Taliban Kuasai Data Biometrik di Afghanistan, Ini yang Dikhawatirkan

Sabtu, 28 Agustus 2021 19:51 WIB

Pejuang Taliban berbaris berseragam di jalan di Qalat, Provinsi Zabul, Afghanistan, pada 19 Agustus 2021. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Dengan Taliban kini menguasai Afghanistan, tumbuh kekhawatiran tentang bagaimana mereka akan menggunakan data dari program biometrik yang sangat besar yang telah ditinggalkan. Basisdata warga Afghanistan yang luas telah dibangun sejak rezim pemerintahan koalisi, tapi transisi yang sangat cepat telah membuatnya berpindah tangan begitu saja.

Pemerintah Amerika Serikat memulai program pengumpulan data sidik jari, pemindaian iris mata dan foto wajah dari warga Afghanistan yang tergabung dalam angkatan bersenjata negara itu. Sistem basisdata ini digunakan setelah proses uji selesai pada 2002.

Tujuan awal dari program pengumpulan data itu adalah menyaring dan mencegah gerilyawan Taliban serta anggota kriminal menyusupi pasukan kepolisian dan tentara bentukan Amerika itu. Untuk mengumpulkan dan menyimpan data-data tersebut, Departemen Pertahanan Amerika Serikat kemudian meluncurkan Sistem Identifikasi Biometrik Otomatis (ABIS) pada 2004.

Selama bertahun-tahun setelahnya, inisiatif biometrik itu telah mendorong pasukan koalisi maupun Afghanistan menjadi gugus tugas yang mengumpulkan data biometrik sidik jari, iris, dan genetik warga Afghanistan. Per sekarang, data biometrik sudah dikumpulkan dari jutaan orang Afghanistan.

Pada 2020, pemerintahan Afghanistan meluncurkan sistem yang sama untuk perizinan usaha dalam rangka memperbaiki kemudahan dan efisiensi birokrasi. Tarbaru, pada Januari lalu, Pemerintah Afghanistan mengumumkan rencananya untuk registrasi biometri seluruh siswa dan pengajar di 5.000 madrasah yang ada di negara itu.

Advertising
Advertising

Seorang pejabat senior di pemerintahan Afghanistan, yang terlibat pengumpulan data biometrik selama empat tahun belakangan, mengatakan sebagian perangkat sistem data biometrik itu sudah berada di tangan Taliban. Termasuk di dalamnya adalah portable toolkits terdiri dari laptop, kamera digital, pemindai sidik jari, dan alat baca iris mata.

“Coba pikirkan, mereka kini memiliki semua data dari kepolisian, kementerian pertahanan dan komisi pemilihan umum,” katanya yang meminta anonim.

Taliban juga disebutkan telah menyita peralatan dari sejumlah fasilitas yang biasa digunakan badan intelijen Afghanistan, Direktorat Keamanan Nasional. “Peralatan itu ditinggalkan saat semua buru-buru lari meninggalkan negeri ini,” katanya lagi.

Seorang pejabat militer Amerika Serikat mengkonfirmasi kalau milisi Taliban telah menyita perangkat ABIS, tapi tidak tahu berapa banyak. Sedangkan kelompok Human Rights First yang berbasis di Amerika Serikat menyatakan pada pekan ini bahwa Taliban mungkin telah mengakses beragam isi basisdata biometrik dan perangkatnya tersebut.

"Teknologi ini sepertinya mencakup pula akses ke basisdata dengan sidik jari dan pindai iris, dan termasuk teknologi pengenalan wajah,” bunyi pernyataan kelompok itu.

Kekhawatirannya adalah Taliban akan memanfaatkan perangkat dan data biometrik itu untuk balas dendam kepada mereka yang pernah bekerja untuk rezim yang disokong pasukan koalisi atau Amerika Serikat. Kekhawatiran yang sayangnya tidak berlebihan.

Seorang mantan penerjemah yang bekerja untuk pasukan Amerika Serikat di Pangkalan Udara Bagram, yang juga pernah memberikan data biometriknya, mengatakan Taliban sedang mendengarkan isi percakapan di ponsel dan menyisir dari pintu ke pintu untuk mereka yang pernah bekerja sama dengan Amerika di Kota Kandahar. “Kami benar-benar tidak tahu apa yang akan mereka lakukan kepada kami,” katanya.

Annie Jacobsen, penulis First Platoon: A Story of modern war in the age of identity dominance, mengatakan AS telah mengeluarkan lebih dari $8 miliar untuk program biometri di Afghanistan juga Irak. Dia yakin, meski banyak perangkat di Afghanistan kini dalam penguasaan Taliban, mereka belum tentu bisa mengolah atau memanfaatkan data di dalamnya.

Orang-orang mengantre untuk naik ke sebuah pesawat militer Jerman dan meninggalkan Kabul di bandara Kabul, Afghanistan, pada 24 Agustus 2021. Taliban menegaskan tidak akan memperpanjang batas evakuasi warga yang dilakukan oleh negara asing. (Xinhua)

Seorang perwira intelijen yang pernah bertugas di Afghanistan mengatakan keselamatan warga Afghanistan adalah yang terpenting. Menurut dia, data yang pernah dikumpulkan bisa digunakan untuk melakukan evakuasi karena data biometrik dikumpulkan secara luas untuk mengidentifikasi mereka yang pernah membantu AS.

“Amerika memiliki sejumlah besar data yang telah digunakan sejak lama untuk identifikasi siapa saja yang bekerja untuk mereka dan, seharusnya, bisa untuk menyiapkan evakuasi.”

Tak ada pernyataan konfirmasi ataupun tanggapan dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengenai nasib dan rencananya dengan basis data biometrik yan jatuh ke tangan Taliban tersebut.

Baca juga:
Covid-19: Bagaimana Lockdown di Malaysia Memperparah Krisis Chip Dunia?

Berita terkait

Sejarah dan Arti Elemen-elemen dalam Bendera Korea Selatan

8 menit lalu

Sejarah dan Arti Elemen-elemen dalam Bendera Korea Selatan

Bendera Korea Selatan memuat arti tanah (latar putih), rakyat (lingkaran merah dan biru), dan pemerintah (empat rangkaian garis atau trigram hitam).

Baca Selengkapnya

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

1 jam lalu

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan anti-Israel membersihkan perkemahan di kampus setelah mencapai kesepakatan dengan administrasi universitas Brown.

Baca Selengkapnya

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

3 jam lalu

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

Puluhan anggota Partai Demokrat AS menyurati pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mendesak mereka mencegah rencana serangan Israel di Rafah.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Osama bin Laden, Pendiri Al-Qaeda yang Ditembak Mati AS pada 2 Mei 2011

3 jam lalu

5 Fakta Osama bin Laden, Pendiri Al-Qaeda yang Ditembak Mati AS pada 2 Mei 2011

Hari ini, 2 Mei 2011, Osama bin Laden ditembak mati oleh pasukan Amerika. Berikut fakta-fakta Osama bin Laden.

Baca Selengkapnya

Pastor di AS Kecanduan Gim Candy Crush hingga Curi Dana Gereja Rp 650 Juta

8 jam lalu

Pastor di AS Kecanduan Gim Candy Crush hingga Curi Dana Gereja Rp 650 Juta

Seorang pastor di Amerika Serikat menghabiskan dana gereja karena kecanduan game online Candy Crush.

Baca Selengkapnya

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

9 jam lalu

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

Menlu AS Antony Blinken mengunjungi pintu masuk bantuan ke Gaza didampingi para pejabat Israel.

Baca Selengkapnya

10 Rute Road Trip Terbaik di Amerika Serikat dengan Pemandangan Alam Menakjubkan

10 jam lalu

10 Rute Road Trip Terbaik di Amerika Serikat dengan Pemandangan Alam Menakjubkan

Menikmati keindahan alam di Amerika Serikat dengan road trip merupakan pengalaman yang harus dicoba setidaknya sekali seumur hidup

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: AstraZeneca Ada Efek Samping dan Unjuk Rasa Pro-Palestina

12 jam lalu

Top 3 Dunia: AstraZeneca Ada Efek Samping dan Unjuk Rasa Pro-Palestina

Top 3 dunia, AstraZeneca, untuk pertama kalinya, mengakui dalam dokumen pengadilan bahwa vaksin Covid-19 buatannya dapat menyebabkan efek samping

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

22 jam lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

Komandan Jenderal Angkatan Darat AS Wilayah Pasifik Kunjungan Kerja ke Markas Besar TNI

1 hari lalu

Komandan Jenderal Angkatan Darat AS Wilayah Pasifik Kunjungan Kerja ke Markas Besar TNI

Komandan Jenderal Angkatan Darat Amerika Serikat untuk wilayah Pasifik (USARPAC) kunjungan kerja ke Markas Besar TNI, Jakarta pada 21-23 April 2024

Baca Selengkapnya