftar vaksin Covid-19 yang beredar di Indonesia dalam surat keputusan tersebut.
1. Sinovac
Vaksin Covid-19 buatan perusahaan farmasi asal Cina, Sinovac Life Sciences Co. Ltd, merupakan vaksin berjenis inactivated vaccine atau virus mati. Dikutip dari laman fancycomma.com terbit Sabtu, 6 Februari 2021, vaksin yang dilemahkan dibuat dengan menonaktifkan, atau membunuh, patogen (yaitu, bakteri atau virus) selama proses pengembangan vaksin.
Panas atau bahan kimia seperti formaldehida digunakan untuk menonaktifkan virus untuk digunakan dalam vaksin. Manfaat utama dari virus yang tidak aktif dan alasan mengapa mereka digunakan dalam vaksin adalah bahwa virus menunjukkan keseluruhan virus ke sistem kekebalan, dan karena mereka dibunuh, tidak dapat menyebabkan penyakit.
2. Novavax
Vaksin Covid-19 buatan perusahaan bioteknologi asal Maryland, As, dengan kode NVX-CoV2373 ini dikembangkan dan telah diumumkan hasil uji klinis fase awal untuk calon vaksin Covid-19 pada Selasa, 22 September 2020 lalu.
Vaksin ini dinilai paling menjanjikan di antara calon vaksin Covid-19 lainnya pada waktu itu. Dikutip dari laman resmi Novavax, Stanley C. Erck, Presiden dan Kepala Eksekutif Perusahaan Novavax, mengatakan NVX-CoV2373 adalah vaksin pertama yang menunjukkan kemanjuran klinis yang tinggi terhadap Covid-19,
“Tetapi juga kemanjuran klinis yang signifikan terhadap varian Inggris dan Afrika Selatan yang berkembang pesat,” kata Stanley.
NVX-CoV2373 berisi protein lonjakan prefusi lengkap yang dibuat menggunakan teknologi nanopartikel rekombinan Novavax dan bahan pembantu Matrix-M berbasis saponin milik perusahaan.
Protein yang dimurnikan dikodekan oleh urutan genetik protein SARS-CoV-2 (S) dan diproduksi dalam sel serangga. Protein murni tersebut tidak dapat menyebabkan infeksi virus corona dan juga tidak dapat bereplikasi (memperbanyak diri), vaksin ini stabil pada suhu 2° C - 8° C dan dikirim dalam formulasi cairan siap pakai yang memungkinkan distribusi menggunakan jalur pemasokan vaksin biasa.
Melansir dari BBC News, Jumat, 29 Januari 2021, Suntikan Novavax, yang diberikan dalam dua dosis, terbukti 89,3 persen efektif mencegah Covid-19 pada peserta dalam uji klinis Fase 3 di Inggris, dan sekitar 86 persen efektif melindungi dari varian Inggris yang baru. Kemanjuran suntikan terhadap strain Covid-19 asli dihitung menjadi 95,6 persen.<!--more-->
3. Vaksin Covid-19 OxfordAstraZeneca
Oxford AstraZeneca, AZD1222, juga dikenal sebagai ChAdOx1 nCoV-19, merupakan vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca.
Vaksin ini diaplikasikan dengan cara diberikan lewat suntikan ke dalam jaringan otot. Risetnya dilakukan oleh tim peneliti dari Jenner Institute dan Oxford Vaccine Group dari Universitas Oxford, yang dipimpin oleh Sarah Gilbert, Adrian Hill, Andrew Pollard, Teresa Lambe, Sandy Douglas dan Catherine Green.
Pada Desember 2020, kandidat vaksin tersebut menjalani riset klinis Tahap III. Pada 30 Desember 2020, vaksin tersebut disepakati untuk dipakai dalam program vaksinasi di Inggris. Vaksin AstraZeneca merupakan vaksin Covid-19 kedua yang telah mengantongi izin dari WHO, setelah vaksin Pfizer/BioNTech pada akhir Desember lalu.
4. Vaksin Sinopharm
Vaksin yang dikembangkan oleh afiliasi Sinopharm’s China National Biotec Group (CNBG) ini sama halnya dengan vaksin Sinovac yakni menggunakan virus yang tidak aktif yang tidak dapat bereplikasi dalam sel manusia untuk memicu respons imun, data registrasi uji klinis menunjukkan memerlukan dua dosis agar penggunaan vaksin ini efektif melawan virus Corona.
Dilansir dari BBC News, Sinopharm mengumumkan 30 Desember 2020 lalu fase tiga vaksin menunjukkan vaksin itu 79% efektif, lebih rendah dari Pfizer dan Moderna.
Tidak ada data kemanjuran rinci dari vaksin yang telah dirilis ke publik ini, meskipun hanya sedikit rincian yang diberikan, Sinopharm mengatakan vaksin tersebut memenuhi standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan regulator obat-obatan Cina, Administrasi Produk Medis Nasional.<!--more-->
5. Vaksin Moderna atau mRNA-1273,
Dikutip dari jurnal The Advisory Committee on Immunization Practices’ Interim Recommendation, for Use of Moderna Covid-19 Vaccine — United States, December 2020, Vaksin Moderna merupakan vaksin nanopartikel lipid enkapsulasi, pengodean vaksin mRNA termodifikasi nukleosida glikoprotein lonjakan prefusi yang distabilkan dari SARS-CoV-2, virus penyebab penyakit corona virus 2019 (Covid-19).
Vaksin ini adalah vaksin Covid-19 kedua yang disahkan di bawah Emergency Use Authorization (EUA) pada 18 Desember 2020 oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk pencegahan Covid-19 di Amerika Serikat.
Vaksinasi dengan vaksin Moderna Covid-19 terdiri dari 2 dosis (100 μg, masing-masing 0,5 mL) yang diberikan secara intramuskular, dengan jarak 1 bulan (4 minggu).
6. VaksinCovid-19 Pfizer
Vaksin Covid-19 Pfizer merupakan vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech. Bahan aktifnya adalah messenger RNA (mRNA) yang membawa instruksi pembuatan protein paku seperti yang ada pada virus corona Covid-19, SARS-CoV-2.
Protein paku ini yang berperan virus itu bisa menginfeksi sel. Bahan aktif mRNA dalam vaksin itu sendiri sintetis, tidak diekstrak dari SARS-CoV-2 hidup. Bahan itu ‘dikemas’ dalam sebuah material lemak berukuran nano.
Dilarutkan dalam cairan garam, material itu kemudian diinjeksikan ke dalam jaringan otot lengan atas. Bahan aktif mRNA akan direspons sel-sel imun yang mengikuti instruksi membuat protein paku sehingga seakan-akan tubuh kedatangan (terinfeksi) virus corona Covid-19.
Protein itu lalu akan dianggap tamu asing oleh sistem imun tubuh yang kemudian menyerangnya. Seperti dijelaskan Uur Ahin, Direktur Eksekutif BioNTech, antibodi dari sel B dan T akan teraktivasi. "Memori imunitas pun tersimpan yang artinya sistem imun tubuh telah mempelajari bagaimana mengalahkan patogen itu dan bisa bereaksi cepat jika bertemu dengan material yang sama di masa berikutnya,” kata Uur.
Sekitar 95 persen. Uji klinis fase 3 vaksin ini melibatkan 42 ribu relawan, sekitar separuhnya menerima suntikan vaksin dan sisanya plasebo. Total, ada 170 relawan yang kemudian terinfeksi Covid-19 tapi hanya 8 yang berasal dari kelompok penerima suntikan berisi vaksin atau sekitar 5 persen. Angka itu jauh melampaui harapan WHO yang sudah cukup puas dengan efektivitas vaksin lebih dari 50 persen untuk penggunaan darurat di tengah pandemi yang masih berkecamuk. <!--more-->
7. VaksinCovid-19 Produksi PT Biofarma
Bio Farma saat ini sedang memproduksi vaksin Sinovac yang datang dalam jumlah besar dalam bentuk bahan baku dan vaksin jadi. Vaksin dalam bentuk baku didatangkan sebanyak 25 juta dosis, yakni 15 juta dosis pada 12 Januari 2021 serta 10 juta dosis pada 2 Februari 2021 Sementara vaksin jadi didatangkan sebelumnya sebanyak 3 juta dosis.
Selama proses vaksinasi covid-19 berlangsung, rencananya total 1,2 juta dosis pada pengiriman pertama dan diikuti 1,8 juta dosis pada pengiriman berikutnya. Juru Bicara Vaksin, Lucia Rizka Andalusia dalam Konferensi Pers Online mengatakan bahwa vaksin ini akan dilakukan produksi di Biofarma, “Dan akan didaftarkan dengan nama vaksin Covid-19 atau menggunakan nama generik dan dengan kemasan vial berisi 10 dosis,” kata Lucia, Senin, 8 Februari 2021.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca juga: Ini Alasan Jokowi Siapkan Vaksinasi untuk Wartawan