Ahli Imunologi Unair Ungkap Kemungkinan Vaksin Ulangan untuk Hadapi Varian Baru

Reporter

Tempo.co

Kamis, 26 Agustus 2021 17:20 WIB

Petugas medis menyuntikkan vaksin Covid-19 dosis pertama kepada ibu hamil di Gedung Wira Purusa LVRI DKI Jakarta, Kamis, 12 Agustus 2021. Vaksinasi Covid-19 untuk ibu hamil sudah berjalan mulai bulan ini di Indonesia. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Covid-19 memunculkan banyak pertanyaan, tidak saja di kalangan awam. Yang paling sering ditanyakan adalah, mengapa sudah vaksin masih kena Covid-19. Bahkan tak sedikit yang sudah menerima dua dosis vaksin tak kebal dari Covid-19.

Pertanyaan tersebut sudah banyak dijawab para ahli dan dokter, bahwa vaksin tidak mencegah seseorang tahan terhadap virus Covid-19, tapi akan memperingan gejala bila terinfeksi covid-19.

Menurut Ahli Imunolog Unair, Gatot Soegiarto seseorang sudah dua kali vaksin dan tetap kena Covid-19 adalah yang bisa saja terjadi. Ia menjelaskan bahwa varian yang menyerang merupakan varian baru sedangkan vaksin dibuat berdasarkan varian asal.

“Bisa saja (terkena), yang menyerang adalah varian baru sementara vaksin dibuat berdasarkan varian asal. Jadi apakah masih perlu vaksin lagi? Ya, bahkan mungkin perlu vaksin ulangan setiap jangka waktu beberapa bulan tertentu,” kata Gatot kepada Tempo.

Ia menambahkan, untuk jangka waktu vaksinasi ulang sekitar 9-12 bulan dengan vaksin baru yang dibuat berdasarkan varian yang dominan beredar di kontinen tertentu atau di dunia global secara umumn.

Advertising
Advertising

“Seperti halnya vaksin influenza yang harus diperbaharui setiap tahun sesuai strain virus influenza yang beredar di belahan bumi Utara dan Selatan,” ungkap Gatot.

Menyoal efektivitas vaksin, Gatot mengutip pernyataan Iris rengganis Ketua Tim Advokasi Pelaksanaan Vaksinasi PB IDI, masalah varian baru seperti Delta atau yang lainnya saling berkejaran dengan pelaksanaan vaksinasi dan ketersediaan vaksin. “ Menggunakan vaksin platform berbeda dari vaksin yang awal akan meningkatkan efektivitas terhadap varian baru,”ujarnya.

“Asalkan 2 kali platform yang awal harus dilengkapi dulu, agar sesuai evidence based penelitian awalnya yaitu lengkap diberikan 2 kali suntikan,” lanjutnya.

Pemberian vaksin jenis berbeda hanya diberikan kepada nakes, sedangkan untuk masyarakat umum tetap menggunakan vaksin awal, misalnya sinovac. Hal tersebut juga menambah kekebalan dibanding dua kali suntikan.

“Sebenarnya bisa menggunakan platform yang sama, misalnya mengulang 3 kali, Sinovac-Sinovac-Sinovac. Pasti antibodi akan lebih tinggi dibandingkan yang 2 kali suntik,” terang Gatot mengutip pernyataan Iris saat Seminar Sosialisasi Vaksin Booster 14 Juli lalu.

Gatot menambahkan, masalah yang dihadapi adalah varian mutan sehingga harus memikirkan bahwa mutasi terus berjalan. Ia mengatakan “Kita harus memikirkan bahwa mutasi jalan terus, sehingga jangan sampai antibodi tinggi tetapi hanya untuk virus varian awal saja.”

Berdasarkan hal tersebut para ahli memutuskan penggunaan mixing platform. Berdasarkan pemikiran ahli Moderna masih bisa diharapkan efektif untuk varian Delta. “Untuk nakes sangat bijaksana jika hal tersebut diberikan,” ujar Gatot.

Ahli imunolog tersebut juga memberikan keterangan berdasarkan pengalaman negara lain yang telah menggunakan mixing platform. Ia mengutip bahwa menggunakan vaksin Pfizer sebagai suntikan booster setelah menyelesaikan Sinopharm 2 kali tidak membahayakan. “Selain itu dengan booster ternyata menurunkan 2 kali lipat angka infeksi dan kematian.

Berkaca pengalaman dari EUA: Indonesia menetapkan Sinovac dua kali plus booster ke-3 dengan Moderna,” ungkapnya.

Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan, efikasi Sinovac 65,3% dan melemah setelah sekitar 6 bulan. Sedangkan vaksin Moderna, berdasarkan data efikasi 94,1%, ditambah data efektif terhadap varian Delta, ungkap Gatot menjelaskan. Ia menambahkan, “Indonesia mendapat hibah sebanyak 4 juta dosis Modena dari AS dan BPOM telah menyetujui izin darurat Moderna.”

TATA FERLIANA

Baca juga: Ahli Imunologi Unair Jelaskan Alasan Tenaga Kesehatan Perlu Vaksin Ketiga

Berita terkait

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

1 hari lalu

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.

Baca Selengkapnya

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

2 hari lalu

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

Imunisasi atau vaksinasi tidak hanya diperuntukkan bagi bayi dan anak-anak tetapi juga orang dewasa. Simak alasannya.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

5 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

5 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

6 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

7 hari lalu

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

Empat jenis vaksin sangat penting bagi jemaah haji, terutama yang masuk populasi berisiko tinggi seperti lansia dan pemilik komorbid.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

10 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

13 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

13 hari lalu

KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.

Baca Selengkapnya

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

20 hari lalu

Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.

Baca Selengkapnya