Kata WHO Soal Ivermectin dan Obat Covid-19, Simak Daftar Rekomendasi Terkini

Kamis, 24 Juni 2021 10:15 WIB

Ilustrasi obat. TEMPO/Mahanizar Djohan

TEMPO.CO, Jakarta - Ramai obat cacing Ivermectin yang ingin digunakan untuk pasien Covid-19. Sayangnya, keinginan itu masih terbentur izin karena pertimbangan khasiat dan efek sampingnya yang belum melewati uji klinis.

Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM menegaskan belum memberikan izin edar Ivermectin sebagai obat Covid-19. Selain produksinya untuk pengobatan pada manusia yang masih baru, rujukannya adalah juga Badan Kesehatan Dunia atau WHO.

Pada 31 Maret 2021, WHO memang mengumumkan, tidak merekomendasikan memberikan Ivermectin kepada pasien Covid-19, kecuali dalam konteks riset uji klinis. Itu adalah rekomendasi terbaru dari Badan Kesehatan Dunia yang bermarkas di Jenewa, Swiss, tersebut. Belum ada perubahan hingga artikel ini dibuat.

Soal Ivermectin menambah daftar rekomendasi sebelumnya yang dibuat WHO, seperti dukungan kuat untuk penggunaan systemic cortcosteroids hanya pada pasien berat Covid-19 dan kritis--bukan untuk pasien yang tanpa gejala. Juga rekomendasi untuk tidak sembarang menggunakan remdesivir untuk pasien yang menjalani rawat inap.

Lainnya adalah rekomendasi kuat untuk tidak memberikan hydroxychloroquine pada pasien segala gejala, dan juga tidak memberikan antivirus lopinavir/ritonavir pada pasien dengan berbagai tingkat gejala.

Advertising
Advertising

Menurut pakar dari Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Tjandra Yoga Aditama, panel ahli WHO sudah menganalisa untuk semua rekomendasi tersebut. Termasuk, untuk Ivermectin.

"Apakah ada bukti ilmiah Ivermectin bisa menurunkan kematian, mempengaruhi angka penggunaan ventilasi mekanik, perlu tidaknya dirawat di rumah sakit, dan waktu penyembuhan penyakit," kata Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020 itu saat dihubungi, Rabu malam 23 Juni 2021.

Ivermectin. Kredit: Brazilian Report

Hasil analisa tersebut, kata Tjandra, menunjukkan kejelasan yang masih sangat rendah karena keterbatasan metodologi penelitian, jumlah sampel dan kejadian yang dianalisa. Panel ahli menyimpulkan bahwa bukti ilmiah tentang penggunaan Ivermectin untuk pengobatan pasien Covid-19 masih inconclusive.

“Sehingga sampai ada data lain yang lebih memadai, maka WHO hanya merekomendasi penggunaannya pada kerangka uji klinis,” tutur Tjandra sambil juga menambahkan, "Tapi bukan tidak mungkin di waktu mendatang dapat saja ada perbedaan rekomendasi atau pernyataan sesuai perkembangan ilmu yang ada."

Berita terkait

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

12 jam lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

2 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

6 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Unilever Tarik Es Krim Magnum di Inggris dan Irlandia dari Peredaran, Begini Penjelasan BPOM soal Produk Itu di RI

8 hari lalu

Unilever Tarik Es Krim Magnum di Inggris dan Irlandia dari Peredaran, Begini Penjelasan BPOM soal Produk Itu di RI

BPOM angkat bicara soal keamanan produk es krim Magnum yang beredar di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Pakar Farmasi Bantah Obat Sakit Kepala Bisa Sebabkan Anemia Aplastik

11 hari lalu

Pakar Farmasi Bantah Obat Sakit Kepala Bisa Sebabkan Anemia Aplastik

Pakar menjelaskan kasus anemia aplastik akibat obat-obatan jarang terjadi, apalagi hanya karena obat sakit kepala.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Cabut Pembatasan Barang TKI, Begini Bunyi Aturannya

14 hari lalu

Pemerintah Cabut Pembatasan Barang TKI, Begini Bunyi Aturannya

Sebelumnya, pemerintah membatasi barang TKI atau pekerja migran Indonesia, tetapi aturan ini sudah dicabut. Begini isi aturannya.

Baca Selengkapnya

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

20 hari lalu

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.

Baca Selengkapnya

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

23 hari lalu

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.

Baca Selengkapnya

Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

24 hari lalu

Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

Kilas balik Hari Kesehatan Dunia dan terbentuknya WHO

Baca Selengkapnya

Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

26 hari lalu

Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

Jika daging sapi atau daging merah dikonsumsi berlebihan dapat mengancam kesehatan. Bagaimana sebaiknya?

Baca Selengkapnya