Trump Dituding Himpun Donasi Dana Kampanye Gunakan Dark Pattern, Apa Ini?

Reporter

Terjemahan

Rabu, 7 April 2021 21:18 WIB

Presiden Donald Trump saat berkampanye di Traverse City, Michigan, 2 November 2020. REUTERS/Carlos Barria

TEMPO.CO, Jakarta - Ketika Donald Trump memenangkan Pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 2016 lalu, dia tidak berhenti meminta donasi uang dari para pendukungnya. Surat-surat elektronik berisi permintaan donasi tetap terkirim. Tapi, di ujung periode empat tahun kepresidenannya, menurut laporan dari New York Times, tim kampanye Trump mulai melirik cara-cara yang sangat mirip penipuan.

Per Juni 2020, kampanye Trump disebutkan mulai menggunakan dark patterns, yakni model antarmuka komputer yang didesain untuk mengelabui para penggunanya. Tujuannya, menggiring para pengguna secara tak sadar mengikuti keinginan pencipta model.

Dalam hal kampanye Trump, membuat pendukung secara otomatis meneken persetujuan untuk memberikan dukungan. Bersamaan dengan itu mereka tak menyadari telah setuju mendonasikan jumlah dana yang lebih besar daripada yang diinginkan sebenarnya--lewat donasi setiap bulan, setiap minggu, dan bahkan kejutan per bulan yang disebut 'money bomb'.

Itu bisa terjadi karena tim mengarahkan para pendukung ke setiap opsi persetujuan memberi donasi, mengubur atau menyamarkan pesan permintaan donasi itu di bagian bawah dari paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal, dan memaksa para pendukung Trump untuk melalui opsi-opsi lalu menyetujui semuanya karena tak ingin pusing.

Berikut ini contoh satu bagian dari dark patterns yang digunakan tim kampanye Trump seperti dikutipkan oleh New York Times. Opsi ini sudah di tandai 'setuju' oleh tim dan disodorkan kepada para pendukung.

Advertising
Advertising

This is the FINAL month until Election Day and we need EVERY patriot stepping up if we're going to WIN FOUR MORE YEARS for President Trump. He's revitalizing our economy, restoring LAW & ORDER, and returning us to American Greatness, but he's not done yet. This is your chance - stand with President Trump & MAXIMIZE your impact NOW! Make this a weekly recurring donation until 11/3

Seorang pendukung dari Kansas City yang mendonasikan $500 menyadari belakangan rekeningnya disedot $3.000 pada Juni 2020. Yang lain mendapati niat donasi $990 telah menjadi $8.000.

Bank-bank dan sebuah perusahaan kartu kredit mengatakan kepada New York Times kalau mereka harus berurusan dengan klaim dari para nasabahnya tentang adanya keculasan oleh WinRed, situs pengumpulan dana konservatif yang memproses pembayaran-pembayaran donasi itu. Seorang juru bicara Trump juga mengakui kalau sedikitnya $19,7 juta dari total transaksi donasi yang diterima telah disengketakan.

Ada lebih banyak yang terjadi, seperti bagaimana WinRed mengantongi fee pemrosesan pembayaran senilai $5 juta dari mereka yang meminta refund. Tapi, berita baiknya adalah orang-orang yang dianggap akhirnya mulai menyadari bahaya paparan dark pattern.

Baca juga:
Tips Teknologi: Data Pengguna yang Disedot Google dari Gmail, Chrome, dan Search

Untuk memberi gambaran atas bahaya dan kerugian yang disebabkan tim kampanye Trump itu, California baru pada bulan lalu meluluskan undang-undang kerahasiaan pribadi yang di dalamnya juga melarang dark pattern. Washington juga sedang berupaya yang sama lewat pengajuan kembali DETOUR Act yang di dalamnya juga akan mengatur soal yang sama.

THE VERGE

Berita terkait

Kemenperin Periksa Pejabat Terlibat Penipuan SPK Fiktif, Terbongkar karena Aduan Pihak Ketiga

11 jam lalu

Kemenperin Periksa Pejabat Terlibat Penipuan SPK Fiktif, Terbongkar karena Aduan Pihak Ketiga

Seorang pejabat di Kemenperin menyalahgunakan jabatan untuk membuat SPK fiktif.

Baca Selengkapnya

LPS Sudah Bayar Dana Nasabah BPRS Saka Dana Mulia yang Ditutup OJK Sebesar Rp 18 Miliar

2 hari lalu

LPS Sudah Bayar Dana Nasabah BPRS Saka Dana Mulia yang Ditutup OJK Sebesar Rp 18 Miliar

Kantor BPRS Saka Dana Mulia ditutup untuk umum dan PT BPRS Saka Dana Mulia menghentikan seluruh kegiatan usahanya.

Baca Selengkapnya

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

3 hari lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

Citi Indonesia Raih Penghargaan FinanceAsia Awards 2024

3 hari lalu

Citi Indonesia Raih Penghargaan FinanceAsia Awards 2024

Citi Indonesia menerima lima penghargaan sekaligus dalam ajang FinanceAsia Awards 2024.

Baca Selengkapnya

Didemo Nasabah, BTN: Tak Ada Uang Nasabah yang Raib

4 hari lalu

Didemo Nasabah, BTN: Tak Ada Uang Nasabah yang Raib

PT Bank Tabungan Negara (Persero) atau BTN patuh dan taat hukum yang berlaku di Indonesia.

Baca Selengkapnya

4 Tips Hindari Jadi Korban Penipuan Transaksi Digital

5 hari lalu

4 Tips Hindari Jadi Korban Penipuan Transaksi Digital

Berikut empat tips agar terhindar dari modus penipuan transaksi digital. Contohnya pinjaman online dan transaksi digital lain.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

5 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

5 hari lalu

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. telah menyalurkan kredit konsolidasi sebesar Rp 1.435 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Beredar SPDP Korupsi di Boyolali Jawa Tengah, Ini Klarifikasi KPK

6 hari lalu

Beredar SPDP Korupsi di Boyolali Jawa Tengah, Ini Klarifikasi KPK

Surat berlogo dan bersetempel KPK tentang penyidikan korupsi di Boyolali ini diketahui beredar sejumlah media online sejak awal 2024.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

6 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya