FBI Identifikasi 16 Serangan Ransomware ke Layanan Kesehatan AS

Rabu, 26 Mei 2021 07:15 WIB

ilustrasi serangan virus ransomware. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Biro Investigasi Federal (FBI) telah mengaitkan grup ransomware Conti dengan setidaknya 16 serangan untuk mengganggu layanan perawatan kesehatan di Amerika Serikat. Target yang diidentifikasi termasuk operator panggilan darurat 911, lembaga penegak hukum, dan layanan medis darurat. Serangan terjadi setahun terakhir saat menghadapi pandemi Covid-19.

Menurut flash advisory (.PDF) FBI, Conti telah terhubung ke setidaknya 400 serangan dunia maya terhadap organisasi di seluruh dunia, dan 290 berbasis di Amerika. Ini menjadi taktik populer bagi operator ransomware untuk meningkatkan peluang pembayaran, menyusup ke jaringan korban, mencuri file rahasia, dan meluncurkan ransomware.

Dikutip ZD Net, Senin, 24 Mei 2021, jika pemerasan itu—biasanya dibuat dalam mata uang kripto seperti Bitcoin (BTC)—tidak dipenuhi, organisasi yang menjadi target akan menghadapi prospek data mereka dipublikasikan atau dijual melalui pasar gelap.

Grup ransomware Conti adalah satu dari lusinan kolektif kriminal pemerasan ganda yang mengoperasikan situs bocoran, bergabung dengan grup seperti Sodinokibi, Nefilim, dan Maze tahun lalu. Conti dapat menggunakan kredensial curian, RDP, atau kampanye phishing untuk mendapatkan akses awal ke jaringan.

Menurut FBI, grup tersebut juga dapat menggunakan Cobalt Strike, Mimikatz, Emotet, dan Trickbot bersama ransomware Conti selama serangan. Jika korban tidak menanggapi permintaan tebusan dua hingga delapan hari setelah penyebaran ransomware, kata FBI, pelaku Conti sering menelepon korban menggunakan nomor Voice Over Internet Protocol (VOIP) sekali pakai.

Advertising
Advertising

“Para pelaku juga dapat berkomunikasi dengan korban menggunakan ProtonMail. Dan dalam beberapa kasus, korban telah merundingkan pengurangan tebusan,” kata pihak FBI.

FBI tidak mendorong organisasi korban untuk membayar uang tebusan, karena kunci deskripsi tidak dijamin berfungsi dan setiap upaya pemerasan yang berhasil hanya mendorong aktivitas kriminal terkait ransomware. Namun, terlepas dari apakah korban telah membayar atau belum, FBI mendesak transparansi kepada lembaga penegak hukum jika terjadi insiden ransomware.

Khusus untuk Conti, FBI meminta logaritma yang menunjukkan tautan ke alamat IP, informasi dompet mata uang kripto, file deskripsi apa pun yang tersedia, serta sampel file terenkripsi.

Kabar lainnya, baru-baru ini, Conti juga dituding sebagai penyebab serangan ransomware yang melemahkan Health Service Executive (HSE) Irlandia pada 14 Mei. Para pejabat mengatakan bahwa permintaan ransomware sebesar US$ 20 juta tidak akan dibayarkan. Grup tersebut masih mengancam akan menjual atau membocorkan catatan HSE yang diduga dicuri selama serangan itu.

ZDNET6 | GADGET NDTV | FBI

Baca:
Kaspersky: 2020 Jadi Tahun Produktif Ransomware 2.0 di Asia Pasifik

Berita terkait

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

1 jam lalu

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

Dilansir dari World Population by Country, ada 10 negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Indonesia termasuk ke dalam 5 besar.

Baca Selengkapnya

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Hamas: Ini Eskalasi Berbahaya!

4 jam lalu

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Hamas: Ini Eskalasi Berbahaya!

Pejabat senior Hamas, kelompok pejuang Palestina yang menguasai Gaza, mengatakan perintah evakuasi Israel bagi warga Rafah adalah "eskalasi berbahaya

Baca Selengkapnya

Pagar Gedung Putih AS DItabrak Mobil, Sopir Tewas di Tempat

4 jam lalu

Pagar Gedung Putih AS DItabrak Mobil, Sopir Tewas di Tempat

Sebuah mobil menabrak pagar Gedung Putih pada Sabtu malam. Sopir langsung tewas di tempat kejadian.

Baca Selengkapnya

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

4 jam lalu

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

Amerika Serikat sempat menunda pengiriman amunisi senjata ke Israel pekan lalu hingga membuat para pejabat Israel khawatir

Baca Selengkapnya

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Siap Lancarkan Serangan Darat

4 jam lalu

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Siap Lancarkan Serangan Darat

Tentara Israel pada Senin 6 Mei 2024 mengusir ratusan ribu warga Palestina di Kota Rafah, selatan Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

Pertama Kalinya, AS Tunda Pengiriman Senjata ke Israel

7 jam lalu

Pertama Kalinya, AS Tunda Pengiriman Senjata ke Israel

Ditundanya pengiriman senjata dari Amerika Serikat membuat pemerintah Israel kebingungan.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa di Malang Gelar Aksi "Solidarity Camp for Palestine"

7 jam lalu

Mahasiswa di Malang Gelar Aksi "Solidarity Camp for Palestine"

Aksi ini terinspirasi dari gerakan demonstrasi masif dan berskala besar yang dilakukan para mahasiswa di AS, Eropa, dan sejumlah negara lain.

Baca Selengkapnya

Usai Bendesa Adat Tersangka Pemerasan, Kejati Bali Buka Peluang Koordinasi dengan Majelis Desa Adat

1 hari lalu

Usai Bendesa Adat Tersangka Pemerasan, Kejati Bali Buka Peluang Koordinasi dengan Majelis Desa Adat

Kejati Bali membuka peluang berkoordinasi dengan Majelis Desa Adat Bali usai menetapkan Bendesa Adat Berawa sebatersangka pemerasan investor.

Baca Selengkapnya

Bendesa Adat Tersangka Pemerasan Investor, Kejati Bali Bakal Periksa Pihak Lain

1 hari lalu

Bendesa Adat Tersangka Pemerasan Investor, Kejati Bali Bakal Periksa Pihak Lain

Kejati Bali akan mengembangkan penyidikan perkara tersangka berinisial KR, Bendesa Adat yang memeras investor agar mendapat rekomendasi.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FKUI Sebut Cuaca Panas Juga Berdampak pada Layanan Kesehatan

1 hari lalu

Guru Besar FKUI Sebut Cuaca Panas Juga Berdampak pada Layanan Kesehatan

Bukan hanya masyarakat biasa, cuaca panas juga berpotensi menghambat tenaga medis memberikan layanan kesehatan pada masyarakat.

Baca Selengkapnya